Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Menjaga Kerahasiaan
Edisi C3I: e-Konsel 184 - Menjaga Kerahasiaan dalam Konseling
Kerahasiaan mungkin merupakan masalah etik yang paling sulit dalam hubungan pendeta-konseli. Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam ruang konseling, tetapi mudah pula untuk merusak dan melanggar kepercayaan itu. Kita mungkin mendapati diri kita sendiri menghadapi dilema kerahasiaan itu dalam setidaknya empat bidang.
Masalah-Masalah Gereja
Kadang-kadang, persyaratan etik dari peran konselor bertentangan secara langsung dengan persyaratan peran pendeta. Misalnya, Pendeta Warren tahu bahwa Michael Thomas tidak bisa melayani sebagai tua-tua. Bagaimana dia bisa menyampaikan apa yang dia ketahui itu kepada panitia pemilihan tua-tua tanpa melanggar kerahasiaan hubungan konselingnya dengan Thomas?
Tidak ada jawaban yang mudah, tetapi salah satu cara yang menurut para pendeta merupakan cara yang efektif adalah dengan mengatakan seperti ini: "Saya sangat mengenal Michael Thomas, dan saya mengetahui masalah yang sedang dihadapinya, sehingga ini bukanlah saat yang tepat baginya untuk terlibat dalam peran pelayanan ini. Mungkin lain kali kita bisa mempertimbangkan dia, tetapi saat ini, tidak bijaksana bila kita memberikan tanggung jawab ini kepadanya."
Tidak perlu menjelaskan masalah yang dimilikinya secara spesifik. Dalam pendekatan ini, berbagai komentar tentang kelayakan Thomas dalam melayani samar-samar, tidak jelas, dan tidak menghakimi. Seseorang mungkin bertanya lebih rinci, tetapi pendeta tidak boleh menguraikan pernyataannya yang sebelumnya tadi.
Konsultasi dan Penyerahan
Meskipun demikian, ada beberapa orang yang kepadanya kita harus berbicara secara profesional tentang konseli, namun sebelumnya kita harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari konseli. Terkadang, kita akan bertemu dengan seseorang yang masalah atau persoalannya di luar kemampuan dan keterampilan kita. Karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang lain dari staf pastoral atau orang luar.
Pada awal konseling, kita bisa meminta konseli untuk menandatangani pernyataan yang memberi izin kepada kita untuk berkonsultasi dengan ahli lain. Ini juga merupakan latihan yang baik untuk memberitahu konseli saat kita perlu konsultasi dengan ahli lain.
Konseling Keluarga
Beberapa aspek tersulit dalam hal kerahasiaan muncul dalam konseling keluarga. Konseling bisa melibatkan satu atau dua orang tua dan satu atau lebih anak-anak, masing-masing dengan masalahnya sendiri, dan masing-masing pantas mendapat tanggung jawab kita untuk menjaga rahasia mereka. Bahkan ketika keadaan membuat kita, sebagai konselor, sangat sedih, yang terbaik adalah tidak mengkhianati kerahasiaan.
Contoh, seorang anak secara rahasia mengatakan kepada pendeta bahwa dia kecanduan obat terlarang. Pendeta yang bijaksana dan berhati-hati akan sekuat tenaga melakukan apa saja untuk mendapatkan izin dari anak tersebut untuk menceritakan yang sebenarnya kepada orang tuanya. Namun tanpa izin itu, dia harus tetap menjaga rahasia ini, meskipun konseli itu masih anak-anak.
Kurang Hati-Hati
Kita bisa saja secara tidak sengaja melanggar kepercayaan, karena sering kali batasan antara informasi umum dan pribadi itu sangat tipis. Misalnya, seorang majelis gereja menjalani operasi di rumah sakit. Fakta bahwa dia di rumah sakit mungkin adalah informasi umum yang bisa diumumkan di mimbar sehingga jemaat dapat turut mendoakan dia. Tetapi penjelasan rinci mengenai operasi yang dia jalani harus dirahasiakan kecuali jika orang tersebut menginginkan sebaliknya.
Kadang-kadang, sekalipun dengan maksud yang terbaik, kita membeberkan informasi rahasia. Saat itu terjadi, kita perlu segera mendatangi orang-orang yang dirugikan dan dengan rendah hati mengatakan: "Maaf, ini benar-benar memalukan, dan saya minta maaf karena sudah membuat Anda malu." Saat Anda melakukannya, yang terjadi adalah konseli akan mengerti ketika mereka menyadari bahwa ini adalah kesalahan yang diakui dan kita tidak akan mengulanginya lagi lain kali. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari: