Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Titik Tolak Konseling Kristen
Edisi C3I: e-Konsel 074 - Kerohanian Seorang Konselor
Konseling Kristen bertitik tolak dari inisiatif Allah yang oleh
kasih-Nya mencari manusia berdosa. Sejak awal, Allah telah
menyatakan bahwa Ia sendirilah yang berinisiatif -- diawali dengan
penciptaan alam raya dan manusia (
- Sama seperti Allah sendirilah yang berinisiatif mencipta segala
sesuatu, menopang ciptaan-Nya (dengan Perjanjian Berkat) -- dan
setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah tetap
berinisiatif mencari (mereka) untuk membebaskan (mereka); maka
konseling Kristen pun perlu menekankan bahwa proses pelayanan
konseling adalah "Upaya yang merupakan inisiatif untuk mencari/
menolong para konseli (yang berdosa/yang lemah/yang gagal)."
Perumpamaan tentang domba yang hilang (
Lukas 15:1-7 ;Matius 18:12-14 ), dirham yang hilang (Lukas 15:11-32 ) -- menegaskan satu hal penting ´ada inisiatif (Allah) untuk mencari yang hilang´. Hal ini dipertegaskan oleh sabda Kristus, ´Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang´ (Lukas 19:10 ). Dari ´inisiatif mencari´ ini, ada beberapa kebenaran penting yang merupakan ´dasar tindakan´ bagi konseling Kristen, antara lain:Inisiatif mencari menggarisbawahi bahwa konseling Kristen harus bersifat dinamis dan proaktif. Di sini konseling Kristen perlu menolak sikap menunggu dengan gaya pasif serta pesimistik. Konseling Kristen yang berinisiatif mencari -- menekankan -- bahwa ada kuasa (Roh Kudus sebagai dinamika) yang menjamin bahwa ada saja jalan (sikap positif) untuk mengatasi (dan memenangkan) masalah dalam proses konseling.
Inisiatif mencari didasarkan dan didorong oleh "kasih" (yang menghendaki kebaikan bagi konseli), seperti yang terbukti pada sikap Tuhan Yesus Kristus bahwa kasihlah yang menggerakkan Dia untuk mencari/melayani mereka yang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala (
Matius 9:35-38 , Bandingkan:2Korintus 5:13-15 ).Inisiatif mencari adalah suatu komitmen (wajib) untuk melayani. Komitmen ini disikapi seperti kata Tuhan Yesus pada saat Ia menegaskan hal ini dengan mengatakan, "...kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan" (
Lukas 17:10c ).d. Inisiatif mencari didasarkan atas keinginan kuat untuk "melayani bukan dilayani" (
Markus 10:45 ;Matius 20:28 ). Hal ini menegaskan bahwa konseling Kristen meletakkan pada pundak konselor "tanggung jawab memikul dan berbagi beban" yang ada pada konseli.
Titik tolak konseling Kristen beranjak dari motif dan upaya "mengangkat" dan "meneguhkan" (Tuhanlah yang mengampuni dan membebaskan orang yang bertobat dari dosanya dan orang Kristen (konselor) bertanggung jawab untuk bersedia mengangkat orang tersebut (konseli) dengan memberikan dukungan/dorongan positif (dari Firman Tuhan) yang ditopang oleh perjanjian berkat Allah. Motif mengangkat/meneguhkan ini harus menjadi sikap batin dari setiap konselor Kristen -- yang menggerakkan upaya/tindakan pelayanan konseling yang dilaksanakannya. Dasar bertolak konseling Kristen ini ditegaskan oleh Yehezkiel bahwa "Allah mencari, membawa pulang, merawat, menguatkan, memelihara" -- sebagai gembala yang melayani (
Yehezkiel 34:16 ).Titik tolak konseling Kristen terfokus kepada "pemulihan" -- "peneguhan" (yang menghasilkan keteguhan). Pemulihan ini diawali dengan "pertobatan" (yang didasarkan atas kesadaran bahwa akar dari semua masalah dapat ditelusuri sampai kepada DOSA/adalah DOSA) yang membawa "pembaruan/restorasi" (
1Yohanes 1:9 ;1Korintus 5:17 ; Kolose 3:5-11) dan pengampunan dosa sebagai dasar hidup baru (Kolose 3:12-13 ;Matius 6:12 ). Pembaruan ini adalah dasar yang memberi dinamika revitalisasi (penguatan kembali) yang memberi daya untuk taat sebagai jalan untuk menikmati peneguhan oleh perjanjian berkat Allah (Ulangan 28:1-14 ). Dari sinilah, orang yang telah dipulihkan (konseli) akan mengalami pembaruan hidup yang berkesinambungan (Kolose 3:12-17 ) dan menjadi semakin teguh/dewasa di dalam Kristus -- yang tercermin dari sikap kasih, yang tulus, semangat yang berapi/kerajinan yang tinggi, kesiapan membantu yang terus berkobar dengan sikap moral yang dalam yang menuntunnya sebagai manusia bijak (Roma 12:1-2; 9-21 ).