Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Peran Orangtua dalam Pembentukan Jati Diri Remaja
Submitted by admin on Sat, 01/03/2003 - 00:00
PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN JATI DIRI REMAJA
Konsep diri yang salah bisa disebabkan karena beberapa sebab. Selain karena pemahaman teologia yang salah, bisa juga disebabkan karena masukan yang salah dari lingkungan, terutama keluarga. Sajian kaset TELAGA [No. 48A] yang berisi percakapan dengan Dr. Paul Gunadi berikut ini akan menolong kita untuk mengerti lebih jelas tentang bagaimana keluarga dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri anak.
T: Kita sering mendengar istilah "jati diri", apa sebenarnya yang dimaksud dengan jati diri atau konsep diri? J: Suatu pengetahuan tentang siapa kita, karena setiap kita pasti mempunyai gambaran tentang siapakah kita ini. Memang gambaran ini tidak selalu sama, karena konsep diri juga dipengaruhi oleh hal- hal yang kita alami pada masa yang lalu. T: Bagaimana caranya supaya anak remaja memiliki konsep diri yang benar? J: Yang diperlukan di sini adalah masukan dari orang tua atau dari keluarga. Nah, otomatis ini tidak bisa terjadi ketika anak sudah menginjak usia remaja. Ini harus terjadi sejak usia yang paling dini. Contoh: sewaktu anak bayi digendong oleh orang tua dan dikatakan, "Aduh senyummu bagus", "Aduh ketawamu lucu". Nah, ini menjadi masukan si bayi. Meskipun bayi belum tahu apa yang dikatakan orang tuanya tapi si bayi bisa merasakan bahwa yang dikatakan orang tuanya itu sesuatu yang baik, sesuatu yang menyenangkan. Jadi perasaan yang baik yang disalurkan kepada si bayi membuat si bayi juga merasa tenang. Ketika anak-anak menangis ibu biasanya akan mencoba menenangkan si bayi dengan menyanyi lagu yang lembut atau mengajaknya bicara atau bersenandung. Tidak ada bayi yang sedang menangis yang dapat ditenangkan dengan hardikan-hardikan atau suara keras. Anak bisa menangkap getaran dan emosi si ibu itu. Nah, dari hal kecil-kecil seperti itu sebetulnya orang tua sudah mulai berkomunikasi dengan si anak. Meskipun hanya sepihak dan belum melibatkan kemampuan berpikir yang canggih, tapi ini pun penting. T: Sebenarnya mulai kapan anak membutuhkan konsep diri/jati diri yang jelas? J: Dia mulai membutuhkannya serius pada masa dia memasuki usia remaja, kira-kira usia 12 tahun, di situlah anak sebetulnya sudah harus memiliki secara mendasar gambaran tentang siapa dia. Jika dia jelas maka dia bisa masuk ke dalam usia remajanya dengan lebih aman. Kalau ada masukan-masukan dari teman yang bertolak belakang dari yang dia terima dari orang tuanya, dia memiliki kesempatan untuk membandingkan dan mengevaluasi mana yang benar. Kalau orangtua tidak memberikan sama sekali masukan kepadanya, dia akan menerima apa yang diberikan dari teman-temannya. T: Tadi dikatakan, dasar konsep diri dibangun sejak dari kecil. Nah, sampai usia 12 tahun, apakah peran orangtua? J: Mereka harus bisa mengkomunikasikan kepada anak bahwa mereka penting, mereka berharga dan mereka dikasihi. Orangtua juga perlu memberikan keyakinan kepada anak bahwa mereka baik, dan mereka bisa menjadi lebih baik. Di sini orangtua perlu mengarahkan anak ke mana dia harus bertindak atau pergi, dengan siapa dia bergaul, hidup seperti apa yang baik, dll. Hal-hal seperti ini perlu dikomunikasikan kepada si anak dan ini bisa disampaikannya dengan cara yang sangat informal. T: Apakah kita sebagai orang tua bisa mengetahui apakah anak kita sudah menemukan jati dirinya atau belum? J: Saya kira kita bisa mendeteksinya dengan cara melihat seberapa mudah dia terombang-ambing. Anak yang mudah terombang-ambing saya kira memperlihatkan bahwa proses pembentukan jati dirinya belum mantap. Pembentukan jati diri bisa memakan waktu yang lama, tapi tidak semua anak sama, ada yang lamban, ada yang cepat. Nah, untuk yang lebih lamban, mungkin saja karena anak cenderung lebih nakal, lebih badung, dsb. sehingga membuat dia lebih banyak bergumul untuk menggabungkan masukan dari orangtua dan masukan dari teman-temannya. T: Apakah seseorang yang sekali menemukan jati dirinya dia akan tetap di situ atau dia suatu saat bisa berubah lagi? J: Dia akan mempertahankan bagian dasar dari konsep dirinya, tapi ia akan terus memoles dan menambahkan dengan masukan yang baru. Yang tidak relevan akan ditinggalkan, kemudian dia masukkan yang baru, demikian terus-menerus menjadi suatu proses yang dinamis. T: Apa yang Alkitab katakan sehubungan dengan peran orang tua dalam pembentukan jati diri anak? J: Amsal 1:8 berkata: "Hai anak-Ku dengarlah didikan ayahmu dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu. Sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu dan suatu kalung bagi lehermu." Jadi memang Tuhan meminta anak-anak mendengarkan didikan orangtua ibaratnya seperti karangan bunga atau kalung bagi leher si anak yang akan menghiasi si anak. Tugas orang tua sudah pasti adalah memberi didikan dan memberi ajaran, dan hal ini tidak boleh berhenti karena itu memang tugas yang Tuhan embankan.