Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Kemiskinan dan Tanggung Jawab Orang Kristen

Edisi C3I: e-Konsel 141 - Kemiskinan

Alkitab berkata, "Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu, sebab sungguh TUHAN akan memberkati engkau di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka, asal saja engkau mendengarkan baik-baik suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segenap perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini" (Ul. 15:4-5). Tuhan Yesus berkata, "... orang-orang miskin selalu ada padamu" (Matius 26:11).

Salah satu sisi dari kepedulian sosial orang Kristen adalah tanggung jawabnya untuk memedulikan dan memerhatikan orang-orang yang miskin dan tertindas. Ia berbuat sesuatu demi kesejahteraan mereka.

Suatu pendekatan alkitabiah dalam masalah ekonomi pasti akan menyoroti masalah kemiskinan. Apakah penyebabnya? Apakah bentuk-bentuk kemiskinan? Bagaimanakah masalah kemiskinan dalam masyarakat dapat ditanggulangi secara adil?

Penyelidikan terhadap kemiskinan dan tanggung jawab terhadap orang-orang miskin memerlukan pemahaman tentang penyebab kemiskinan dalam suatu masyarakat dan bagaimana orang Kristen dapat menjawab tantangan itu. Seorang sarjana menegaskan bahwa mencari jalan keluar untuk masalah kemiskinan menuntut kerja sama sebagai suatu komunitas demi meningkatkan jumlah warga negara yang mandiri.

Penyebab-Penyebab Umum Kemiskinan

Secara umum, ada empat hal yang menyebabkan orang menjadi miskin.

  1. Budaya bergantung kepada orang lain.

  2. Ketidakmampuan dari suatu generasi ke generasi yang lain untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang lebih luas.

  3. Perkembangan yang terhambat dari potensi manusia.

  4. Meningkatnya orang tua tunggal: janda yang menjadi kepala rumah tangga. Jumlah orang miskin terus bertambah.

Dari arah manakah kita harus mulai melangkah agar dapat memberikan sumbangsih yang berarti untuk mengatasi krisis kemiskinan ini?

Siapakah yang Disebut Sebagai Orang Miskin? Apakah Tanggung Jawab Orang Kristen Terhadap Orang Miskin?

Sesungguhnya banyak kategori dari orang miskin. Mereka telah menjadi miskin karena berbagai penyebab. Di sini dikemukakan beberapa kategori orang miskin berdasarkan penyebab-penyebabnya.

  1. Psikologis: pandangan seseorang terhadap hidup dan masa depan.

  2. Cacat secara fisik sehingga tidak dapat memelihara diri sendiri.

  3. Moral:

    1. kurangnya etiket kerja yang memadai;

    2. kehadiran penindasan dan ketidakadilan;

    3. tetap tinggal dalam kelakuan sosial yang tidak menopang sikap mandiri secara ekonomi dan secara pribadi.

  4. Masyarakat: termasuk di dalamnya perubahan dalam etos masyarakat dan juga struktur ekonomi.

  5. Politik: ini terjadi apabila kemiskinan merupakan akibat dari strategi pemerintah yang kurang berhikmat atau untuk kepentingan pribadi.

Usaha untuk mengentaskan kemiskinan yang hanya berpusat pada kelompok garis bawah kemiskinan dapat salah arah bila jalan keluarnya hanya dengan memberikan uang.

Sebaliknya, perlu usaha untuk mengenal penyebab suatu kemiskinan dari sekelompok orang-orang miskin sehingga kita dapat menanganinya secara tepat. Seorang yang miskin karena harga diri yang rendah membutuhkan jenis pertolongan yang khusus, yang berbeda penanganannya dari seorang yang sedang menganggur. Demikian pula dengan seorang yang sombong terhadap pekerjaan, perlu pendekatan yang berbeda dari seseorang yang menderita cacat tubuh secara tetap.

Komunitas injili menyadari bahwa Alkitab sebagai firman Allah -- yang otoritatif dan diilhami oleh Allah -- berbicara secara jelas mengenai masalah kemiskinan dan semua hal tentang kehidupan dan minat manusia. Kaum injili mengerti tanggung jawab pribadi dan kolektif, juga segala aspek hubungan sosial dan pribadi seperti yang tertulis dalam Alkitab. Karena itu, kaum injili percaya bahwa tanggung jawabnya ialah apa yang digambarkan oleh Alkitab sebagai tugas kita di hadapan Allah. Tugas-tugas ini meliputi sebagai hamba terhadap orang lain, sebagai penatalayan atas sumber-sumber dan kesempatan yang ada pada kita, sebagai saksi tentang kebenaran Allah, dan sebagai orang yang melengkapi orang lain bagi pekerjaan pelayanan. Itulah panggilan Allah bagi kita.

Kaum injili perlu berharap dan bersandar pada tuntunan dan ajaran Alkitab dalam mengenal bagaimana mereka harus memberikan respons atas masalah kemiskinan dalam lingkungan bangsa mereka dan dunia.

Pengajaran Alkitab tentang Tanggung Jawab Terhadap Orang Miskin

George Grant berkata, "Menurut Alkitab, orang miskin dibagi antara yang tertindas dan yang malas. Orang tertindas adalah sasaran dari pemeliharaan istimewa Allah, sedang orang malas adalah sasaran dari kutukan Allah."

Siapakah orang-orang tertindas? David Chilton mengelompokkan mereka yang mudah terkena penindasan:

  1. janda,

  2. yatim piatu,

  3. miskin karena penyakit, dan

  4. korban penindasan politik dan ekonomi.

Siapakah orang-orang malas? Mereka adalah sebagai berikut.

  1. Keluarga yang tidak bertanggung jawab. Kasih yang alkitabiah tidak pernah menopang sifat tidak bertanggung jawab.

  2. Orang-orang yang menjadi miskin karena kelemahan moral atau perubahan dalam etos sosial.

Ajaran Alkitab menyatakan bahwa orang miskin memunyai tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, khususnya bagi mereka yang tidak terkena bentuk-bentuk penindasan -- psikologis, fisikal, sosial, ataupun politik. Misalnya, kitab Rut mengisahkan peranan orang miskin dalam tanggung jawab mereka bagi kelangsungan hidup.

Prinsip-Prinsip Alkitab

  1. Penerima dari kasih Alkitab harus rajin bekerja, kecuali kalau ia mengalami cacat total. Bertanggung jawab untuk berusaha menyediakan kebutuhan sendiri/keluarga dengan bekerja.

  2. Kasih Alkitab diberikan oleh para pemilik tanah, bukan oleh suatu lembaga. Hasil bumi tetap menjadi milik petani sampai tiba saatnya para pekerja yang rajin menuainya.

  3. Kasih Alkitab bersifat diskriminatif. Kasih itu hanya datang kepada orang-orang yang rela menerima tanggung jawab atas keadaan mereka dan bekerja untuk memperbaiki diri mereka.

Ajaran Alkitab tentang Tanggung Jawab

Perintah untuk menolong orang miskin dalam nama Tuhan Yesus Kristus merupakan kesaksian Alkitab yang sangat jelas: semua orang yang telah dipanggil dalam nama-Nya harus berjalan dalam kasih (Ef. 5:2). Kita harus mengerjakan belas kasihan (2Kor. 1:3-4). Kita harus bergumul dengan keadilan dan mempraktikkan kemurahan, kesenangan, dan kemerdekaan, baik kepada orang-orang dewasa maupun anak-anak di mana pun kita berada (Zak. 7:8-10).

Jadi, tanggung jawab dari komunitas Kristen terhadap kaum miskin ialah sebagai berikut.

  1. Mengasihi orang-orang tertindas dengan: "... membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, ... memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, ... memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, ... engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!" (Yes. 58:6-7).

  2. Kasih terhadap orang tertindas menyebabkan perubahan kemiskinan menjadi produktivitas melalui setiap cara yang ada pada kita.

  3. Mengasihi orang-orang malas: termasuk nasihat, teguran (2Tes. 3:15; Ams. 13:18), dan orientasi ulang terhadap kenyataan melalui pemberitaan Injil (Yoh. 8:32). Respons yang penuh kasih dan belas kasihan terhadap orang-orang malas bertujuan untuk memberikan peringatan kepada mereka. Selain itu, melengkapi dan menyanggupkan mereka melangkah melewati ketergantungannya pada orang lain. Orang Kristen memunyai tanggung jawab yang tak dapat dielakkan untuk melakukan kedua jenis kasih ini dengan rajin dan penuh semangat.

Memobilisasi Komunitas Kristen

Seorang Kristen, keluarga Kristen, dan gereja injili dapat menunaikan tanggung jawab ilahi untuk memenuhi kebutuhan orang-orang miskin melalui banyak cara. Tekanannya bukan pada apa yang akan kita lakukan, melainkan bagaimana mulai mengerjakan tanggung jawab kita terhadap orang-orang miskin.

Tidak banyak gereja yang memunyai program untuk pelayanan kaum miskin. Perlu dijembatani jurang motivasi dan pendidikan untuk mencapai tujuan ini.

  1. Visi Dalam Alkitab, Tuhan memimpin umat-Nya dalam tindakan ketaatan yang berani melalui visi. Melalui visi, mereka mendapatkan gambaran tentang rencana Allah bagi kehidupan mereka.

  2. Tujuan dari setiap visi adalah untuk menyediakan umat Allah yang sesuai dengan konteks/tempat untuk ketaatan mereka, yang melampaui ruang dan waktu. Menetapkan mereka dalam pekerjaan yang tetap disertai berkat Allah yang abadi. Visi seperti ini perlu diperlihatkan kepada umat Allah dewasa ini bila berkaitan dengan pelayanan bagi orang-orang miskin.

  3. Pendidikan Mengajarkan kepada jemaat pengajaran Alkitab yang berkaitan dengan tanggung jawab Kristen terhadap orang miskin. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: 1. mengadakan riset Alkitab untuk melihat ajaran tentang tanggung jawab orang Kristen terhadap orang miskin; 2. mengadakan kontak dengan perwakilan setempat/gereja lokal tentang apa yang sedang mereka lakukan; 3. meminta informasi dari lembaga-lembaga sosial di tempat-tempat lain di luar negeri -- sebagai perbandingan -- untuk melihat metode yang mereka pakai dalam melayani dan memenuhi kebutuhan orang-orang miskin.

  4. Dari data yang diperoleh, beberapa tujuan dapat ditetapkan. Usaha mendidik dapat dilakukan dengan memuat sebagian tulisan dari buku-buku Kristen atau ayat-ayat Alkitab dalam buletin gereja atau warta mingguan gereja.

  5. Motivasi Pemimpin gereja dapat memberikan dorongan dan bantuan kepada jemaat yang rindu terlibat dalam pelayanan kepada orang-orang miskin. Karena gereja berfungsi sebagai garam dan terang di tengah-tengah komunitas di mana ia berada, anggota jemaat harus yakin bahwa mereka dapat dipakai oleh Tuhan untuk memengaruhi pola pikir terhadap masalah kemiskinan.

  6. Perubahan sosial tidak boleh berhenti. Manusia dapat mengatasi kekuatan dari kemajuan atau pun kemunduran. Suatu generasi yang memiliki komitmen kuat dapat memengaruhi arah perubahan sosial. Apakah komunitas injili rela dan sanggup menjadi generasi yang memiliki komitmen untuk suatu perubahan sosial?

Bagaimana Gereja Terlibat?

Gereja dapat terlibat dalam pelayanan terhadap orang-orang miskin dan memengaruhi perubahan sosial masyarakat melalui tiga hal berikut.

  1. Pelayanan penginjilan, termasuk di dalamnya adalah: - sosiologi dan keselamatan; - reformasi dan penebusan; - kebudayaan dan pertobatan; - suatu orde sosial baru dan kelahiran baru; - suatu revolusi dan regenerasi.

  2. Jika penginjilan yang dilakukan tidak berorientasi pada prinsip ini, penginjilan itu tidak mampu, berpandangan sempit, dan akan gagal untuk menghidupi panggilan ilahi yang mulia dari Amanat Agung.

  3. Pemberian pelayanan dan pendidikan serta pelatihan bagi orang-orang miskin agar mereka dapat menolong diri sendiri. Masalah harga diri, pemberantasan buta aksara, dan keterampilan kerja dapat diberikan dalam program pendidikan tersebut. Pelaksanaannya dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama antar gereja ataupun antara gereja dan pemerintah setempat.

  4. Kelompok kerja dalam gereja. Kelompok ini memimpin jemaat untuk menolong pemerintah dengan memberikan informasi dan keprihatinan mereka terhadap orang-orang miskin.

Masalah terbesar yang kita jumpai dalam menunaikan tugas bagi orang-orang miskin berkaitan dengan: motivasi, pendidikan, dan organisasi. Tidak ada ajaran yang jelas dalam Alkitab yang menyatakan bahwa tanggung jawab pribadi berlawanan dengan tanggung jawab sosial dalam menangani kemiskinan. Orang-orang yang hidup dalam suatu masyarakat memiliki kebebasan dan tanggung jawab untuk memutuskan bagaimana mereka harus mencari keseimbangan antara masalah pribadi dan umum.

Suatu panggilan bagi gereja injili adalah membangun kembali komitmen mereka pada misi gereja untuk menjadi garam dan terang dunia, serta membangun kembali kredibilitas untuk pesan dari anugerah Allah dalam Kristus.

Kiranya Allah membangun suatu generasi yang bertanggung jawab untuk membawa tantangan dan kesempatan melayani orang-orang miskin, sekarang, dan juga pada saat yang akan datang.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Sahabat Gembala, Edisi Februari 1995
Penulis : DR. Ruth F. Selan
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1995
Halaman : 18 -- 22

Komentar