Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Makna Kematian Buat Anak

Edisi C3I: e-Konsel 60 - Arti Kematian dan Kebangkitan Kristus

Ada kalanya kita mengalami kesulitan ketika menjelaskan arti kematian kepada anak-anak, padahal di masa PASKAH ini anak pasti banyak mendengar tentang istilah kematian, khususnya tentang kematian Kristus dan kepentingannya bagi kehidupan Kristen. Tema TELAGA yang kami pilih saat ini kiranya dapat membantu kita untuk mengatasi kesulitan tersebut.

MAKNA KEMATIAN BUAT ANAK

Cuplikan perbincangan berikut ini membahas masalah bagaimana kita memberikan pengertian tentang kematian kepada anak-anak. Perbincangan ini menghadirkan Bp. Heman Elia, M.Psi, seorang pakar dalam bidang konseling sekaligus dosen di Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, sebagai narasumbernya. Ingin tahu apa saja yang harus kita jelaskan kepada anak tentang kematian dan bagaimana cara menjelaskannya? Simak saja cuplikannya berikut ini!

T :

Sebenarnya mengapa kita merasa enggan untuk membicarakan kematian kepada anak?

J :

Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, PERTAMA adalah kita mungkin memperoleh pengaruh budaya yang berkaitan dengan takhayul tentang kematian. Seolah-olah kalau kita membicarakannya, maka kita akan lebih mudah mengalami musibah. Sudah barang tentu pandangan demikian kurang tepat, karena bagi orang percaya hidup dan mati kita berada di tangan Tuhan yang telah mengalahkan maut. Kemungkinan KEDUA, kita sering mengaitkan dengan sesuatu yang menyedihkan. Mungkin ada hubungannya dengan kematian orangtua kita, saudara kita, atau kerabat kita yang kita kasihi.

T :

Apakah manfaatnya kalau kita membicarakan mengenai kematian kepada anak?

J :

Kita perlu membicarakannya supaya anak memperoleh pengertian yang benar mengenai kematian. Sesuai dengan perkembangannya, anak yang masih muda memang sulit memahami tentang kematian, namun kita tetap perlu membicarakannya. Apabila anak memiliki konsep yang keliru tentang kematian maka anak akan menyimpan pertanyaan- pertanyaan yang tidak terjawab dan kadang-kadang hal ini akan menyebabkan rasa duka yang sulit diselesaikan pada diri anak.

T :

Konsep yang keliru itu seperti apa?

J :

Konsep yang keliru itu misalnya anak memandang kematian sama dengan tidur yang sangat panjang yang tidak bangun-bangun lagi. Kematian misalnya juga bukan hal yang permanen, sehingga kadang- kadang anak mengharapkan sesuatu yang tidak masuk akal misalnya dia meminta kepada orangtuanya untuk membangunkan binatang peliharaannya yang sudah mati.

T :

Kapan kita bisa membicarakan tentang kematian terhadap anak?

J :

PERTAMA, pada saat kita bercerita bisa saja kemudian ada cerita- cerita atau dongeng tentang kematian, kita bisa menjelaskan sedikit dari situ. KEDUA, saat kita sedang menghadapi seorang kerabat atau orang dekat atau siapa saja yang meninggal atau anak mengatakan bahwa orangtua dari temannya itu meninggal, itu juga saat yang baik untuk menjelaskan tentang kematian kepada anak. KETIGA, apabila anak mempunyai binatang peliharaan, itu adalah kesempatan yang baik untuk menjelaskan tentang kehidupan dan kematian kepada anak.

T :

Kalau secara tidak sadar orangtua belum memiliki pengetahuan yang tepat mengenai bagaimana menyampaikan konsep yang benar kepada anak tentang kematian tapi sudah terlanjur salah menyampaikannya, apakah dampaknya terhadap anak?

J :

Ada beberapa dampak, misalnya kalau kita sampai memberikan konsep bahwa mati itu sama dengan tidur yang panjang, untuk anak yang peka mungkin saja mereka tidak berani tidur karena takut tidak bisa bangun lagi. Atau misalnya ada anak yang sampai menulis surat kepada sahabatnya yang sudah meninggal atau kepada ayahnya di tempat yang jauh, di tempat yang dikatakan indah sekali padahal ayahnya itu sudah meninggal, ketika anak melakukan hal ini, dia tidak mendapat fakta yang sebenarnya, ada rasa duka yang prosesnya belum selesai. Akhirnya ketika anak itu dewasa dan dia tahu fakta yang sebenarnya, dia bisa marah sekali kepada orangtuanya atau kepada kita yang tidak menjelaskan dengan benar tentang kematian karena seolah-olah dia merasa dibohongi.

T :

Tadi dikatakan bahwa saat yang tepat kita menjelaskan tentang kematian adalah pada saat hewan kesayangannya ada yang mati. Nah, bagaimana kita menjelaskannya, bukankah hewan dan manusia itu sesuatu yang berbeda?

J :

Dalam kesempatan ini tentu saja kita perlu menjelaskan bahwa ada perbedaan antara kematian binatang dan manusia. Misalnya saja kita bisa menjelaskan bahwa jiwa manusia itu berharga di mata Allah, karena itu Allah menyelamatkan manusia berdosa melalui anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus. Sedangkan binatang itu diciptakan untuk hidup manusia, mungkin dengan penjelasan seperti ini anak akan mempunyai konsep yang lebih tepat mengenai kematian.

T :

Anak harus menghadapi kenyataan bahwa setiap makluk hidup baik manusia atau hewan suatu saat harus mati, bagaimana kita menjelaskan kepada anak supaya anak itu jangan merasa takut karena mengetahui bahwa suatu saat nanti ia akan mati juga?

J :

Kadang-kadang ketakutan memang tidak bisa dihindarkan sepenuhnya, tetapi kita perlu siapkan anak bahwa pada akhirnya semua manusia akan mati. Tetapi sampai titik ini kita tidak berhenti, kita sebagai orang percaya mempunyai pengharapan dan kita bisa menjelaskan bahwa kematian manusia bukan akhir dari segalanya. Barangkali itu kuncinya.

T :

Seringkali anak melihat di tayangan TV dan sebagainya cerita- cerita khayal yang menunjukkan bahwa yang sudah mati bisa hidup kembali. Kadang-kadang sulit menerangkan hal ini kepada anak-anak.

J :

Ya, mungkin ini betul bagian yang sulit, kita perlu lebih banyak bercerita kepada anak hal-hal dari Alkitab, dari dunia nyata. Dan perlu kita jelaskan kepada anak bahwa antara kehidupan nyata dengan cerita atau dongeng atau yang dikarang oleh manusia itu berbeda. Jadi ada fakta yang anak perlu kenali dan ada juga fiksi. Betul pada anak yang masih muda ini lebih sulit, tapi secara bertahap anak harus tahu bahwa yang benar adalah kematian itu sesuatu yang permanen, memang betul pada saat manusia itu mati di dunia ini dia tidak akan hidup kembali, tetapi kematian bukan akhir dari segalanya, jadi masih ada kehidupan di alam sana, kehidupan atau kebinasaan yang kekal. Nah, kita di sini bisa menjelaskan hal-hal yang rohani bahwa orang yang percaya akan masuk ke kehidupan yang kekal.

T :

Sehubungan dengan hal itu, bagaimana kita menjelaskan tentang kebangkitan Tuhan Yesus, bahwa Tuhan Yesus itu setelah meninggal tiga hari kemudian Dia bangkit?

J :

Di sini bedanya kita menjelaskan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan Dia memang lahir sebagai manusia, tetapi Dia mengalahkan maut dan itulah pengharapan dari kita. Jadi kita yang mati di dalam dosa, kita akan bangkit nantinya karena kebangkitan Tuhan Yesus yang kita percayai. Memang tidak semuanya bisa langsung dipahami oleh anak, salah satu contoh misalnya soal kekekalan, karena kekekalan ini baru akan dipahami anak mungkin ketika anak itu remaja, ketika anak mulai bisa berpikir secara abstrak, karena kekekalan itu banyak berkaitan dengan pikiran abstrak.

T :

Apakah ada ayat firman Tuhan yang bisa mendukung kita untuk mengajarkan atau menjelaskan tentang kematian ini kepada anak?

J :

Ada satu ayat yang bagus sekali dari

  • Mazmur 116:15
  • , "Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya." Bahwa kita adalah orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan, kita yang sudah percaya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Dan kematian kita itu bukan kematian yang sia-sia tetapi sesuatu yang berharga di mata Tuhan.

    Sumber diedit dari : [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA No. #150A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]] -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat e-Mail,silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org > atau: < TELAGA@sabda.org >

    Sumber
    Halaman: 
    --
    Judul Artikel: 
    TELAGA - Kaset T150A (Edisi e-Konsel 060)
    Penerbit: 
    --

    Komentar