Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pergeseran Makna Natal
Edisi C3I: e-Konsel 222 - Kelahiran Kristus di Hati
Tatkala kita diundang menghadiri pesta ulang tahun, tentu fokus sosok manusia yang mendapat perhatian khusus adalah yang berulang tahun itu. Ia akan diberi ucapan, diberi hadiah, dipeluk, dicium, diajak bicara, difoto, atau diberi kejutan. Seratus persen pusat perhatian tamu undangan ditujukan kepadanya. Alangkah lucu bin janggal bila yang berulang tahun justru tidak hadir. Para tamu pasti kecewa dan penuh tanda tanya. Demikian juga perayaan Natal. Sering kali karena kesibukan mempersiapkan acaranya, Tuhan Yesus pun dikesampingkan. Kalau demikian apa makna Natal?
Jika kita memperingati hari kelahiran Yesus, tanpa kehadiran-Nya tentu aneh, bukan? Namun, kenyataannya hal ini banyak terjadi. Ketika Natal dirayakan yang ada hanya hura-hura, makan-makan, bahkan pesta mabuk-mabuk. Padahal Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kelahiran Yesus merupakan kelahiran seorang Raja yang membawa damai sejahtera (shalom). Dengan demikian, seandainya ada perayaan Natal tanpa Yesus tentu menjadi suatu perayaan yang hampa.
Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Kelahiran Yesus merupakan kelahiran yang ajaib dan sudah dinubuatkan sejak dahulu kala oleh para nabi. Yesus yang lahir itu adalah Mesias yang diurapi dan juga disebut sebagai Imanuel atau Allah menyertai kita. Di dalam Mikha 5:1 juga sudah disebutkan bahwa Mesias itu akan lahir di kota Betlehem dan itu digenapi tatkala Yesus lahir. Selain itu, Kejadian 49:10 juga menyebutkan bahwa Mesias dilahirkan sebelum pemerintahan Yahudi dihancurkan. Sedangkan Daniel 9:25 mencatat bahwa tujuh kali tujuh masa; dan enam puluh dua kali tujuh masa Yerusalem akan dibangun kembali sebelum kedatangan sang Raja. Dari sini kita melihat bahwa sejak Perjanjian Lama kelahiran Mesias sudah dinubuatkan; baik tempat, waktu, garis keturunan serta cara Yesus dilahirkan.
Semenjak Adam dan Hawa tidak taat kepada Tuhan, dengan alasan ular yang menggoda mereka memakan buah pengetahuan baik dan jahat, maka Allah sudah memutuskan hubungan dengan mereka. Tidak tanggung-tanggung, manusia yang berdosa itu divonis mati. Namun ternyata Allah tidak dapat melawan natur-Nya yang penuh kasih itu, sehingga Ia tidak langsung menghukum manusia itu dengan kematian. Diam-diam Ia merancang suatu rencana dahsyat, yakni menyelamatkan manusia yang berdosa itu.
Allah itu seperti seorang bapa yang tidak rela mencelakakan anak-anaknya. Bagaimanapun bejatnya manusia masih ada kesempatan yang terbuka bagi mereka untuk menyelamatkan diri. Itulah sebabnya Yohanes 3:16 menuliskan "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Hidup manusia begitu terbatas di dunia ini, ia butuh suatu "oknum" yang memunyai kuasa tidak terbatas untuk menyelamatkan mereka. Dunia merupakan tempat tumpangan (transit) sementara bagi umat manusia, jadi suatu hari nanti manusia pasti meninggalkannya. Masalahnya, pada saat manusia itu ditentukan harus meninggalkan dunia ini, ke mana ia akan melangkah? Banyak orang tidak tahu akan ke mana. Mengapa? Karena Tuhan Yesus tidak ada di dalam kehidupannya. Yohanes 14:6 mencatat "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku". Jelas sekali Yesus memegang peranan penting di dalam hidup kita ini, tanpa Dia kita akan binasa. Itu sebabnya kehadiran Tuhan Yesus di dalam Natal yang kita rayakan begitu penting.
Berita Natal adalah berita sukacita. Malaikat memproklamasikan kabar kesukaan sehingga semua orang bernyanyi, memuji-muji, dan memuliakan Tuhan. Bayi Yesus saat ini tidak ada di kandang domba lagi. Yesus telah tumbuh menjadi dewasa dan mati menebus dosa-dosa kita di atas kayu salib serta bangkit kembali pada hari ketiga. Yang paling penting adalah tatkala peristiwa Natal ini, Tuhan Yesus juga lahir di dalam hati kita masing-masing, supaya hidup kita diperbarui.
Apa bedanya perayaan Natal yang dilakukan oleh orang-orang di luar gereja dengan perayaan Natal orang-orang percaya? Satu-satunya perbedaan yang paling mencolok adalah Tuhan Yesus itu sendiri. Bagi orang di luar gereja makna perayaan Natal telah bergeser. Mereka mengartikan Natal sebagai ajang bisnis (obral/diskon), politik, dan pesta pora. Bahkan belakangan ini mereka telah mengubah makna dari hari yang kudus (Holy Day), menjadi hari libur biasa (Holiday). Namun bagi orang percaya semestinya perayaan Natal menjadi perayaan untuk memproklamasikan pada dunia bahwa Tuhan Yesus lahir ke dunia ini. Dia diutus untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.
Apalah artinya perayaan Natal kalau kita tidak pernah mengalami kasih dari Kristus? Sering kali dunia mencoba mendiskreditkan orang-orang percaya karena tanggal kelahiran Yesus tidak pernah kita temukan di dalam Alkitab. Namun beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa kelahiran Yesus terjadi bersamaan dengan peristiwa sensus penduduk yang diadakan oleh Kaisar Agustus (bd. Lukas 2:1-7). Saat itu raja Herodes sedang berkuasa.
Secara tradisi, orang-orang percaya jarang merayakan ulang tahun, dan perayaan ulang tahun itu biasanya dirayakan oleh orang kafir. Gereja mula-mula lebih sering merayakan peristiwa kemenangan Yesus -- Paskah. Sejak zaman nenek moyang, perayaan Paskah sudah sangat populer. Sekitar abad ke-3 barulah orang-orang Kristen di Mesir merayakan Natal. Itu pun bukan 25 Desember. Pada abad ke-4 gereja di Roma baru mulai merayakan Natal pada akhir abad ke-4, yaitu memakai tanggal 25 Desember, dan berlangsung sampai hari ini.
Terlepas dari segala perdebatan yang ada, sebagai orang-orang percaya yang sejati, kita tidak perlu memperdebatkan 25 Desember sebagai tanggal patokan kelahiran Yesus. Natal bagi kita adalah peringatan bahwa Tuhan Yesus pernah lahir di dunia ini. Lebih dari itu, Yesus juga lahir di dalam hati serta hidup kita. Yesus yang lahir ke dunia ini bukan sembarang manusia, Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Tugas kedatangan-Nya ke dunia ini adalah menyelamatkan manusia. Ia harus menempuh kematian di atas kayu salib karena dosa-dosa kita, naik ke surga, dan menawarkan hidup kekal kepada kita yakni hidup bersama-sama Tuhan Yesus di surga untuk selama-lamanya. Suatu tawaran yang sangat berharga! Inilah makna Natal yang sejati. Apakah Anda sudah mengalaminya?
Diambil dan disusun ulang dari: | ||
Alamat URL | : | http://www.glorianet.org/index.php/saumiman/1997-pergeseran-makna-natal |
Tanggal akses | : | 26 November 2010 |