Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Kesepian
Edisi C3I: e-Konsel 111 - Mengatasi Kesepian
Saya pernah menyalin kutipan ini, "Kesepian merupakan lubang di dalam jiwa, seorang narapidana tak henti-hentinya mengetuk-ngetuk batu dan menantikan ketukan balasan dengan sia-sia." Demikianlah yang saya rasakan ketika saya kesepian - terasing, tetapi bukan atas kehendak saya, tidak mungkin membuat diri saya didengar, dimengerti, dilihat, diterima, dinilai, atau dikasihi. Secara fisik, kesepian adalah suatu serangan akut dari kerinduan akan sentuhan. Saya rindu sekali untuk dipegang dan dibelai.
Kesepian tidak sama dengan keheningan. Keheningan adalah suatu pemberian yang indah. Seandainya saya dapat memiliki dua jam saja untuk belajar sendirian, hal itu laksana obat yang menguatkan jiwa saya. Namun, itu bukanlah kesepian; itu adalah keheningan. Kesepian menyerang di tengah malam. Seperti hantu yang berdiri di pintu. Dalam keadaannya yang buruk, kesepian tampak seperti abadi - dahulu, sekarang, dan pada masa yang akan datang.
Kesepian dapat menghinggapi seorang yang sudah menikah dan tampak berbahagia, maupun seorang yang belum menikah. Misalnya, setiap wanita yang mempunyai suami yang aktif bekerja akan mengenal rasa kesepian. Seorang gadis yang tinggal bersama kami selama dua tahun mengatakan, "Ada dua macam lelaki yang tidak ingin kunikahi, yaitu dokter dan pendeta. Istri-istri mereka begitu kesepian." Tentu itu berlaku juga bagi para istri orang-orang yang mempunyai profesi lain. Semakin berhasil suami dalam profesinya, semakin kesepian istrinya.
Banyak orang mengharapkan orang lain untuk memecahkan persoalan kesepian mereka. Tetapi saya melihat bahwa saya tidak selalu dapat mengurus orang lain. Tentu saja, teman-teman dapat sangat menolong - tetapi mereka tidak selalu ada pada saat saudara membutuhkan mereka.
Selama tiga puluh tahun berada di luar negeri, sering kali saya tidak mempunyai teman sebaya. Saya tentu mempunyai teman-teman orang Kristen yang dapat saya hubungi, tetapi sebagai istri seorang pendeta, saya tidak mempunyai teman-teman dekat. Orang-orang datang dari jauh untuk bertemu dengan Walter, tetapi orang-orang ini datang untuk meminta bantuan kami. Saya mempunyai tetangga-tetangga orang Jerman dan orang Austria yang baik sekali, tetapi saya tahu mereka tidak akan memahami hebatnya kesepian saya karena mereka tinggal di tanah air mereka sendiri, sedangkan saya jauh dari tanah air saya.
Walter sadar akan kesepian saya, dan ia mau mendengarkan dengan sangat baik. Ia sendiri juga kesepian. Sebagai seorang Jerman Timur, ia telah kehilangan keluarga dan teman-temannya setelah Perang Dunia II. Ia telah menjadi seorang pendeta muda yang terkenal, dan dikelilingi banyak sekali teman yang juga dapat ia hubungi. Jadi, dengan tinggal di Austria, kami berdua serasa dalam pembuangan.
Pernah di kala putus asa saya pergi ke Salzburg, ke sebuah universitas tempat seorang pendeta selalu siap dihubungi dan saya berbicara dengannya tentang hal itu. Ia mendengarkan, dan itu menolong. Beberapa kali saya menulis surat kepada seseorang yang saya pikir dapat memahami, dan tindakan menulis itulah yang melepaskan saya dari penderitaan. Pada waktu menerima surat balasan, untuk sementara saya telah mengatasi masalah saya. Surat balasan itu menolong saya untuk mengetahui bahwa ada seseorang yang mengetahui dan memperhatikan. Menulis di dalam buku harian saya juga sangat menolong.
Saya harus belajar mengisi saat-saat kesendirian saya.
Setiap orang yang membaca tidak pernah perlu hidup kesepian karena dengan membaca, saudara dapat berhubungan dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang hebat dan saudara dapat berpikir dengan pikiran mereka.
Di dalam waktu luang, saya senang mengerjakan pekerjaan tangan. Saya mempunyai sebuah bantal yang telah tiga kali mengelilingi dunia sebelum saya menyelesaikannya. Pekerjaan membuat bantal ini menolong saya pada saat saya tidak dapat membaca ataupun menulis.
Memainkan alat musik juga menolong saudara terlepas dari rasa kesepian. Saya tidak terlalu pandai bermain piano, tetapi saya selalu merasa tertolong dengan bernyanyi atau mempelajari kata-kata sebuah nyanyian pujian baru.
Kesepian tidak sepenuhnya merupakan hal yang tidak menyenangkan. Kesepian dapat merupakan pemberian dari Tuhan. Kesepian dapat menjadi magnet Tuhan untuk menarik kita mendekat kepada-Nya. Ia membuat kita mampu menghadapi kesepian yang sangat untuk menjamin bahwa kita tidak akan mandek dan bahwa kita akan menjangkau melampaui diri kita kepada-Nya, pada pengalaman-pengalaman baru, dan kepada orang lain - yaitu orang-orang yang membutuhkan kita, karena mereka juga kesepian.
Sumber diambil dan diedit dari: | ||
Judul Buku | : | Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen |
Judul Artikel | : | Kesepian Penulis: Ingrid Trobisch |
Penerbit | : | Kerjasama Yayasan Penerbit Gandum Mas, Lembaga Literatur Baptis, Yayasan Kalam Hidup, dan YAKIN, 2002 |
Halaman | : | 400 -- 402 |