Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Ketika Tuhan Terasa Jauh

Ada kalanya di tengah pertumbuhan rohani, Tuhan sengaja membawa kita ke "padang gurun", di mana kita sendirian tiada orang-orang seiman yang menguatkan kita, tiada pembimbing rohani yang mengingatkan kita dan tidak ada lagi perkataan Tuhan yang dapat kita dengar. Kita benar-benar merasakan kesunyian yang luar biasa. Dan Tuhan seakan menghendaki agar kita melewati masa yang sunyi dan gersang seperti di gurun pasir itu agar kita melihat Tuhan dengan cara pandang yang lain.

Pada awal pembicaraan tema ini, Dr. Paul Gunadi memulainya dengan menceritakan sebuah kisah nyata: Ini adalah kisah perjalanan kehidupan rohani seorang Kristen yang bernama Richard Foster. Foster dikenal sebagai penulis buku-buku Kristen tentang disiplin rohani dan tentang 'money, seks and power'. Pada suatu ketika dia merasakan Tuhan meminta dia untuk meninggalkan pelayanannya selama waktu yang tak ditentukan. Pada saat itu dia adalah seorang dosen dan terlibat dalam banyak pelayanan rohani. Apa yang Tuhan minta itu betul-betul sesuatu yang sangat-sangat mencemaskan. Apalagi dia tidak tahu berapa lama Tuhan meminta dia untuk meninggalkan aktivitas sehari-harinya itu. Namun karena dia ingin taat kepada Tuhan, maka dia tetap melakukannya. Nah, dia menuliskan pengalamannya ini dan saya mendapatkan banyak berkat dari apa yang dia tuliskan. Dia menamakan pengalaman ini pengalaman gurun pasir.

Foster menuliskan bahwa di dalam hidup kerohanian itu Tuhan tidak selalu menyatakan diri-Nya seperti seorang ayah yang langsung menyelamatkan anaknya sewaktu anak itu berseru minta tolong kepada ayahnya. Apalagi waktu kita masih "bayi" dalam Tuhan, kita akan melihat bahwa Tuhan itu begitu sigap membantu kita, begitu sigap memberikan petunjuk kepada kita. Namun menurut Foster akan ada masa di mana Tuhan tidak bertindak sesigap itu. Dengan tujuan agar kita menggantungkan diri kita kepada Dia, bukan kepada perbuatan-Nya, bukan kepada apa yang Tuhan berikan kepada kita. Nah pada masa awal- awal rohani kita, kita cenderung bergantung sekali pada pemberian- pemberian Tuhan, pada perbuatan-perbuatan Tuhan, kita meninggikan perbuatan Tuhan yang menolong kita, yang menyelamatkan kita, kita bersyukur atas pemberian Tuhan pada saat keadaan yang sangat kita butuhkan. Tapi untuk menjadikan kita ini dewasa, kita perlu melewati masa kegersangan seperti di gurun pasir.

Justru pada masa-masa di gurun pasir inilah kita akan merasakan kesendirian, namun tidak berarti Tuhan meninggalkan kita. Foster menuliskan betapa dia ingin mendapatkan petunjuk Tuhan, mendengar suara Tuhan yang bisa membimbing dia kembali tapi dia merasakan saat-saat itu kok Tuhan begitu sunyi. Pada awalnya dia masih bisa menghadapinya dengan baik, tetapi lama-kelamaan ia menjadi sangat cemas. Terutama karena dia tidak tahu kapan ini akan selesai. Namun inilah yang dia saksikan setelah dia melewati masa di gurun pasir itu, bahwa sekarang ia merasa sangat bergantung kepada Tuhan dengan cara yang sangat berbeda, dan inilah yang benar-benar telah mendewasakan kehidupannya dengan Tuhan.

-------
 T: Ketika Foster mengatakan di padang gurun, kita langsung teringat
 dengan kisah Tuhan Yesus yang dicobai di padang gurun itu. Apakah
 hal itu juga terjadi dalam diri Tuhan Yesus?
 
 J: Matius 4:1, berkata "Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun
 untuk dicobai Iblis." Sebetulnya kalimat ini sangatlah pendek
 tapi benar-benar suatu kalimat yang bermakna sangat dalam. Yang
 pertama kita melihat dengan jelas bahwa Tuhan Yesus dibawa oleh
 Roh, nah Roh ini Roh siapa, Roh Allah sudah tentu. Jadi Yesus
 dibawa oleh Roh Allah ke padang gurun. Dengan kata lain kita
 simpulkan bahwa Allah-lah yang menghendaki untuk masuk ke dalam
 gurun pasir itu, dan kita tahu Yesus selama 40 hari 40 malam
 berpuasa, tidak makan tidak minum, dan pada saat itulah Dia
 dicobai. Nah, Iblis datang bukan kebetulan tapi dikatakan jelas
 bahwa Yesus di bawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai
 Iblis, memang tujuannya adalah supaya dicobai oleh Iblis. Nah,
 kadangkala akan terjadi pada diri kita pula, Tuhan akan dengan
 sengaja dan dalam rencana-Nya membawa kita ke padang gurun, di
 mana kita akan sendirian tidak ada lagi orang-orang seiman yang
 bisa menguatkan kita, tidak ada lagi pembimbing rohani kita yang
 bisa mengingatkan kita untuk terus datang kepada Tuhan dan kuat
 dalam Tuhan. Dan tidak ada lagi perbuatan Tuhan yang bisa kita
 saksikan dan tidak ada lagi suara Tuhan yang bisa kita dengar
 dan benar-benar kita merasakan kesunyian yang luar biasa.
 
-------
 T: Tapi ada kasus di mana seseorang merasa bahwa dia ditinggalkan
 oleh Tuhan atau merasa jauh dari Tuhan. Tapi, mungkinkah dia
 malah menjadi justru semakin menjauhkan diri dari Tuhan?
 
 J: Bisa terjadi, karena pengalaman gurun pasir adalah pengalaman
 yang mencemaskan. Bahkan Richard Foster sendiri merasakan itu
 pengalaman yang tidak mudah dilewatinya, dia merasakan desakan
 untuk kembali kepada aktivitasnya semula. Dengan kata lain,
 memang kita akan jauh lebih nyaman mengenal Tuhan melalui cara-
 cara yang telah kita kenal itu, melalui berkat-Nya, melalui
 pemberian-Nya jadi ada kecenderungan kita akan mengalami
 kesulitan bertahan dalam pengalaman gurun pasir itu, Jika kita
 tidak tahan bisa-bisa memang malah menjauhkan diri karena kita
 menuduh Tuhan telah meninggalkan kita. Tetapi saya percaya satu
 hal, kalau kita memang tulus mengikut Tuhan dan Tuhan
 menempatkan kita dalam pengalaman gurun pasir itu, Tuhan tidak
 akan membiarkan kita meninggalkan Dia di waktu-waktu kritis itu.
 Saya percaya Tuhan akan kembali menyentuh kita dan mengingatkan
 bahwa Dia di samping kita. Bahwa Dia sengaja sunyi bukan untuk
 mendiamkan kita, tapi mengajar kita untuk berdiam diri, di
 hadapan Dia ... itu yang Dia akan ajarkan kepada kita.
 
-------
 T: Bagaimana kita bisa siap untuk masuk di dalam padang gurun itu?
 
 J: Saya kira dalam hal ini yang paling penting kita dekat dengan
 Tuhan, membaca Firman-Nya, menekuni-Nya, mencoba menaati Tuhan
 dan kita tidak usah memikirkan kapan Tuhan akan menempatkan kita
 di pengalaman gurun pasir itu. Sebab itu adalah kehendak Tuhan
 dan hak Tuhan, kapan waktunya hanya Tuhan yang menentukan.
 
-------
 T: Firman Tuhan manakah yang dapat menguatkan kita ketika kita ada
 dalam pengalaman padang pasir?
 
 J: Saya akan bacakan dari apa yang tadi saya sudah baca di Matius 4;
 diakhir pencobaan Tuhan Yesus telah menang melawan godaan-godaan
 Iblis, dikatakan di ayat 11, "lalu Iblis meninggalkan Dia." Jadi
 yang saya tekankan bahwa peristiwa itu akan lewat, apapun yang
 menimpa kita akan lewat, dalam hal Tuhan Yesus menang atas
 pencobaan Iblis dan Malaikat-malaikat datang melayani Yesus. Jadi
 kabar gembiranya adalah bahwa kalau kita melewatinya maka Tuhan
 akan datang kepada kita dan benar-benar melimpahkan pelayanan-Nya
 kepada kita kembali, sebab di situlah kita bersukacita merayakan
 kemenangan itu.
 

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T059B (e-Konsel Edisi 013)
Penerbit: 
--

Komentar