Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Kerelaan Untuk Disembuhkan
Ada selintas masa dalam hidupku yang mengguratkan kepedihan mendalam di hatiku. Nyerinya begitu terasa. Dan itu terjadi lima belas tahun yang silam, ketika dalam waktu yang hampir bersamaan aku kehilangan dua orang yang sangat kucintai.
Ayahku dan seorang sahabat terbaikku. Aku kehilangan mereka berdua dengan cara yang berbeda, tapi sama-sama menyakitkan karena aku tidak bisa merelakan kepergian mereka. Hari-hari pun kulalui tanpa menyisakan makna yang berarti dan hanya sekedar kujalani. Hingga saat Natal pun tiba. Kemeriahan di mall-mall dan pesta-pesta Natal mahasiswa mulai terdengar gaungnya. Tapi aku merasa sendiri di sudut terpencil. Manakala lagu Natal yang dinyanyikan oleh Jason Donovan terdengar begitu syahdu, begitu juga dampaknya pada hatiku. Kosong. Sepi. Sendiri.
Saat itu sungguh kusadari kenyataan, bahwa aku bisa kesepian di tengah keramaian Natal yang begitu indah. Aku bagaikan orang asing di tengah teman-temanku yang bercanda-ria. Kesendirian ini begitu menyiksaku dan membuatku melangkahkan kaki keluar dari keramaian. Kutapaki jalan dengan wajah tertunduk dan airmata mulai menetes satu demi satu. Inilah Natalku yang begitu biru. Natalku tanpa orang-orang yang kukasihi di dekatku. Dan lagu Natal terdengar seperti lonceng kematian di hatiku.
Kunikmati kesepianku waktu itu. Kukupas maknanya satu per satu, seiring berlalunya tahun. Betapa hati manusia begitu rentan dengan rasa kehilangan. Dan ketika kehilangan itu tidak direlakan, maka semuanya menjadi terasa begitu berat dan menimbulkan penyesalan. Kesedihan selalu menggantung bersama dengan tetesan embun setiap pagi di sela-sela rumput. Selalu ada, tapi bukan untuk menyejukkan melainkan untuk menambah keperihan.
Aku butuh waktu yang begitu lama untuk menyembuhkan hatiku yang berlumur dengan luka. Sangat lama bahkan. Karena aku berjuang sendiri. Karena aku mengandalkan kemampuanku sendiri. Dan aku juga tetap memegang bayang-bayang masa lalu, untuk kemudian kupeluk dan kutangisi. Kalau sudah begitu, mana mungkin aku sanggup untuk melepaskannya?
Kesadaran bahwa hidup perlu ditandai dengan sesuatu yang berarti, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, menyadarkanku bahwa sudah saatnya aku melepaskan diri dari segala ikatan kepedihan di masa lalu. Mungkin saja sebuah kesadaran yang terlambat, tapi ketika nafas Tuhan menghembus masuk ke hatiku, tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Dan ketika dengan kerelaan yang total, kuserahkan semua luka-luka dan masa laluku pada Tuhan, untuk Dia ambil dan sembuhkan, terasa bebanku mulai terangkat dan hatiku mulai merasakan betapa Tuhan sesungguhnya begitu mencintaiku. Dia tidak pernah ingin melihat aku menderita, tapi dia menempaku untuk menjadi manusia yang lebih tegar dan bersandar sepenuhnya pada kuasa-Nya.
Betapa sia-sianya ketika aku melakukan segalanya dengan usahaku semata. Kupikir aku cukup kuat, tapi ternyata pikiran manusia justru sering menyesatkan dan mudah jatuh dalam berbagai perasaan yang melemahkan dan bukannya membangun. Sungguh indah ketika dalam hidup ini bisa pasrah pada Tuhan dan menerima kehendak-Nya dengan tulus, sebagai sarana untuk mengasah hidup menjadi lebih berarti. Semuanya menjadi lebih ringan, apalagi ketika kita menyadari bahwa hidup sesungguhnya adalah serangkaian perjuangan untuk memenangkan kehendak Tuhan dalam diri kita. Perjuangan kita untuk lebih mencintai Tuhan lebih dari segala hal yang begitu mengikat kita di dunia ini.
Lagu Natal Jason Donovan kerap masih terdengar sampai saat ini, terlebih ketika saat Natal mulai tiba. Aku juga masih ingat dengan kesedihan yang begitu menyayat saat itu. Tapi kini kukenang dengan penuh rasa syukur dan takjub. Betapa cinta Tuhan sanggup mengangkat segala rasa sakit itu dan menggantinya dengan kekuatan dan ketegaran, ketika aku memang merelakan Tuhan untuk mengobati-Nya.
Kesepian dan kesedihan adalah hal yang wajar ketika kita merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang kita kasihi. Tapi jangan sampai hal itu membelenggu kita dan mengikat kita pada suatu masa dan membenamkan kita pada rasa tak berguna. Hidup adalah sebuah bejana yang mesti kita isi dengan limpahan cinta kita pada-Nya. Bersandarlah sepenuhnya pada Tuhan, percayalah bahwa Dia sanggup membuat hati kita menyala kembali oleh terang kasih-Nya.
Dotty (10 Oktober 2004)
Sumber: Pondok Renungan
Tanggal akses: 29 November 2011