Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Konseling yang Efektif

Edisi C3I: e-Konsel 008 - Konseling yang Efektif

Seorang awam memberikan pengertian yang berguna tentang Konseling yang Efektif.

KONSELING DENGAN AKAL SEHAT

Kita banyak mendengar tentang pentingnya konseling dalam gereja. Sebagai orang awam, saya sering didatangi seseorang secara pribadi untuk keperluan konseling, dan saya mendapatkan beberapa kesimpulan untuk menjadikan konseling tersebut efektif.

Menyelidiki Motif yang Sesungguhnya

Hal pertama yang ingin saya ketahui pada saat orang datang kepada saya adalah motivasinya. Mengapa mereka ingin datang? Apakah mereka ingin konseling atau hanya untuk berbicara? Ada orang yang datang agar dikira mencari nasihat, tetapi itu sebenarnya hanya cara mereka untuk mendapatkan ketentraman hati saja. Yang lain ingin memaksakan keinginan mereka sendiri, bukan untuk konseling agar dapat menolong menghadapi masalah mereka. Misalnya, seorang anak muda datang ke kantor saya pada suatu Sabtu pagi ketika saya sedang menyelesaikan pekerjaan mingguan saya. Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dia langsung masuk ke kantor saya dan berkata, "Saya akan menceritakan kepada Anda tentang diri saya." Saya merasa, sebagai orang Kristen punya tanggung jawab untuk mendengarkan walaupun hanya sebentar.

Tetapi selama kira-kira satu jam yang ia kerjakan hanyalah meluapkan emosinya saja, dan saya rasa dia tidak ingin melakukan sesuatu yang lebih dari itu.

Dengan jujur saya berkata kepadanya, "Menurut hemat saya, sepertinya Anda lebih senang untuk menghukum orangtua Anda daripada untuk memecahkan masalah Anda." Pada Sabtu pagi berikutnya, dia datang lagi dan mengulangi perbuatannya lagi. Saya berkata, "Secara khusus, apakah yang telah Anda kerjakan sejak Sabtu yang lalu untuk memecahkan masalah Anda?" Dia menjawab, "Yah, saya tidak mengerjakan apa-apa karena ayah dan ibu saya." Dia adalah orang yang berusia tiga puluhan yang tidak mengerjakan apa-apa dalam tujuh hari untuk memecahkan masalahnya selain menceritakan segala kepahitannya kepada saya. Satu-satunya hal yang bisa saya kerjakan saat itu adalah mengambil Alkitab Perjanjian Baru dan meletakkan ke dalam tangannya dan berkata, "Bacalah Alkitab ini secara keseluruhan, jangan lagi datang ke kantor ini sebelum Anda selesai membaca dari depan sampai akhir. Apabila Anda telah membacanya, maka dengan senang hati saya akan berbicara dengan Anda lagi." Dia tidak pernah kembali, dan saya yakin dia keliling ke seluruh penjuru kota untuk mengatakan kepada setiap orang, bahwa saya adalah si orang Kristen yang malang itu -- karena menyuruh orang lain membaca Alkitab.

Saya yakin saya bertanggung jawab untuk menyelidiki harga apakah yang harus dibayar oleh seorang yang mencari pertolongan. Menurut saya, ini adalah waktunya bagi Anda untuk mengatakan bahwa iman dan bekerja harus berjalan bersama. Jika Anda tidak mau berusaha untuk melakukannya dan membayar harganya, berarti Anda tidak menginginkan pertolongan tapi Anda hanya membutuhkan seseorang yang dapat memberikan rasa simpati kepada anda.

Saya sendiri tidak berbisnis untuk memberikan rasa simpati, melainkan untuk memberikan pemecahan masalah. Setiap konselor harus memutuskan apakah yang terbaik untuk dilakukan. Dalam kasus saya, saya yakin bahwa hanya dengan mendengarkan masalah-masalah saja tidak akan menolong memecahkan masalah seseorang.

Saya tahu ada banyak orang mencoba untuk melakukan konseling secara tak langsung yang tidak pada tempatnya. Mereka telah membaca sebuah buku yang mengatakan bahwa konseling secara tak langsung itu efektif, sehingga mereka tidak memberikan pendapat apa pun, kecuali mendengarkan secara pasif. Mungkin pekerjaan tersebut cocok untuk beberapa orang, tetapi saya yakin bahwa saya tak dapat ditolong hanya dengan berbicara kepada seseorang. Saya mungkin merasa lebih baik tetapi jika saya memiliki masalah, saya memerlukan orang yang dapat menolong saya untuk menyelesaikannya.

Jika Anda ingin menolong orang-orang untuk memecahkan persoalan, Anda harus lebih bersikap obyektif daripada subyektif. Saya berusaha untuk lebih memperhatikan masalahnya daripada orangnya. Tentu saja Anda tidak dapat memisahkan keduanya. Tetapi jika Anda menganalisa orangnya, bisa-bisa Anda terjerumus dalam analisa saja. Semua masalah itu harus dipecahkan, bukan dimengerti. Psikiater telah mengerjakan banyak hal yang baik, dan saya selalu mencari akar penyebabnya, tetapi terlalu sering suatu akibat yang buruk mengharuskan banyak orang untuk menganggap dosa sebagai sesuatu yang wajar. Setiap orang pasti berpikir, baik sesaat ataupun selama berjam-jam. Sebab dan akibat suatu keadaan yang terjadi didiskusikan, tetapi tindakan dan campur tangan kuasa Allah diabaikan.

Kita tidak dapat mengambil tanggung jawab seseorang bagi dirinya sendiri. Singkirkan inisiatif dan kesan mendukung diri sendiri, maka setelah melalui waktu yang panjang Anda menghancurkan orang itu. Tanggung jawab saya adalah menanyakan, "Apakah akibat akhir dari perkataan saya kepada orang ini?"

Saya belum pernah secara emosional menyukai suatu tipe konselor, karena saya selalu menganggap hal itu buruk. Kemudian saya membuat definisi tentang cinta yang telah saya temukan dalam hidup saya; "Cinta adalah kesediaan untuk berbuat baik kepada orang lain." Kita harus menghadapi setiap masalah demi dampak akhirnya. Jika saya membiarkan seseorang menjadi terlalu bergantung pada diri saya, berarti saya menghalangi mereka untuk menjadi seperti apa yang Allah kehendaki bagi kehidupan mereka.

Periksalah Motivasi yang Anda Miliki

Seseorang pernah mengatakan kepada saya bahwa beberapa konselor Kristen mempunyai semacam keinginan yang besar untuk dibutuhkan orang lain sehingga mereka secara tidak sadar menciptakan ketergantungan dalam diri orang lain. Hal ini tragis, karena berarti orang lain harus menjadi kurang penting sehingga membuat diri saya lebih penting.

Hal ini mengingatkan saya pada sebuah analogi. Tidakkah aneh sekali jika sebuah perusahaan yang memasang perancah pada waktu membangun gedung menetapkan suatu peraturan yang mengatakan bahwa perancah itu tidak boleh dilepas atau diturunkan setelah gedung yang dibangun jadi? Memang, pada saat pembangunan gedung, perancah itu sangat penting. Tetapi perancah tersebut akan merusak pemandangan pada sebuah bangunan yang sudah jadi.

Beberapa konselor ingin meneruskan memasang perancah itu pada orang- orang yang mereka layani. Mereka terus mengingatkan klien mereka bahwa mereka dibutuhkan dengan cara yang halus, "Saya telah menolong Anda pada saat yang kritis itu, tanpa saya, Anda tidak bisa mengatasinya." Pernyataan itu sebenarnya adalah cara lain untuk menolak menolong "membangun" orang yang lain. Rasa ketergantungan emosional seperti itu melemahkan keduanya.

Bagi saya, ketergantungan merupakan suatu tanda bahwa saya telah gagal. Sebagai perbandingan, dokter yang melihat seseorang menjadi sembuh dan tidak lagi bergantung kepadanya seharusnya akan senang luar biasa. Saya tentu saja tidak dapat menghargai seorang dokter yang mengikat pasien untuk kembali lagi kepadanya, sehingga dia dapat terus dibayar. Ini adalah penyalahgunaan jabatan. Konselor harus menyalurkan orang-orang yang telah dilayani ke dalam gereja, di mana orang-orang bisa saling menanggung beban dan saling membangun.

Beberapa tahun yang lalu, burung-burung camar laut mempunyai kebiasaan makan ikan yang dibuang oleh sebuah industri perikanan di pantai. Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi kemudian industri perikanan itu menghentikan usahanya. Burung-burung camar laut itu mati karena tidak mampu lagi pergi ke sana kemari mencari makanannya sendiri.

Inilah yang saya takutkan bahwa saya akan menciptakan suatu situasi dimana orang-orang akan mencari saya untuk mendapatkan jawaban- jawaban yang otomatis. Apabila kita memecahkan persoalan-persoalan orang lain, bukannya membantu mereka supaya mereka dapat mengatasi persoalan mereka sendiri, maka kita sebenarnya sedang merugikan mereka. Seorang eksekutif yang saya kenal menanyai bawahannya yang datang kepadanya dengan satu masalah, "Apakah ini merupakan sesuatu yang tidak dapat Anda kerjakan, atau sesuatu yang tidak ingin Anda kerjakan? Jika Anda tidak dapat mengerjakannya, kami dapat menolong Anda. Jika hal itu merupakan sesuatu yang tidak ingin Anda lakukan, maka kami tidak dapat menolong Anda".

Saya menggunakan pendekatan seperti itu dalam konseling. Saya bertanya, "Apakah hal itu merupakan sesuatu yang betul-betul ingin Anda pecahkan? Bersediakah Anda membayar harganya? Mengapa Anda berpikir bahwa saya bisa menolong diri Anda?" Mereka harus memikirkan semua hal ini masak-masak, atau mereka tidak berhak menerima nasihat saya. Sekarang saya mengerti bahwa seorang pendeta mungkin merasa dirinya dibayar, dan dia adalah pendeta dari kawanan domba, sehingga dia tidak dapat melakukan pendekatan yang sedemikian. Tetapi seorang pendeta mungkin akan merasa sangat heran melihat peningkatan kualitas konseling, jika orang-orang tahu bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban, serta diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Mereka tentu akan berpikir masak-masak sebelum mereka datang.

Ada beberapa orang yang datang terus untuk konseling dengan masalah yang sama dan tidak mau bertumbuh. Mengganti popok bayi itu perlu, tetapi Anda pasti berharap kapan waktunya Anda tidak lagi harus mengganti popok; menghadapi masalah yang sama berulang-ulang. Saya mengetahui ada banyak konseling yang hanya seperti mengganti popok itu. Jika orang-orang tidak mau bertumbuh dewasa, maka kita harus mendorong pertumbuhan mereka; dan untuk mencapai hal itu, kadang- kadang Anda harus bersikap sangat tegas.

Sumber
Halaman: 
45 - 48
Judul Artikel: 
Kepemimpinan Vol. 15
Penerbit: 
Yayasan ANDI, Yogyakarta

Komentar