Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pinjaman Konsolidasi, Perlu Tidak?
Tanya:
Apakah Pinjaman Konsolidasi itu Selalu Keliru?
Jawab:
Salah satu pertanyaan paling umum yang diajukan dalam konseling adalah, "Haruskah kami mengonsolidasikan?" Jadi pertanyaan logis yang perlu diajukan oleh umat Kristiani adalah, "Apakah salah, mengonsolidasikan?"
Jawabannya adalah belum tentu. Tetapi ada masalah-masalah hakiki yang harus diatasi sebelum pinjaman konsolidasi itu layak dipertimbangkan.
Pertama, kecuali masalah yang menciptakan kebutuhan akan pinjaman konsolidasi itu dikoreksi, bisa-bisa kondisi Anda malah semakin buruk dalam jangka panjang. Umpamanya, kalau utangnya tercipta akibat berlebih belanja setiap bulannya, pinjaman konsolidasi tidak akan memecahkan masalahnya. Itu hanya akan menunda yang tak terelakkan. Hingga masalah berlebih belanja itu dipecahkan, janganlah pernah mempertimbangkan pinjaman konsolidasi. Kalau tidak, dalam setahun tagihan-tagihan kecil itu akan datang lagi, dan kalau digabungkan dengan pinjaman konsolidasi itu sendiri, situasinya akan semakin parah.
Saya merekomendasikan agar jangan mempertimbangkan pinjaman konsolidasi hingga seseorang telah 6 bulan hidup menurut anggaran yang mengendalikan kecenderungan belanja berlebih. Begitu seseorang berhasil mengendalikan kecenderungan belanja berlebih, mungkin masuk akal, mengonsolidasikan berbagai pinjaman kecil yang tinggi bunganya, dengan satu pinjaman besar yang rendah bunganya.
Kedua, dengan pinjaman konsolidasi, selalu ada kecenderungan untuk tidak lagi khawatir begitu ditemukan apa yang disangka merupakan solusi itu. Banyak orang malah belanja lebih banyak lagi setelah konsolidasi itu, sering kali berlibur atau membeli TV atau VCD player baru. Mengapa? Sebab mereka mengira tekanannya sudah hilang dan mereka bisa rileks. Itulah ketenteraman semu yang tercipta berkat hilangnya tekanan keuangan sementara waktu. Seharusnya mereka lawan godaan untuk berbelanja.
Ketiga, terlalu sering ketika seseorang mengonsolidasikan utang-utangnya, ia meminjam lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk membayar utang-utangnya itu. Lalu ia beli barang-barang yang ia inginkan padahal tidak sanggup membayarnya. Pembeliannya mungkin saja barang-barang yang tidak perlu seperti lemari es, mesin cuci, atau bahkan mobil.
Apa yang salah dengan itu? Tidak ada, selama individu yang bersangkutan cukup disiplin menabung untuk membelinya. Tetapi bagi mereka yang sudah memunyai masalah disiplin, itu hanya satu cara lain untuk banyak membeli barang.
Di generasi kita ada godaan yang hampir-hampir tak terbatas untuk belanja. Ribuan orang malah mencari nafkah dengan memikirkan cara-cara baru untuk meminjamkan uang dan mengutip bunga. Mungkin metode yang paling umum untuk mengonsolidasikan adalah pinjaman ekuitas rumah. Karena Undang-undang Reformasi Pajak tahun 1986 menjadikan pinjaman rumah itu boleh dikatakan satu-satunya yang bunganya dapat dikurangkan dari pajak pendapatan, semakin banyak orang yang berpaling kepada pinjaman ekuitas rumah untuk mengonsolidasikan utang-utangnya.
Saya sendiri percaya bahwa pinjaman ekuitas rumah itulah salah satu ide terburuk yang pernah disodorkan kepada keluarga rata-rata. Itu mendorong mereka untuk membahayakan rumah mereka sendiri dan meminjam demi membeli barang-barang yang sesungguhnya tidak perlu, seperti mobil baru.
Sumber-sumber Pinjaman Konsolidasi
Berikut adalah beberapa pinjaman konsolidasi yang bisa didapatkan oleh orang yang bermasalah dengan uang.
- Asuransi dengan Nilai Tunai
Sumber dana yang sering kali dilupakan untuk mengonsolidasikan utang adalah nilai tunai dalam polis asuransi. Uang ini bisa dipinjam dengan bunga yang jauh lebih rendah daripada bunga pasar pada umumnya. Seandainya pun Anda tidak memunyai polis dengan nilai tunai, mungkin orang tua Anda memunyainya dan bersedia meminjamkannya kepada Anda.
- Kolateral yang Dijaminkan
Kebanyakan bank akan memberikan pinjaman satu atau dua persen di bawah bunga pasar dengan menggunakan deposit sebagai jaminannya. Jelas tidak banyak orang yang membutuhkan pinjaman konsolidasi itu memunyai uang cadangan yang dapat digunakan sebagai jaminan, tetapi sering kali anggota keluarganya punya. Ini menuntut kepercayaan tingkat tinggi di pihak yang memunyai uang cadangan tersebut, sebab jaminan itu berisiko kalau sampai pinjamannya tidak dibayar. Saya tidak merekomendasikan alternatif ini kecuali sang peminjam mengikuti program konseling keuangan di mana ada orang yang memantau keuangan mereka, setidaknya secara bulanan.
Pinjaman yang dijamin dengan kolateral itu jelas lebih baik daripada pinjaman yang dijamin hanya dengan tanda tangan penjamin, yang sangat tidak disarankan dalam Kitab Suci. Dengan kolateral yang dijaminkan, seseorang bisa kehilangan asetnya, tetapi dengan menandatangani sebagai penjamin, seseorang bisa kehilangan apa yang tidak dimilikinya.
- Serikat Kredit
Banyak orang memunyai akses terhadap pinjaman serikat kredit dengan bunga lebih rendah daripada pasar. Selama kehati-hatian yang telah disinggung sebelumnya dijaga, pinjaman serikat kredit adalah salah satu sumber pinjaman konsolidasi yang lebih baik.
- Pinjaman Keluarga
Kecuali anggota keluarga (biasanya orang tua) mampu dan mau kehilangan uangnya, saya juga tidak menyarankan alternatif ini, khususnya ketika orang tua itu bukan umat kristiani sementara anaknya kristiani. Telah saya lihat banyak orang tua berkecil hati dan tersinggung karena anak-anak mereka tidak memenuhi kewajiban keuangan mereka. Saya percaya Iblis menggunakan ini sebagai batu sandungan bagi keselamatan sang orang tua. Jelas kalau orang tua itu umat kristiani dan bersedia menyerap kerugiannya kalau perlu, tidak ada salahnya dengan pinjaman dari orang tua.
Tetapi, perlu saya wanti-wanti di sini: Kalau Anda sebagai orang tua terus saja menolong anak-anak Anda dari kesulitan keuangan mereka, Anda justru bukannya membantu mereka. Kalau Anda sungguh ingin membantu, pastikanlah Anda minta anak-anak berkonsultasi dulu. Ingatlah, uang lebih banyak bukanlah jawaban bagi kebanyakan masalah keuangan. Disiplin lebih besarlah jawabannya.
- Dana Pensiun
Biasanya uang yang ditabung dalam dana pensiun seharusnya ditinggalkan di sana untuk tujuan itu. Tetapi, kalau tidak ada lagi sumber dana yang tersedia, Anda bisa menarik dana pensiun. Hati-hatilah bahwa ini ada pajaknya dan beban awal sepuluh persen. Tetapi kalau dibandingkan dengan meminjam dari perusahaan, ini mungkin lebih baik.
Dulu, individu-individu mungkin meminjam dana dari dana pensiun mereka sendiri. Sekarang tidak mungkin lagi, dan melakukan itu bisa membahayakan status pajak terutang dari dana pensiun tersebut.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku | : | Debt Free Living |
Judul buku terjemahan | : | Hidup Bebas dari Belenggu Utang |
Judul bab | : | Alternatif Pinjaman Konsolidasi |
Penulis | : | Larry Burkett |
Penerjemah | : | Drs. Arvin Saputra |
Penerbit | : | Gospel Press, Batam |
Halaman | : | 207 -- 211 |