Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Kepribadian

Bagaimana kepribadian seseorang itu terbentuk? Bagaimana kita tahu apakah kepribadian kita? Kami yakin, pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering muncul dalam benak banyak orang. Berikut ini ikutilah cuplikan diskusi yang membahas tentang seputar kepribadian, bersama narasumber Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. Selamat mengikuti!

T : Apa sebenarnya kepribadian itu?
J : Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat- sifat khas diri kita yang bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan kita sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis kejiwaan dan juga yang bersifat fisik.
T : Jadi setiap orang yang diciptakan oleh Tuhan itu, sudah dilengkapi dengan kepribadian?
J : Tepat sekali, jadi kepribadian itu sebetulnya adalah pemberian Tuhan yang sebetulnya sangat berkaitan dengan komposisi fisik kita ditambah dengan pengaruh lingkungan yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita. Misalnya, ada orang yang mudah cemas, kita tidak bisa langsung berkata orang ini beriman lemah, tapi memang sejak lahir jantungnya peka, mudah sekali merasakan getaran-getaran yang bersumber dari luar dirinya. Akibatnya dia lebih mudah dikejutkan, merasa tegang, dan lebih rawan terhadap kecemasan.
T : Apakah ada jalan yang sederhana supaya kita bisa tahu bagaimana kira-kira berkepribadian saya?
J : Saya jelaskan dulu empat penggolongan kepribadian yang pada umumnya dipakai agar kita bisa mencocokkan diri, kita termasuk dalam kategori yang mana.

TIPE SANGUIN. Tipe ini mempunyai banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, bisa membuat lingkungannya gembira, senang. Tapi kelemahannya adalah cenderung impulsive, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Jadi orang dengan kepribadian sanguin mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Dia kurang bisa menguasai diri atau penguasaan dirinya lemah. Dalam bukunya Tim LaHaye, orang-orang sanguin cenderung mudah jatuh ke dalam pencobaan, karena godaan dari luar bisa begitu memikatnya, dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya.

TIPE FLEGMATIK. Tipe flegmatik adalah orang yang cenderung tenang dan dari luar cenderung tidak beremosi. Dia tidak menampakkan emosi, misalnya, sedih atau senang. Jadi naik turun emosinya tidak nampak dengan jelas. Orang ini cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dan introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Jadi dia adalah seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan juga seorang pengkritik yang berbobot. Kelemahannya adalah cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah. Kelemahannya ini membuat dia jadi orang yang kurang mau berkorban bagi yang lain. Maka salah satu buah Roh Kudus yang perlu ditingkatkan dalam dirinya adalah kemurahan atau murah hati. Karena dia cenderung menjadi orang yang egois.

TIPE MELANKOLIK. Orang yang melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup ini dan perasaannya sangat kuat, sangat sensitif. Kelemahan orang melankolik adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung. Tidak mudah bagi orang melankolik itu untuk terangkat, untuk senang, atau tertawa terbahak-bahak.

TIPE KOLERIK. Seorang kolerik berorientasi pada pekerjaan, dan pada tugas. Dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang kolerik adalah kemampuannya untuk bisa merasakan perasaan orang lain agak kurang, belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.
T : Apa mungkin ada orang yang bisa memiliki dua tipe sekaligus?
J : Itu bisa saja terjadi, misalnya waktu kita berkata bahwa saya ini sanguin. Saya tidak murni sanguin, tapi saya juga punya kolerik sebagian, sedikit melankolik, dan kadang-kadang ada juga sedikit flegmatiknya. Jadi kebanyakan kita ini terdiri dari campuran dari keempat tipe tersebut. Namun dari keempat tipe itu pasti ada yang dominan.
T : Sampai sejauh mana dosa yang ada dalam diri kita berperan untuk mempengaruhi kepribadian kita?
J : Setiap tipe itu unik, pada dasarnya setiap tipe kepribadian itu netral, tidak lebih berdosa dari yang lainnya. Namun setiap tipe kepribadian itu mengundang masuknya keberdosaan kita. Misalnya, tipe sanguin, memang dia adalah orang yang bisa memberikan keceriaan dalam lingkungannya, tapi karena dia mudah sekali dikuasai oleh rangsangan dari luar, dia menjadi orang yang bisa mudah jatuh ke dalam pencobaan karena godaan-godaan dari luar dirinya. Di sinilah dia bisa terjebak ke dalam dosa.
T : Bagaimana dengan orang yang menggunakan alasan kepribadiannya untuk membenarkan diri sendiri, bahwa dia boleh melakukan dosa karena memang sifatnya seperti itu?
J : Kita bisa memahami bahwa tipe tertentu rawan terhadap dosa tertentu. Tapi kita tidak bisa berkata atau menyalahkan tipe kepribadian kita. Misalnya saya tahu saya ini seorang sanguin, saya mudah sekali mengambil keputusan jadi saya harus mendisiplin diri untuk tidak mengambil keputusan seketika. Seberapa bagusnya ide itu saya akan cenderung untuk menggumulinya lagi, untuk menunggu tanda-tanda lain dari Tuhan, menunggu apakah Tuhan menggerakkan orang lain untuk mencetuskan ide yang sama, dan sebagainya.
T : Mungkin Bapak bisa menunjukkan ayat Firman Tuhan yang menunjukkan bahwa tipe kepribadian seseorang bisa dikendalikan atau bisa diubah dengan pertolongan Firman Tuhan?
J : Firman Tuhan di Mazmur 139:23,24 berkata, "Selidikilah aku ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku. Lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal." Di sini kita melihat Pemazmur mengundang Tuhan. Jadi syarat yang kita lakukan adalah mengundang Tuhan untuk melihat, menilik, dan memeriksa jalannya. Kita juga harus mengundang Tuhan untuk menuntun kita ke jalan yang benar. Jadi kalau boleh saya simpulkan karakteristik yang paling penting adalah apakah kita bersedia mengundang Tuhan masuk menilik hati kita, dan apakah kita mau berubah. Itulah kuncinya.
Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T021A (e-Konsel Edisi 047)
Penerbit: 
--

Komentar