Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Bagaimana Menolong Wanita yang Diperkosa
Edisi C3I: e-Konsel 135 - Memulihkan Trauma karena Perkosaan
APAKAH PERKOSAAN ITU?
Perkosaan adalah perbuatan seseorang yang memaksakan dirinya atas seorang lain secara seksual tanpa persetujuan orang tersebut. Sering kali ini dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap seorang wanita atau seorang gadis, namun hal yang sama dapat juga terjadi atas seorang anak laki-laki atau seorang pria. Dalam suasana damai, perkosaan sudah merupakan masalah sosial, seperti dalam kisah Tamar (2 Samuel 13) di mana perkosaan adalah wujud hawa nafsu dalam hubungan "incest", antarsaudara. Terlebih lagi dalam waktu perang, perkosaan merupakan bagian dari tindak kekerasan. Perkosaan bisa dilakukan oleh seorang anggota keluarga, seorang kawan yang dipercaya, atau oleh seorang yang sama sekali asing.
MENGERTI AKIBAT-AKIBAT DARI PERKOSAAN
Perkosaan adalah salah satu pengalaman yang paling menyakitkan yang dapat dialami seorang wanita. Pengalaman itu meninggalkan bekas-bekas luka yang dalam dan terasa sakit untuk waktu yang lama. Karena kaum wanita merasa malu oleh perkosaan, luka yang diakibatkannya ditutupi dan sangat dirahasiakan.
Tidak ada orang lain yang mengetahui apa yang terjadi. Karena ia tidak menceritakan peristiwa perkosaan itu kepada orang lain, bukanlah berarti bahwa peristiwa itu tidak terjadi padanya.
-
Bagaimana akibat perkosaan terhadap seorang wanita?
-
Ia akan diliputi satu perasaan malu yang mendalam. Ia akan merasa seolah dirinya ditutupi oleh kotoran yang tak dapat disingkirkannya.
-
Ia bisa merasa diri hancur, tidak lagi berharga. Kalau ia belum menikah, ia mungkin merasa bahwa tidak seorang pun yang akan mau menikahinya. Ia bisa merasa begitu sedih sampai kepada titik di mana ia ingin membunuh dirinya sendiri.
-
Ia bisa merasa marah kepada semua laki-laki. Mungkin juga hal ini terjadi bahwa ia marah kepada Allah karena membiarkan hal itu terjadi atasnya. Kemarahan ini dapat ditujukan kepada siapa saja yang sedang bersama-sama dia.
-
Ia bisa merasa bersalah dan mengira bahwa Allah sedang menghukum dia. Mungkin timbul pertanyaan: "Apa yang telah saya perbuat sehingga saya harus mengalami semua ini?" Orang-orang lain dapat menguatkan perasaan seperti itu dengan menuduh dia ikut bertanggung jawab atas pengalaman diperkosa tersebut.
-
Ia mungkin takut menceritakannya kepada siapa pun. Kalau mereka tahu, mungkin saja mereka menuduh dia berbohong atau menyalahkan dia untuk kejadian tersebut. Suami atau pacarnya dapat menolak dia dan masyarakat mungkin akan memandang rendah kepadanya.
-
Ia mungkin tidak lagi bisa menikmati hubungan seksual, atau menjadi kaku dan dingin oleh rasa takut terhadap seks. Atau dia mulai melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki karena merasa dirinya hancur dan tak berharga.
-
Ia mungkin terluka pada organ seksualnya atau pada organ tubuh bagian dalam lainnya. Ketika seorang wanita bergumul melawan pemerkosanya, mungkin saja ia mengalami patah tulang atau luka-luka lainnya. Dia dapat tertular AIDS, penyakit kelamin lain yang menular, atau menjadi hamil. Dia mungkin ingin mengaborsi jabang bayi itu. Suatu hal yang dapat mengakibatkan kemandulan.
-
Dia mungkin tidak dapat memercayakan dirinya kepada Allah untuk melindungi dirinya di masa depan.
-
Ia mungkin berpikir bahwa dirinya dikuasai iblis.
-
Bagaimana perkosaan memengaruhi pernikahan seorang wanita dan keluarganya?
-
Bagaimana perkosaan itu berakibat pada si pemerkosa?
Apabila perkosaan dilakukan oleh seorang bersenjata atau seorang asing, keluarga dan masyarakat dapat bersimpati kepada wanita tadi. Seandainya mereka menyaksikan perkosaan tersebut, mereka dapat merasa seolah diri mereka ikut diperkosa.
Apabila wanita itu tidak memberitahukan pengalaman itu kepada keluarganya, mereka mungkin tidak mengerti mengapa dia sedih dan marah. Suaminya mungkin tidak mengerti mengapa sulit baginya sekarang untuk berhubungan secara seksual.
Apabila ia menceritakan pengalamannya kepada keluarganya dan perkosaan itu dilakukan oleh seorang yang mereka kenal, mungkin mereka tidak menerima kenyataan bahwa ayah, paman, abang, atau pendeta itu telah melakukan perbuatan biadab tersebut. Mereka mungkin takut untuk menuduh si pemerkosa, terlebih apabila ia merupakan seorang yang berkedudukan terhormat di dalam keluarga atau masyarakat. Demi memelihara perdamaian, mereka cenderung menolak bahwa itu benar terjadi dan berkata kepada wanita itu bahwa dia berdusta. Atau kalaupun mereka percaya apa yang terjadi, mereka menyalahkan wanita itu atas kejadian tersebut, menuduh dialah yang bersikap "mengundang" si pemerkosa untuk bertindak menghukum dia. Atau, seperti halnya Absalom mereka merencanakan bagaimana membalas dendam. Bagaimanapun, perkosaan akan menyebabkan masalah-masalah serius di dalam pernikahan seorang wanita dan keluarganya.
Suami wanita itu secara khusus akan terpengaruh oleh perkosaan. Ia bisa merasa, bahwa sekarang istrinya sudah cemar sehingga ia tidak lagi mau bersama-sama dia. Apabila hal ini terjadi, rasa malu pada si wanita akan bertambah dan ia juga akan merasa lebih terkucil lagi.
Tentara yang memerkosa sering kali kelihatan bangga atas perbuatannya, namun kekerasan yang mereka lakukan terhadap orang lain akan membunuh sesuatu di dalam dirinya.
Kalau orang itu adalah seorang Kristen, dia dapat merasa sangat bersalah dan malu. Dia akan lebih takut daripada wanita itu untuk menceritakan perbuatannya kepada orang lain. Ia akan menjadi seseorang yang penuh dengan pergumulan batin. Perasaan malunya dapat menjadi kian membesar sehingga mungkin pada satu saat dapat mendorongnya untuk bunuh diri.
-
Dia memerlukan bantuan medis. Korban perkosaan perlu sesegera mungkin mendapat perawatan medis. Ada obat yang dapat diberikan segera setelah perkosaan sehingga mengurangi kemungkinan wanita itu tertular AIDS. Dokter perlu memeriksanya dari kemungkinan infeksi atau luka-luka lainnya.
-
Wanita itu perlu didampingi seseorang kepada siapa dia dapat berbicara dan yang dapat dia percayai. Karena perkosaan membuat seorang wanita sangat dipermalukan, dia hanya akan mau membuka masalahnya dan membagi rasa sakitnya kepada seseorang yang dia percayai akan menjaganya sebagai rahasia pribadi. Karena korban perkosaan sudah merasa kurang enak dengan dirinya sendiri, mereka tidak akan mau berbagi perasaan dengan orang yang akan mempersalahkan mereka tentang apa yang telah terjadi. Biasanya seorang wanita tahu siapa yang dapat dia percayai dan dia harus dapat memilih kepada siapa dia mau berbicara. Mungkin itu seorang pendeta, seorang istri pendeta, seorang wanita yang bijaksana di dalam jemaat, atau seorang wanita lain yang pernah mengalami perkosaan. Para pendeta seyogianya mengenali orang-orang dalam jemaat yang mempunyai kemampuan ini, memberikan mereka pelatihan untuk meningkatkan kemampuannya.
-
Dia perlu meyakini bahwa ia dikasihi. Mula-mula, wanita itu mungkin marah sekali kepada Tuhan sedemikian sampai dia tidak mau berdoa atau mendengar firman Allah. Kasih yang mungkin dapat dia terima adalah kasih dari orang di sekeliling dia. Kalau dia melihat bahwa orang masih menghargai dan mengasihi dia, lambat laun dia akan sadar bahwa dia tidak hancur. Suami dan anggota keluarga lain memainkan peran penting dalam hal ini. Pada waktunya dia akan siap untuk menerima penghiburan dari firman Allah dan mendengar orang-orang lain berdoa buat dia. Beberapa bagian Firman yang akan menolong di antaranya Maz. 71:19-20 dan 1Yoh. 3:1-3.
-
Dia perlu membawa rasa sakitnya kepada Tuhan. Pada waktunya, bila dia siap, dia perlu membawa sendiri rasa sakitnya kepada Allah dalam doa dan meminta Tuhan menyembuhkannya. Lebih baik kalau dia dapat menyebutkan kehilangan-kehilangan yang dialami dengan rinci ketika diperkosa, misalnya kemurniannya, keperawanannya, atau sukacitanya. Dia perlu didorong untuk meminta Allah memulihkan semuanya di dalam hidupnya (Mzm. 10:17-18).
-
Dia perlu dapat mengampuni orang yang memerkosa dirinya. Kalau rasa sakit di hatinya sudah disembuhkan Tuhan, dia akan mulai dapat mengampuni si pemerkosa. Orang itu telah melakukan sesuatu yang jahat, akan tetapi Allah memerintahkan kita mengampuni mereka yang berbuat jahat kepada kita (Mat. 6:14-15). Proses mengampuni itu mungkin memerlukan waktu panjang. Apabila seorang anak lahir dari perkosaan, mengampuni si pemerkosa dalam hatinya akan menolong si ibu untuk sepenuhnya menerima anak itu.
BAGAIMANA MENOLONG SEORANG YANG TELAH DIPERKOSA?
Ketika seorang wanita berbicara kepada seorang lain tentang pengalamannya diperkosa, pembicaraan itu menjadi sangat pribadi dan suatu ikatan dapat terjadi di antara mereka. Oleh karena itu, lebih baik kalau seorang wanitalah yang berbicara kepada wanita yang diperkosa itu. Kalau itu dilakukan seorang laki-laki, sebaiknya seorang wanita lain diminta hadir. Apakah itu istrinya atau seorang wanita dewasa lain dari jemaat. Kalau tidak dapat dihadiri oleh seorang wanita lain, maka istrinya dan seseorang lainnya dari jemaat perlu mengetahui bahwa ia sedang mengadakan pembicaraan dengan wanita yang diperkosa itu, dan di mana serta kapan pembicaraan itu dilakukan.
Beberapa wanita tidak bebas membagikan perasaannya kepada orang lain. Karena itu, para pendeta harus memasukkan pokok-pokok doa dan ajaran tentang korban perkosaan dalam kebaktian yang mereka pimpin. Kalau itu dilakukan, seberkas harapan dapat timbul pada seseorang yang memiliki rasa sakit yang dalam dan tersembunyi. Hal itu juga menolong mereka menyadari bahwa mereka dapat berbicara tentang pokok itu kepada orang lain.
Seorang konselor perlu membuat si korban dapat berbicara dengan bebas tentang apa yang telah terjadi dan apa yang dia rasakan. Dia perlu mendapat kesempatan untuk mengeluarkan rasa marah dan malu yang disimpannya. Sangat biasa kalau korban perkosaan juga marah kepada Tuhan. Ini tidak apa-apa. Allah kita dapat menerima kemarahan itu dan tetap mengasihi dia. Jauh lebih baik dalam tahap ini, kalau dia dapat berbicara sejujurnya tentang semua perasaannya daripada menyembunyikannya. Mendorong dia menuliskan suatu nyanyian ratapan akan merupakan cara yang baik untuk menolong dia mencurahkan perasaannya.
Langkah pertama menuju pemulihan adalah ketika wanita itu menyadari dampak dari perkosaan itu dalam kehidupannya. Ini akan terjadi apabila dia membicarakan tentang itu dengan seseorang yang mendengarkan dengan baik, mengerti dia dan mengerti perasaannya. Wanita itu akan memerlukan waktu banyak untuk berbicara tentang hal itu dalam hari-hari atau bulan-bulan mendatang.
Bahan diambil dan disesuaikan seperlunya dari:
Judul buku | : | Menyembuhkan Luka Batin Akibat Trauma |
Penulis | : | Margaret Hill, Harriet Hill, Richard Bagge, dan Pat Miersma |
Penerjemah | : | Melly Situmorang Wenas |
Penerbit | : | Kartidaya dan Gloria Graffa, Jakarta dan Yogyakarta 2006 |
Halaman | : | 76 -- 88 |