Berikut ini kami sajikan sebuah kesaksian dalam bentuk penuturan dari pasangan suami istri Susan dan David Currie.
Susan adalah seorang penulis sedangkan David, suaminya, adalah seorang pendeta di 'The Anchor Presbyterian Church'. Mereka tinggal di Newtown, Pennsylvania. Pada mulanya Susan tidak menyadari bahwa David, mengalami depresi. Ia baru menyadari hal itu ketika David mulai berubah. David mulai jarang memberikan respon ketika mereka sedang berdiskusi bahkan ia mulai malas untuk menyelesaikan tugas akhir sekolahnya. Perubahan itu berlangsung selama berbulan-bulan ditambah lagi dengan perubahan perannya dalam pelayanan karena ia harus mengambil cuti untuk menyelesaikan sekolahnya.
David: Saya sangat terkejut, tidak terpikirkan dalam benak saya jika saya akan mengalami depresi yang sangat parah yang menyebabkan saya menjadi takut tidak bisa melewatinya dan tidak bisa lagi menikmati kebahagiaan. Seluruh sisi kehidupan saya terpengaruh. Setiap hari yang saya rasakan hanyalah kecemasan, ketakutan, dan tidak memiliki semangat hidup. Pada saat itulah saya merasa saya benar-benar tertekan karena depresi dan tidak bisa melakukan apa-apa. Semakin keras saya berusaha untuk keluar dari situasi ini semakin dalam saya terpuruk didalamnya. Biasanya saya selalu bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir, membaca buku, bahkan untuk kegiatan-kegiatan rohani, tetapi pada saat itu semangat itu tiba-tiba hilang. Keputusan-keputusan kecil menjadi sangat sulit, saya menjadi tertutup, mulai menghindar untuk bertemu dengan orang-orang. Saya bertanya-tanya apakah Tuhan benar- benar memanggil saya untuk terlibat dalam pelayanan. Yang saya rasakan saat itu adalah ada yang menutupi seluruh jiwa saya sehingga Tuhan terasa sangat jauh.
Susan: Langkah pertama yang saya lakukan ketika David mulai mengalami depresi adalah memberikan kata-kata dukungan kepadanya bahwa ia mampu menyelesaikan sekolahnya dan mendorongnya untuk menggunakan kesempatan dalam pelayanan. Ketika kemampuannya diakui oleh orang lain baik di sekolah maupun dalam pelayanan, depresi yang dialaminya masih juga belum dapat dipulihkan. Pada saat itu saya benar-benar putus asa dan hal itu hampir membuat saya frustrasi. Saya mulai bosan dengan kemuramannya dan terpojok dengan hubungan kami, teman-teman dan keluarga kami. Membutuhkan waktu kira-kira tiga bulan untuk mengembalikan kepercayaan dirinya serta untuk lebih memantapkan dia dalam pelayanan. Dua bulan berikutnya dibutuhkan untuk memulihkan kembali kesehatannya. Proses penyembuhan itu membawa kami pada tahap baru sebagai murid Tuhan. Saya menyerahkan semuanya pada Tuhan karena hanya Dia-lah yang bisa mengeluarkan suami saya dari depresi yang dialaminya dan hanya Dia-lah yang menjaga saya agar tidak putus asa.
David: Dengan pertolongan Susan dan bimbingan Tuhan, perlahan-lahan saya mulai bisa keluar dari depresi. Akhirnya saya sadar bahwa Kristus telah memberikan semuanya bagi hidup saya. Tahap-tahap penyembuhan yang saya lalui adalah penyembuhan secara psikis, hubungan dengan orang lain dan akhirnya penyembuhan secara rohani. Pada suatu sore kami berkumpul bersama dengan orangtua kami, mereka mendoakan saya dan memberi kesempatan pada saya untuk berdoa secara pribadi. Susan: Tiga cara yang saya lakukan untuk menolong David, yaitu:
David: Langkah-langkah yang saya lakukan sendiri dalam proses penyembuhan, yaitu:
Susan: Pada saat David mengikuti retreat, saya membaca Mazmur 18 dan berdoa bagi David, sekarang doa itu telah terjawab.
Setelah dua tahun lebih menyelesaikan sekolahnya, David menerima panggilan Tuhan sebagai pendeta di sebuah gereja baru di sebuah kota kecil Central Bucks di utara Philadelphia. David berhasil melewati tahun pertama di gereja baru itu tanpa banyak mengalami hambatan- hambatan dalam pelayanannya. Bertahan dalam depresi merupakan suatu usaha yang sangat sulit. "Tuhan telah mengirim kami dan Dia-lah yang akan menguatkan kami sehingga di masa-masa yang akan datang Dia akan terus mengirim kami," kata mereka.
Links:
[1] https://c3i.sabda.org/edisi_c3i/e_konsel_050_hamba_tuhan_dan_depresi
[2] http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/050/
[3] https://c3i.sabda.org/epublish/2
[4] https://c3i.sabda.org/epublish/2/424
[5] https://c3i.sabda.org/editorial_421
[6] https://c3i.sabda.org/15/oct/2003/konseling_pola_pola_untuk_mencegah_depresi
[7] https://c3i.sabda.org/jenis_bahan_c3i/artikel
[8] https://c3i.sabda.org/kategori_bahan_c3i/masalah_hidup
[9] https://c3i.sabda.org/fokus_c3i/fokus_c3i_maret_2007_kesaksian