Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Bersyukur dalam Segala Hal

Edisi C3I: e-Konsel 409 - Mengembangkan Sikap Bersyukur

Apakah kita dapat bersyukur tidak peduli apa pun yang terjadi? Barangkali kita telah kehilangan pekerjaan kita baru-baru ini karena situasi ekonomi yang bergejolak. Barangkali kita mengalami penurunan kesehatan, atau kehilangan orang yang kita cintai. Keadaan seperti itu bisa sangat sulit. Meski demikian, kita semua masih punya banyak hal yang bisa disyukuri. Mari kita melihat bersama kisah seorang pria yang seharusnya punya semua hak untuk mengalami kepahitan, tetapi dia tidak demikian!

Dia tahu, langkah-langkah berikutnya yang akan terdengar di koridor itu mungkin adalah langkah-langkah para penjaga yang akan membawanya pergi ke tempat eksekusi. Satu-satunya tempat tidurnya adalah lantai batu yang keras di sel penjara yang sempit dan lembab. Tidak satu jam pun berlalu tanpa dia terbebas dari iritasi rantai dan rasa sakit dari belenggu besi yang memasung pergelangan tangan dan kakinya.

Terpisah dari teman-teman, dituduh secara tidak adil, diperlakukan secara brutal -- jika ada orang yang punya hak untuk mengeluh, pria inilah orangnya, yang mendekam hampir terlupakan di penjara Romawi yang kejam. Namun, alih-alih mengucapkan keluhan, bibirnya bergetar dengan kata-kata pujian dan ucapan syukur!

Pria itu adalah Rasul Paulus -- seorang pria yang telah belajar apa artinya ucapan syukur sejati, bahkan di tengah-tengah kesulitan besar. Sebelumnya, ketika dia dipenjarakan di Roma, Paulus menulis, “Berbicaralah satu sama lain dalam mazmur, kidung pujian, dan nyanyian rohani, menyanyilah dan buatlah lagu pujian kepada Tuhan dengan segenap hatimu. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu kepada Allah Bapa dalam nama Tuhan kita, Kristus Yesus” (Efesus 5:19-20, AYT).

Coba renungkan: Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu -- tidak peduli bagaimanapun keadaannya! Thanksgiving untuk Rasul Paulus bukanlah perayaan setahun sekali, melainkan kenyataan sehari-hari yang mengubah hidupnya dan membuatnya menjadi orang yang gembira dalam segala situasi.

Thanksgiving -- pengucapan syukur -- kepada Allah untuk semua berkat-Nya harus menjadi salah satu tanda yang paling khas dari orang percaya dalam Yesus Kristus. Kita tidak boleh membiarkan roh tidak bersyukur mengeraskan hati kita dan merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan maupun dengan sesama.

Tidak ada yang lebih cepat mengubah kita menjadi orang yang pahit, egois, dan tidak puas daripada hati yang tidak bersyukur. Sama halnya, tidak ada yang bisa lebih banyak memulihkan kepuasan dan sukacita keselamatan kita daripada roh bersyukur yang sejati.

Di dunia kuno, kusta adalah penyakit yang mengerikan. Penyakit ini merusak mereka yang mengidapnya dan secara permanen memutus mereka dari masyarakat normal. Tanpa terkecuali, setiap penderita kusta merindukan satu hal: disembuhkan.

Pada suatu hari, sepuluh orang kusta mendekati Yesus di luar desa, dan dengan keras memohon kepada-Nya untuk menyembuhkan mereka. Dalam sekejap, Dia memulihkan mereka semua menjadi sehat sempurna -- tetapi hanya satu yang kembali dan berterima kasih kepada-Nya. Selebihnya, semua pergi tanpa ucapan terima kasih, pikiran mereka hanya sibuk dengan diri mereka sendiri, dicengkeram dengan roh tidak berterima kasih.

Pada hari ini pun, rasa tidak berterima kasih dan tidak bersyukur adalah hal yang umum. Anak-anak lupa berterima kasih kepada orang tua mereka untuk semua yang telah mereka lakukan. Tata krama yang umum ini direndahkan. Kita menyepelekan cara-cara orang lain menolong kita. Terlebih dari semuanya itu, kita gagal untuk berterima kasih kepada Tuhan atas berkat-Nya.

Tidak berterima kasih adalah dosa, sama pastinya seperti berbohong, mencuri, bertindak amoral, atau dosa lain yang dikutuk oleh Alkitab. Salah satu dakwaan Alkitab terhadap umat manusia yang memberontak adalah bahwa "sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak menghormati-Nya sebagai Allah atau bersyukur kepada-Nya" (Roma 1:21, AYT). Hati yang tidak bersyukur adalah hati yang dingin terhadap Tuhan dan tidak peduli akan belas kasih dan cinta-Nya. Hati yang demikian adalah hati yang telah melupakan betapa bergantungnya kita kepada Tuhan untuk segala sesuatu.

Dari satu ujung Alkitab ke ujung yang lain, kita diperintahkan untuk bersyukur. Bahkan, rasa syukur adalah limpahan alami dari hati yang selaras dengan Tuhan. Pemazmur menyatakan, "Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur ..." (Mazmur 147:7). Paulus menulis, “... bersyukurlah” (Kolose 3:15, AYT). Roh bersyukur selalu menjadi penanda seorang Kristen yang gembira.

Mengapa kita harus bersyukur? Sebab, Tuhan telah memberkati kita, dan kita harus bersyukur atas setiap berkat-Nya.

Mengucap Syukurlah kepada Allah atas Berkat Materi yang Dia Berikan kepada Kita

Kita sepertinya tidak pernah puas dengan apa yang kita miliki -- kaya atau miskin, sehat atau sakit. Namun, betapa besar perbedaan yang akan terjadi ketika kita menyadari bahwa semua yang kita miliki telah diberikan Tuhan kepada kita! Raja Daud berdoa, "Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu ... kami bersyukur kepada-Mu, dan memuji nama-Mu yang agung itu ... sebab dari pada-Mulah segala-galanya ..." (1 Tawarikh 29:12-14).

Beberapa tahun yang lalu, saya mengunjungi seorang pria yang kaya dan sukses. Semua teman dan rekan bisnisnya iri kepadanya. Namun, ketika kami berbicara, dia menangis dan mengakui bahwa dia menderita dalam hatinya. Kekayaan belum mampu mengisi tempat kosong dalam hatinya.

Beberapa jam kemudian, saya mengunjungi pria lain yang jaraknya tidak jauh. Pondoknya sederhana, dan dia hampir tidak memiliki apa pun menurut kepemilikan dalam dunia ini. Namun, wajahnya memancar ketika dia memberi tahu saya tentang pekerjaan yang dia lakukan untuk Kristus dan bagaimana Kristus telah mengisi hidupnya dengan makna dan tujuan. Saya yakin bahwa pria kedua itu adalah orang kaya yang sesungguhnya. Meskipun dia tidak memiliki banyak, dia telah belajar untuk bersyukur atas segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Paulus menyatakan, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan" (Filipi 4:12, AYT). Roh bersyukur membuat semua perbedaan yang ada.

Apakah kita selalu disibukkan dengan apa yang tidak kita miliki? Atau, apakah kita belajar bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kita miliki?

Mengucap Syukurlah kepada Allah untuk Setiap Orang dalam Hidup Kita

Mudah untuk menganggap orang lain tidak penting, atau mengeluh dan marah karena mereka tidak memenuhi setiap keinginan kita. Namun, kita patut bersyukur untuk orang-orang di sekitar kita -- pasangan kita, anak-anak kita, kerabat kita, teman-teman kita, dan orang lain yang membantu kita dalam berbagai cara.

Saya pernah menerima sepucuk surat dari seorang wanita yang mengawali suratnya dengan mengatakan betapa beruntungnya dia karena memiliki suami yang baik dan perhatian. Kemudian, dia menghabiskan empat halaman untuk merinci semua kekurangan suaminya! Berapa banyak pernikahan dan hubungan lainnya yang menjadi dingin dan akhirnya hancur karena dosa tidak bersyukur?

Apakah kita sering membuat orang lain tahu bahwa kita menghargai mereka dan berterima kasih atas mereka? Orang-orang Kristen di Korintus itu jauh dari sempurna, tetapi Paulus mengawali surat pertamanya kepada mereka dengan mengatakan, “Aku selalu mengucap syukur kepada Allahku mengenai kamu ...” (1 Korintus 1:4, AYT). Pada saat sekelompok orang percaya (yang Paulus belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya) keluar untuk menyambutnya ketika dia hampir mencapai Roma, kita membaca bahwa “Saat Paulus melihat mereka, ia bersyukur kepada Allah dan hatinya dikuatkan" (Kisah Para Rasul 28:15, AYT). Mengucap syukurlah kepada Tuhan atas orang-orang yang telah menyentuh hidup kita.

Mengucap Syukurlah kepada Tuhan di Tengah Pencobaan, dan bahkan Penganiayaan

Kita dapat menjauhkan diri dari kesulitan, tetapi tidak satu pun dari kita terbebas dari masalah. Di banyak belahan dunia, menjadi orang Kristen bahkan bisa membahayakan karena adanya penganiayaan.

Namun, di tengah-tengah pencobaan itu, kita dapat bersyukur kepada Allah karena kita tahu bahwa Dia telah berjanji untuk menyertai kita dan bahwa Dia akan menolong kita. Kita tahu bahwa Dia dapat menggunakan saat-saat penderitaan untuk mendekatkan kita kepada-Nya: “... anggaplah sebagai suatu sukacita jika kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan. Sebab, kamu tahu bahwa ujian terhadap imanmu menghasilkan ketabahan” (Yakobus 1:2-3, AYT).

Ketika Nabi Daniel mengetahui bahwa orang jahat berkomplot melawan dia untuk menghancurkannya, “... ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya” (Daniel 6:10). Alkitab memerintahkan, “Mengucap syukurlah dalam segala hal. Sebab, itulah kehendak Allah bagimu di dalam Kristus Yesus” (1 Tesalonika 5:18, AYT). Paulus menyatakan, “Bersyukurlah kepada Bapa yang telah membuat kamu memenuhi syarat untuk menerima bagian dari warisan orang-orang kudus dalam terang” (Kolose 1:12, AYT).

Saya tidak tahu cobaan apa yang Anda hadapi saat ini, tetapi Allah mengetahuinya, dan Dia mengasihi Anda, menyertai Anda bersama Roh Kudus-Nya. Tanamlah semangat bersyukur, bahkan di tengah-tengah pencobaan dan sakit hati.

“Allah telah memberikan kepada kita karunia terbesar -- Anak-Nya, yang mati di kayu salib dan bangkit kembali sehingga kita dapat mengenal Dia secara pribadi dan menghabiskan kekekalan bersama-Nya di surga.”

Mengucap Syukurlah kepada Allah untuk Keselamatan dari-Nya dalam Yesus Kristus

Allah telah memberikan kepada kita karunia terbesar dalam hidup kita -- Anak-Nya, yang mati di kayu salib dan bangkit kembali sehingga kita dapat mengenal-Nya secara pribadi dan menghabiskan kekekalan bersama-Nya di surga. “Syukur kepada Allah atas pemberian-Nya yang tak terkatakan!” (2 Korintus 9:15, AYT)

Alkitab mengatakan kepada kita bahwa kita terpisah dari Tuhan karena kita telah berdosa. Namun, Tuhan mengasihi kita -- Dia mengasihi Anda, Dia mengasihi saya -- dan Dia ingin supaya kita menjadi bagian dari keluarga-Nya selamanya. Dia sangat mengasihi kita sehingga Dia mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia untuk mati sebagai pengorbanan yang sempurna bagi dosa-dosa kita. Yang perlu kita lakukan adalah meraihnya dalam iman dan menerima Kristus sebagai Juru Selamat dan Tuhan kita: “Karena Allah sangat mengasihi dunia ini, Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16, AYT).

Sudahkah Anda membuka hati Anda kepada Yesus Kristus? Jika belum, kembalilah kepada-Nya dengan doa pertobatan dan iman yang sederhana, dan bersyukur kepada-Nya atas apa yang telah Dia lakukan untuk Anda. Jika Anda sudah mengenal Kristus, sudah berapa lama sejak Anda bersyukur kepada Tuhan atas keselamatan Anda? Kita seharusnya tidak membiarkan satu hari pun berlalu tanpa berterima kasih kepada Tuhan atas belas kasihan-Nya dan kasih karunia-Nya kepada kita dalam Yesus Kristus.

Mengucap Syukurlah kepada Allah atas Hadirat dan Kuasa-Nya yang Berkelanjutan dalam Hidup Kita

Ketika kita datang kepada Kristus, itu bukanlah suatu akhir, melainkan awal dari kehidupan yang baru! Dia menyertai kita, dan Dia ingin membantu kita mengikuti-Nya dan firman-Nya.

Dalam diri kita, kita tidak memiliki kekuatan yang kita butuhkan agar dapat hidup seperti yang Tuhan inginkan. Namun, ketika kita berpaling kepada-Nya, kita mendapati bahwa “Allahlah yang bekerja di dalam kamu, baik untuk mengingini maupun untuk mengerjakan apa yang menyenangkan-Nya” (Filipi 2:13, AYT). Yesus berjanji kepada murid-murid-Nya, “Segala kuasa telah diberikan kepada-Ku, di surga maupun di bumi ... ajarkanlah mereka untuk menaati semua yang Aku perintahkan kepadamu; dan lihatlah, Aku selalu bersamamu, bahkan sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:18, 20, AYT).

Di banyak negara, satu hari istimewa dikhususkan setiap tahun untuk bersyukur. Namun, bagi orang Kristen, setiap hari dapat menjadi hari untuk bersyukur karena kita selalu bersyukur atas segala sesuatu kepada Allah Bapa dalam nama Tuhan kita, Kristus Yesus (Efesus 5:20, AYT).

Tahukah Anda tentang sukacita dari hubungan pribadi dengan Allah melalui Yesus Kristus? Jika Anda berbalik kepada Tuhan, Dia dapat mengambil kepahitan Anda dan memberi Anda roh rasa syukur yang sejati. (t/Davida)

Audio: Bersyukur dalam Segala Hal

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Billy Graham Evangelistic
Alamat situs : https://billygraham.org/story/how-to-be-thankful-in-all-things/
Judul asli artikel : Billy Graham: How to Be Thankful in All Things
Penulis artikel : Billy Graham
Tanggal akses : 16 Mei 2018

Komentar