Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Mendampingi Orang yang Akan Meninggal
Edisi C3I: e-Konsel 270 - Percakapan Pastoral Menjelang Kematian
Bila Anda mengetahui bahwa sebentar lagi Anda akan meninggal, apa yang akan Anda lakukan? Seseorang yang tahu bahwa dia akan meninggal kemungkinan besar akan mengalami penurunan, entah itu harapannya atau kondisi emosinya.
Dalam keadaan seperti ini, konselor pastoral sebaiknya mendampingi dengan sabar dan memberikan penguatan iman, sehingga pengharapannya di dalam Kristus tidak goyah.
Sebagai seorang konselor, saya pernah bertemu dengan seorang wanita yang menderita kanker, namanya Lois. Ia membicarakan ketakutannya akan rasa sakit. Lois juga takut menghadapi rasa kehilangan yang mungkin akan dialaminya pada waktu menjelang kematiannya. Dia cemburu ketika melihat sepasang suami istri yang tua berjalan bergandengan. Dia juga membicarakan pentingnya untuk tidak menunda menghadapi persoalannya dengan orang lain.
Saya pun mengatakan kepadanya, bahwa keadaannya dalam bulan-bulan terakhir, menjadi lebih penting dan bersemangat daripada bulan-bulan sebelumnya. Lois pun menanggapi, "Bila Anda mengetahui masa depan Anda di sini mungkin pendek, itu akan membuat masa sekarang menjadi lebih penting." Ketika kami mengakhiri pembicaraan kami, dia mengatakan bahwa adanya kesempatan membicarakan pengalamannya secara lengkap benar-benar sangat berarti baginya. Saya katakan kepadanya betapa saya juga tersentuh secara mendalam oleh segala hal yang diceritakannya. Lois menolong saya melihat lebih jelas bahwa bagi sebagian orang, proses mendekati kematian dapat menjadi suatu tahap penting dari pertumbuhan individu yang terus-menerus!
Keadaan seseorang saat menjelang kematian sama uniknya dengan keadaan seseorang dalam menjalani hidupnya. Berikut ini, ada lima hal yang membantu sebagian orang dalam menghadapi kematian, sehingga dapat memperoleh perspektif yang lebih luas, menggerakkan kekuatan baru, dan kemudian meninggal dengan tenang.
1. Memunyai suatu komunitas penggembalaan, yang terdiri atas orang-orang yang akan mendengar dan memberi dukungan yang hangat.
Keadaan menjelang kematian adalah suatu pengalaman yang sangat pribadi dan suatu pengalaman antarpribadi yang hebat. Dalam masyarakat kami, ketika orang merasa sendirian, kekayaan jaringan antarpribadi seseorang dapat membuat perbedaan yang dahsyat dalam kualitas keadaan mendekati kematian seseorang.
2. Menyelesaikan sebanyak mungkin masalah yang belum diselesaikan dalam kehidupan mereka, khususnya dalam hubungan dekat mereka (misalnya, mengungkapkan kasih, atau meminta dan menerima pengampunan orang lain). Ted Rosenthal, seorang konselor, menjelaskan, "Saya pikir orang tidak takut akan kematian. Apa yang mereka takutkan adalah ketidaksempurnaan hidup mereka."
3. Melaksanakan "kerja kedukaan" yang kompleks karena keadaan mendekati kematian, sehingga mereka dapat mencapai pengalaman penerimaan (Kubler-Ross).
4. Memunyai suatu sistem iman, suatu rasa percaya, dan merasa betah dalam alam semesta, memberi suatu arti yang melebihi kehilangan yang berlipat ganda karena keadaan menjelang kematian.
5. Memunyai suatu latar tempat seseorang dapat meninggal dengan bermartabat. Gerakan pembangunan rumah perawatan pasien terminal (hospice) ialah pembangunan yang paling manusiawi dalam tahun-tahun terakhir ini, berkaitan dengan keadaan menjelang kematian. Cicely Sanders, seorang dokter Kristen, telah merintis berdirinya rumah perawatan pasien terminal yang pertama pada tahun 1967 yang bernama panti St. Christopher. Panti ini terletak di daerah pinggiran kota London. Sanders mengatakan, sebuah rumah perawatan pasien terminal, baik itu berupa panti asuhan atau bangsal rumah sakit, atau rumah yang dikelola oleh perawat keliling atau oleh staf rumah sakit, bertujuan untuk memampukan pasien agar dapat hidup hingga batas potensi kekuatan fisik, mental, dan emosional, serta hubungan sosialnya.
Program "hospice" memungkinkan pasien terminal meninggal di rumahnya dengan dikelilingi oleh anggota keluarganya. Jadi, dia tidak mati dalam suasana yang impersonal (tak berpribadi), yang merupakan ciri khas dari banyak rumah sakit. Hal ini dimungkinkan karena program hospice ini dengan hati-hati mengurus pasien. Di samping itu, seorang tenaga sukarelawan sering berkunjung untuk memberi dukungan dan pendampingan pada orang yang akan mati dan keluarganya. Sukarelawan yang bekerja dalam rumah perawatan pasien terminal, terus berhubungan dengan keluarga ketika mereka mengerjakan tugas kedukaan mereka sesudah kematian.
Program penggembalaan suatu jemaat, sepantasnya belajar dari dan bekerja sama secara penuh dengan program rumah perawatan pasien terminal setempat, atau berprakarsa membantu kelancaran program semacam itu jika belum ada. Para pendeta sepantasnya mendorong anggota jemaat untuk mengikuti pendidikan rumah perawatan pasien terminal dan berpartisipasi dalam pelayanan ini.
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul asli buku | : | Basics Types of Pastoral Care and Counseling |
Judul buku | : | Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral |
Judul asli artikel | : | Membangun dan Menuntun Suatu Kelompok Penyembuhan Kedukaan |
Penulis | : | Howard Clinebell |
Penerjemah | : | Pdt. B.H. Nababan, DPS |
Penerbit | : | Kanisius, Yogyakarta 2002 |
Halaman | : | 301 -- 302 |
Alamat URL buku | : | https://books.google.com/books?id=OY-zyvkF0xgC |