Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Manfaat Persahabatan

Edisi C3I: e-Konsel 283 - Hubungan Antarteman

Sahabat mengisi banyak kekurangan. Kitab Suci memberi beragam contoh manfaat persahabatan. Daud dan Yonatan saling memperkaya hidup mereka dengan persahabatan yang melampaui keadaan dan derajat (1 Samuel 20). Meskipun Yonatan dan Daud bersaing untuk takhta Israel, ikatan persahabatan menyatukan mereka dalam komitmen, dan Yonatan bersedia mengorbankan hak warisnya demi membela dan menolong Daud.

Barnabas dan Timotius adalah rekan sekerja dan sahabat dari rasul Paulus. Barnabas adalah pendukung awal Paulus (Kisah Para Rasul 9:27) dan bekerja sama dalam perjalanan misi pertama Paulus (Kisah Para Rasul 13:1-3). Meskipun di kemudian hari mereka berselisih dan berpisah (Kisah Para Rasul 15:39), keduanya mendapat manfaat yang besar dengan melayani satu sama lain.

Hubungan Paulus dengan Timotius merupakan hubungan guru-murid sekaligus hubungan persahabatan. Timotius adalah "anak Paulus yang sah di dalam iman" (1 Timotius 1:2). Hubungan mereka diawali sebagai guru dan murid, lalu berkembang menjadi teman akrab dan rekan sekerja.

Kita dapat mengidentifikasi setidaknya delapan manfaat utama dari persahabatan yang karib.

1. Dukungan emosional.

Sahabat

Ketika kita bertumbuh dalam persahabatan dengan orang lain, kita mengembangkan ikatan berupa dukungan secara emosional dengan mereka. Sahabat yang baik membangun kita dan memperkaya harga diri kita dengan memberi tahu kita bahwa dia menerima dan mengasihi kita. "Sebagaimana minyak harum dan wangi-wangian menyenangkan hati, demikian juga kebaikan kawan menyegarkan jiwa." (Amsal 27:9, BIS) Pertemanan membangun kita secara emosional dan memberi kita dukungan dan kebahagiaan. Sebaliknya, peristiwa kehilangan teman, entah karena kematian atau pertikaian, sering membawa kita ke dalam keputusasaan dan kesedihan. Pertemanan selalu mengakar secara emosional.

2. Pertolongan dalam masalah.

"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17) Pertemanan sejati berlanjut ketika kita sedang jatuh dan berada dalam masalah. Seorang sahabat akan berdiri di samping kita dan menolong, bahkan sering kali dengan pengorbanan diri yang luar biasa. Dia memberi tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

3. Kestabilan pribadi.

Tanpa kehadiran teman, kita tidak berakar karena teman-teman dan keluarga membentuk fondasi kehidupan yang stabil. Mereka menahan kita untuk membuat keputusan yang gegabah dan kecenderungan untuk berpusat pada diri sendiri, serta memberikan fokus yang tepat pada sasaran karier kita. Pekerjaan hebat tidak dapat mengisi kehampaan sebuah persahabatan.

4. Pertolongan dan bimbingan rohani.

"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17) Beberapa pertolongan rohani kita yang luar biasa berasal dari sahabat-sahabat yang sungguh-sungguh memerhatikan kita, yang mengatakan kebenaran dengan kasih. Sahabat-sahabat kita pasti menjadi pendukung rohani kita yang paling luar biasa. Ketika suatu persahabatan kekurangan dimensi rohani, kita sebaiknya mempertanyakan apakah hubungan itu merupakan persahabatan yang benar-benar alkitabiah.

5. Kebebasan berpendapat.

Dalam persahabatan, kita dapat berbicara secara bebas dan terbuka tanpa takut dihakimi. Kita dapat berbagi perasaan sekalipun kurang masuk akal. Kita tahu bahwa sahabat-sahabat kita akan mendengarkan dan bahkan menegur, jika diperlukan.

6. Terlindung dari kesendirian dan keterasingan.

Tanpa kehadiran sahabat, kita semakin menarik diri sewaktu beranjak tua. Sekali kita mengasingkan diri, akan lebih sulit untuk melangkah keluar. Para sahabat akan menahan kita dari keterasingan dengan memaksa kita untuk berkomunikasi, berkomitmen, dan mengungkapkan pendapat. Mereka menepis kesendirian yang kita takuti dan yang sering kita rasakan.

7. Kasih dan penerimaan.

Seseorang yang paling percaya diri sekalipun membutuhkan kasih dan penerimaan. Kita butuh dikasihi sebagaimana adanya kita, bukan karena apa yang kita lakukan. Kita harus diterima sebagaimana adanya kita sekarang, bukan atas kondisi kita suatu saat nanti.

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Seorang pria di sebuah perusahaan besar berteman dengan seorang insinyur muda. Ketika si insinyur mengundurkan diri, pria yang lebih tua tersebut merasa kecewa dan berkata, "Kupikir kamu sedang meniti karier dan aku ingin membonceng kesuksesanmu." Jelas, ini bukanlah persahabatan karena tidak berdasarkan kasih dan penerimaan terhadap jati diri si pemuda.

Dalam persahabatan, kasih dan penerimaan diberikan secara sadar, sesuai dengan perintah Alkitab untuk menerima setiap orang sebagai saudara dan saudari dalam Kristus. Penerimaan terhadap seorang teman tumbuh dari komitmen internal yang unik, dan penerimaan ini bukan bersifat permisif, melainkan bertanggung jawab, dengan penguatan terhadap pertumbuhan dan kedewasaan pribadi. Dalam suasana kasih dan penerimaan, teguran dan konfrontasi sekalipun dapat diterima. "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6)

8. Kesempatan untuk berbagi hidup dengan orang lain.

Kita tidak mendapat manfaat hanya dari apa yang kita terima dari suatu persahabatan, tetapi juga dari apa yang kita beri dalam persahabatan itu. Kita semua perlu menjangkau keluar dan membiarkan orang lain mengalami manfaat-manfaat yang tertulis di atas. Kita harus memberi untuk menerima; persahabatan satu arah tidak dapat bertahan. (t/Dicky)

Diterjemahkan dari:
Judul buku : Friends and Friendship
Judul asli artikel : Benefits of Friendship
Penulis : Jerry and Mary White
Penerbit : Navpress, Singapora 1987
Halaman : 45 -- 47

Komentar