Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Bagaimana Melayani Orang yang Mempunyai Kecenderungan Bunuh Diri

Edisi C3I: e-Konsel 189 - Konseling pada Orang yang Ingin Bunuh Diri END_INFORMASI:

Apabila Anda sampai berhubungan dengan seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk bunuh diri, campur tangan yang nyata dari Anda diperlukan. Nyawa seseorang sedang dipertaruhkan, dan entah Anda mau atau tidak mau, Anda harus terlibat! Tugas awal Anda adalah menolong orang ini agar tetap hidup. Yang kedua adalah menolong dia mendapatkan pengertian tentang bagaimana ia sampai pada keadaan ini, lalu bimbinglah dia untuk membuat perubahan-perubahan yang perlu, yang menjamin bahwa hal itu tidak akan terjadi lagi.

Juga, ingatlah bahwa Anda tidak senantiasa dapat hadir dalam hidup orang tersebut dan hidup orang itu juga bukanlah beban Anda. Peranan Anda hanyalah untuk memberikan pertolongan sebanyak mungkin.

Banyak orang yang memikirkan bunuh diri menghubungi seorang teman, gereja, atau yayasan untuk meminta pertolongan. Jadi, prosedur yang disarankan di sini difokuskan pada rencana untuk melayani mereka yang menelepon. Prinsip-prinsip yang sama dapat digunakan dalam kontak temu muka dengan seseorang yang dalam konseling menunjukkan pikiran-pikiran atau maksud-maksud bunuh diri.

Langkah 1: Adakan hubungan, pelihara kontak dengan orang tersebut, jalin hubungan yang simpatik, dan dapatkan informasi.

Bagi banyak orang, bunuh diri merupakan proses bertahap pada saat berada dalam stres. Mereka mulai mencari cara-cara pemecahan berbagai masalah yang mereka alami dan mencoba pilihan pertama, kemudian pilihan kedua, ketiga, keempat, atau kelima, dan boleh jadi banyak pilihan yang lain lagi, yang tidak ada hasilnya, sebelum mereka tiba pada cara pemecahan masalah dengan bunuh diri. Banyak yang berjuang melawan pilihan ini dan mencari lagi pilihan-pilihan yang lain, tetapi jika menemukan jalan buntu, mereka kembali pada pilihan terakhir ini sebagai jalan keluar. Ingatlah bahwa orang yang cenderung untuk bunuh diri memunyai sikap bertentangan terhadap hidup dan mati. Ia ingin bunuh diri dan bosan dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Pada waktu yang sama, ia ingin diselamatkan oleh seseorang. Jika orang ini menghubungi, penting untuk mulai membangun sebuah hubungan yang positif dengannya. Hubungan ini dapat memengaruhinya sehingga ia memutuskan untuk tetap hidup. Jika orang ini menelepon, katakanlah hal-hal seperti: "Anda melakukan hal yang tepat dengan menelepon saya", "Saya senang Anda menghubungi saya", "Saya rasa ada pertolongan untuk Anda".

Orang ingin bunuh diri

Pernyataan-pernyataan ini penting karena pernyataan-pernyataan ini meyakinkan dia bahwa dia membuat keputusan yang tepat dan bahwa ada orang lain yang memedulikan dia. Persetujuan lisan ini dapat merupakan suatu cara untuk menyampaikan pesan kepadanya bahwa ia dapat membuat keputusan-keputusan lain yang tepat. Orang yang memunyai kecenderungan untuk bunuh diri membutuhkan Anda untuk berbicara kepadanya dengan tenang atau lembut, penuh keyakinan, dan dengan suara yang berwibawa (tetapi tidak sebagai orang yang berkuasa), dan dengan cara sedemikian rupa sehingga ia tidak akan merasa ditantang. Perhatian, penerimaan, dan kepedulian yang tulus adalah sangat penting.

Ketika Anda berbicara, penting sekali untuk menemukan suatu dasar pemufakatan yang dengannya Anda dan orang yang menghubungi itu dapat sepakat. Yang dapat dijadikan titik awal adalah fakta bahwa orang yang menghubungi itu memunyai masalah dan membutuhkan pertolongan, dan Anda ingin menolongnya. Kadang-kadang, bila seseorang yang menelepon Anda itu tidak jelas dan ragu-ragu, diperlukan usaha lebih banyak untuk menemukan dasar pemufakatan. Penting sekali untuk menggunakan kata "tolong" berkali-kali dalam konteks yang berbeda. Juga penting untuk menunjukkan perhatian pada si penelepon dan berusaha membedakan perasaan-perasaannya. Suatu hubungan atas dasar percaya harus dibangun. Ini dapat dilakukan dengan memberikan jawaban-jawaban yang terus terang terhadap pertanyaan-pertanyaan. Anda tidak usah takut untuk memperkenalkan diri serta hubungan Anda dengan gereja atau organisasi jika ditanyakan. Jika Anda ditanyai apakah Anda pernah menolong orang dalam keadaan yang sama dan ternyata Anda belum pernah, jujurlah, tetapi biarkan ia juga mengetahui bahwa Anda merasa memunyai cara dan pengetahuan untuk menolongnya.

Untuk memperkokoh hubungan ini, perkenalkan diri Anda dan cobalah mengetahui nama orang itu, nomor telepon, dan alamatnya. Pertanyaan-pertanyaan ini hendaknya disisip-sisipkan selama percakapan Anda berdua sehingga orang tersebut tidak terlalu merasa terancam olehnya. Jika terdapat keengganan untuk memberitahukan nama, jangan menekan si penelepon untuk masalah tersebut. Anda dapat bertanya, "Bolehkah saya mengetahui nama depan Anda agar saya dapat menyapa Anda dengan nama? Saya lebih senang demikian." Jika ia tidak ingin memberikan alamatnya, Anda dapat menanyakan dari bagian kota mana ia berasal. Jika ia memberikan wilayah yang luas, Anda dapat memberi tanggapan dengan berkata, "Oh, tempat itu dekat dengan ...." Pernyataan ini boleh jadi akan mendorongnya untuk memberikan informasi tambahan.

Anda mungkin mendapati bahwa ada orang yang meminta Anda berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun bahwa ia telah menelepon Anda. Para konselor profesional dan para pendeta memunyai hak untuk merahasiakan beberapa informasi. Akan tetapi, beberapa undang-undang negara bagian di Amerika Serikat (di California, misalnya) mengharuskan seorang konselor menghubungi pihak-pihak yang berwenang apabila seseorang mengancam akan bunuh diri atau membunuh orang lain, dan Anda tidak dapat berjanji untuk tidak melakukannya. Tetapi Anda dapat meyakinkan orang itu bahwa Anda tidak akan melakukan apa-apa yang dapat merugikannya.

Dalam percakapan itu, Anda juga harus berusaha mendapatkan nomor telepon dari orang-orang penting lainnya yang dapat menolong orang ini -- kerabat, para tetangga, dokter, dan sebagainya.

Langkah 2: Kenalilah dan jelaskanlah masalahnya.

Dengarlah cerita orang itu dengan memberikan interupsi sesedikit mungkin. Doronglah ia untuk mengatakan kepada Anda (1) apa yang telah menyebabkan dia sampai pada keadaannya ini; (2) apa yang membuatnya gelisah saat ini; dan (3) apa yang telah ia usahakan sebelumnya untuk menanggulangi keadaannya. Jangan menentang apa yang dikatakannya. Pernyataan-pernyataan seperti "Anda tidak usah merasa demikian" atau "Segala sesuatu tidaklah seburuk apa yang terlihat" merupakan kemunduran bagi orang itu, dan tidak terlalu dapat menolongnya. Pusatkan perhatian pada apa yang dirasakan orang itu, dan bantulah ia untuk menjelaskan perasaan-perasaannya. Jika ia mengalami kesulitan dalam mengekspresikan perasaan-perasaannya, bantulah ia untuk menyebutkannya. Cobalah untuk merefleksikan apa yang menurut perkiraan Anda sedang ia pikirkan dan rasakan karena hal ini akan menolongnya untuk menunjukkan permasalahannya dengan tepat. Keadaan tidak berdaya yang menguasainya, sekarang dapat dipecahkan menjadi masalah-masalah yang khusus, sehingga jalan keluar terhadap masalah itu dapat terlihat dengan lebih mudah. Ia harus ditolong untuk melihat bahwa keadaannya yang sukar dapat menghalangi kemampuannya untuk menilai situasinya. Apabila ia dapat melihat permasalahan-permasalahan itu, ia dapat mulai menyusun suatu rencana tertentu untuk memecahkannya. Dan, jika Anda mengerti sifat masalah yang sedang ia berusaha atasi, Anda dapat lebih mengerti kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Anda ingin menyelidiki alasan-alasan mengapa ia ingin mati.

Jika seseorang menelepon dan hanya berbicara mengenai depresi atau tertekan, kalimat-kalimat atau pertanyaan-pertanyaan seperti berikut ini akan menolong.

  • "Anda kelihatannya telah mengalami depresi selama waktu yang cukup lama."
  • "Berapa kali Anda merasa tertekan selama beberapa minggu ini?"
  • "Kapan Anda menjadi depresi?"
  • "Apakah Anda pernah berpikir bahwa hidup ini tidak berharga untuk dijalani?"
  • "Apakah Anda telah berpikir untuk menyudahinya?"

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat menolong orang yang ragu-ragu menuangkan perasaan-perasaannya dengan kata-kata. Ancaman bunuh diri yang sungguh-sungguh harus diberitahukan secara terbuka agar Anda dapat menolong orang itu.

Apabila seseorang mengalami kesulitan dalam berbicara mengenai bunuh diri, ia biasanya lega jika mengetahui bahwa Anda tidak takut membicarakan hal tersebut secara terbuka. Kadang-kadang hal ini dapat melepaskannya dari perasaan terjerat. Bunuh diri harus didiskusikan dengan cara yang terbuka, yang tidak bersifat moralis. Bunuh diri bukanlah suatu masalah moral bagi orang yang memunyai kecenderungan untuk bunuh diri. Bunuh diri merupakan akibat stres bagi kebanyakan orang. Banyak orang yang telah bergumul dengan perasaan-perasaan bersalah, dan apabila ada diskusi mengenai bunuh diri sebagai tindakan yang tidak bermoral, ini dapat menambah beban perasaan bersalah itu dan menyebabkan keputusasaan yang lebih dalam lagi.

Jika Anda berbicara secara langsung kepada seorang remaja yang sedang berpikir untuk bunuh diri, berbicaralah padanya mengenai keyakinannya tentang kematian. Banyak di antara mereka belum pernah melihat orang mati atau pergi ke pemakaman. Mereka tidak mengerti kesudahannya. Boleh jadi mereka hanya memikirkan perhatian yang akan mereka terima. Menolong mereka untuk mendapatkan pandangan yang lebih realistis mengenai kematian akan menghalangi mereka untuk melakukan bunuh diri.

Langkah 3: Menilai potensi untuk bunuh diri atau keadaan yang mematikan.

Sejumlah faktor dibutuhkan dalam mengadakan penilaian ini. Saat Anda mendengarkan orang tersebut, Anda akan menerima potongan-potongan informasi yang akan mendukung Anda dalam menilai.

1. Umur dan Jenis Kelamin Ingatlah bahwa angka bunuh diri naik pada usia yang lebih lanjut dan bahwa pria lebih mungkin melakukan bunuh diri daripada wanita. Pria bujangan yang berumur, lebih mudah diserang keinginan bunuh diri. Wanita yang lebih muda, lebih kecil kemungkinannya untuk melaksanakan rencana mereka. Orang-orang yang menderita karena kecanduan alkohol dianggap memiliki risiko tinggi. Dan orang-orang yang hanya sesekali minum minuman keras lebih mudah terdorong untuk bunuh diri daripada peminum yang berat dan kronis. Alkohol sering bermanfaat sebagai penahan rasa sakit dan kemudian menjadi sumber rasa sakit baru. Jika sakitnya sudah tidak tertahankan lagi, maka dalam keadaan tenang dan sadar, bunuh diri dapat menjadi pilihan.

2. Sejarah Tingkah Laku yang Menunjukkan Niat Bunuh Diri Adalah penting untuk mencoba menentukan apakah ini merupakan usaha yang pertama atau salah satu dari beberapa seri. Semakin baru serangan perilaku yang menunjukkan niat untuk bunuh diri terjadi, semakin cepat dan lebih mudah pencegahannya. Tetapi pada waktu yang sama, campur tangan yang aktif semakin dibutuhkan. Suatu pola yang luas mengenai tingkah laku yang menunjukkan niat bunuh diri akan memerlukan terapi jangka panjang dari para ahli. Jika orang itu telah berulang kali melakukan usaha bunuh diri, kemungkinan besar suatu saat nanti ia berhasil dan benar-benar bunuh diri. Tugas dari paramedis dan para ahli adalah membantu memutuskan niat bunuh diri dan menolong orang tersebut menyusun rencana untuk kehidupan.

3. Menilai Rencana Bunuh Diri Ada tiga bagian rencana tersebut.

a. Seberapa mematikankah rencana itu? Apabila seseorang telah mengaku bahwa ia sedang merencanakan untuk menyudahi semuanya, Anda dapat bertanya, "Mengapa Anda sampai berpikir untuk bunuh diri?" Kadang-kadang perkataan-perkataan yang kasar itu dapat mengembalikan kenyataan tentang situasinya. Menembak dan menggantung diri dianggap metode-metode yang paling mematikan, dan yang kedua adalah dengan menggunakan obat tidur dan racun karbon monoksida. Sifat mematikan dari suatu metode dapat diukur dari seberapa tiba-tibanya titik balik tak dapat dicapai. Orang juga menggunakan bahan peledak, pisau, racun, dan menenggelamkan diri.

b. Bagaimana tersedianya? Jika sebuah pistol atau sebotol pil sudah ada di tangan, risikonya lebih besar. Tanyakanlah pil jenis apa yang ada dan di mana pil-pil itu berada. Jika ia merencanakan untuk menggunakan pistol, tanyakan, "Apakah Anda memiliki pistol? Di mana? Apakah Anda memunyai peluru?"

c. Seberapa spesifiknya rencana itu? Jika ia telah merencanakan rincian-rinciannya dengan sangat baik, risikonya lebih tinggi. Jika orang itu berkata, "Saya memunyai seratus pil dan saya juga akan menghidupkan gas. Saya telah menutup semua lubang di pintu dan jendela sehingga gas tidak dapat keluar," ini jelas sangat spesifik. Tetapi jika ia berkata bahwa ia harus pergi dan membeli pil atau pistol atau pipa untuk pembuangan asap mobil, risikonya lebih kecil.

Ingatlah bahwa sekalipun Anda sedang berbicara dengan orang yang memunyai perencanaan yang baik dan peralatan telah tersedia, ia tetap menelepon. Ini menandakan bahwa masih ada suatu benih kecil keinginan untuk tetap hidup. Jika seseorang berada dalam situasi seperti ini dan tidak mau mengatakan siapa dia (atau jika ia telah memulai proses bunuh diri), mungkin Anda perlu menyusun suatu sistem untuk mendapatkan bantuan dari teman sekerja Anda. Teman sekerja itu harus memberitahukan polisi, yang akan melacak orang yang menelepon tersebut.

4. Stres Ini harus dinilai dari sudut pandang si penelepon. Bagi Anda, boleh jadi hal ini kelihatannya tidak berarti, tetapi bagi orang itu amat penting. Jika ia telah mengalami kehilangan, nasib sial, atau bahkan keberhasilan, ini dapat menciptakan stres atau ketegangan.

5. Gejala-Gejala apa yang ada dalam hidup orang ini? Depresi? Kecanduan alkohol? Kegelisahan? Apakah orang itu mengalami gangguan jiwa? Ingatlah bahwa depresi disertai kegelisahan adalah gejala yang paling buruk. Bila faktor-faktor stres dan gejala-gejalanya tinggi, maka tindakan-tindakan Anda harus cepat.

6. Saran apa saja yang dimiliki orang itu yang dapat menolongnya? Apakah ada teman-teman atau kerabat di dekatnya? Apakah pelayanan-pelayanan konseling tersedia baginya dalam lingkungan masyarakat atau pekerjaannya? Apakah ia memunyai tempat tinggal? Kurangnya sarana membuat faktor risiko lebih tinggi. Jika orang itu tinggal di rumahnya dan lingkungannya tidak sehat, adalah lebih baik baginya apabila ia dirawat di tempat lain. Ia perlu dipisahkan dari orang tua atau pasangannya yang turut memberatkan persoalannya. Bila orang itu hidup dalam sebuah lingkungan yang penuh tekanan (sebuah lingkungan yang sangat negatif di mana harga diri orang itu senantiasa diserang), akan lebih baik jika ia keluar dari pengaruh lingkungan tersebut.

7. Gaya Hidup Bagaimana gaya hidupnya? Jika tidak stabil, seperti sering mengalami ganti pekerjaan atau kehilangan pekerjaan, tempat tinggal berpindah-pindah, minum minuman keras, tingkah laku yang bersifat menurutkan kata hati, dan sebagainya, maka risikonya lebih tinggi.

8. Komunikasi dengan Orang Lain Apakah orang itu telah memisahkan dirinya dari orang lain, termasuk teman-teman dan keluarganya? Jika demikian, ia kemungkinan memunyai risiko yang tinggi. Jika ia tetap bergaul dengan orang lain, Anda dapat memakai orang-orang itu untuk menolongnya.

9. Status Kesehatan Jika tidak ada masalah-masalah fisik, risikonya lebih kecil. Jika ada penyakit atau luka yang fatal, bicarakanlah hal itu dan amatilah sejauh mana keparahan penyakitnya itu. Apakah hal itu benar-benar merupakan kasusnya, atau hanya ada dalam pikiran orang itu? Apakah ia telah mendatangi seorang dokter? Beberapa orang yang mengidap penyakit yang tidak tersembuhkan mungkin memikirkan bunuh diri sebagai suatu cara untuk menghilangkan rasa sakitnya dan meringankan beban keluarganya.

Hanya ada satu kriteria yang mengkhawatirkan, yaitu memiliki rencana bunuh diri yang bersifat mematikan dan khusus. Jika keadaannya serius, jangan Anda berusaha menangani masalah itu seorang diri. Anggota-anggota keluarga yang bertanggung jawab, seorang dokter keluarga, atau konselor yang ahli harus dilibatkan dalam rencana-rencana tersebut.

Langkah 4: Rumuskan suatu rencana untuk menolong orang yang menelepon.

Adalah penting untuk mencari tahu bagian mana dari rencana itu yang telah dilakukannya dan meminta dia untuk melakukan sebaliknya. Jika ia telah menghidupkan gas dan menutup jendela-jendela, mintalah dia untuk mematikan gas dan membuka jendela-jendela. Jangan biarkan dia berjanji untuk melakukannya ketika Anda meletakkan telepon. Berikan instruksi-instruksi khusus, dan tetap berada di telepon sementara ia melaksanakannya. Mintalah ia untuk membuka pintu dan jendela. Jika ia memiliki sebuah pistol, suruhlah ia mengosongkannya. Jika pistol itu otomatis, suruhlah ia mengeluarkan penjepitnya dari rongga peluru, kemudian keluarkanlah peluru-peluru dari dalam penjepitnya. Kemudian ia harus meletakkan peluru-peluru itu dalam sebuah laci dan menaruh senjatanya di tempat yang sulit untuk diambil kembali dengan segera. Jika orang itu memiliki pil, Anda dapat memintanya untuk membuang pil itu di WC. Jika ia tidak mau mencabut rencana itu, teruslah berbicara sampai hubungan Anda mencapai titik di mana ia memercayai Anda.

Kemudian mintalah janji darinya. Minta dia berjanji untuk menelepon Anda jika ia memunyai kesulitan yang lain atau jika ia tergoda lagi untuk bunuh diri. Para ahli telah melihat bahwa hal ini sangat efektif. Orang itu dapat melalaikan kewajiban-kewajiban yang lain, tetapi ia akan tetap menepati janjinya untuk menelepon Anda. Perkataan-perkataan Anda yang memberi semangat di telepon dapat membuat orang itu bertahan hidup.

Seorang konselor yang ahli menyatakan bahwa pada suatu kesempatan, ketika ia ke luar kota, seorang konseli menelepon dan menanyakannya. Orang laki-laki tersebut merasa sangat tertekan malam itu, dan belakangan diketahui bahwa ia telah merencanakan untuk bunuh diri pada malam itu juga. Istri sang konselor menjawab dengan berkata, "Suami saya tidak ada di sini malam ini, tetapi saya tahu bahwa ia ingin berbicara dengan Anda. Saya akan menyuruhnya menelepon Anda segera setelah ia kembali, dan saya juga ingin agar Anda menelepon kembali. Saya akan memberitahukan suami saya, dan terima kasih atas kesediaan Anda untuk menelepon." Belakangan, ketika si konselor berjumpa dengan orang ini, ia mengatakan bahwa kata-kata istri konselor itu membuat ia mempertahankan hidupnya malam itu.

Bagi banyak orang, bunuh diri merupakan proses bertahap pada saat berada dalam stres.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Bantulah orang itu mengetahui kekuatan-kekuatan dan kemampuannya. Jika ia telah menyerahkan dirinya pada Anda dan setuju untuk tidak melakukan apa-apa, bantulah dia memperluas pandangannya tentang persoalannya dan menemukan kemampuan yang tidak terlihat olehnya selama krisis itu. Boleh jadi ada orang-orang lain yang dapat menolongnya. Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin perlu dimasukkan ke rumah sakit. Jika orang itu sangat stres, yakinkanlah dia bahwa proses penyembuhan meliputi juga beberapa hal yang enak dan yang tidak enak. Mungkin Anda mengetahui beberapa tempat atau lembaga di mana ia bisa mendapatkan makanan atau pekerjaan yang dibutuhkannya, atau juga bantuan hukum yang dicarinya. Mungkin ada tetangga yang dapat tinggal bersamanya atau menolongnya dalam soal emosinya. Yakinkan dia bahwa ada berbagai alternatif yang positif untuk menggantikan pilihan bunuh diri. Barangkali ia tidak dapat melihat alternatif-alternatif itu sekarang, tetapi yakinkan dia bahwa dengan kerja sama antara Anda dengannya, hal-hal tersebut dapat ditemukan.

Sebelum menutup pembicaraan di telepon, tugas Anda yang terakhir adalah mengusahakan agar orang itu berhubungan secara pribadi dengan seseorang. Anda dapat memintanya datang ke gereja untuk konseling atau mendatangi suatu lembaga yang Anda ketahui dapat menolong orang itu. Anda dapat juga berkata, misalnya, "Saya dapat berjumpa dengan Anda besok, pada pukul 11.00" atau "Saya ingin Anda menemui pendeta kami. Dapatkah Anda datang?" Biarlah ia mengetahui bahwa Anda ingin berjumpa lagi dengannya atau bekerja mengatasi masalah itu dengannya, dan bahwa ia bisa mendapatkan pertolongan lebih jauh lagi dengan menemui seseorang secara pribadi.

Dalam jenis konseling yang ini, penting untuk menyampaikan pada orang tersebut bahwa Anda memedulikannya. Selain itu, Anda juga harus lebih berhati-hati melayaninya, mengingat Yesus sendiri juga memedulikannya. Dalam beberapa hal, bisa jadi Anda merasa terbeban untuk mengatakan hal ini selama percakapan pertama di telepon. Pada kali lain, mungkin lebih baik Anda mengatakannya secara langsung dalam tatap muka. Berhati-hatilah sehingga pendekatan dan nada berbicara Anda tidak seperti orang berkhotbah. Kebenaran kasih Allah harus dijelaskan secara alamiah dan jujur, dengan pimpinan langsung oleh Roh Kudus untuk menerangkannya pada waktu yang tepat.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Konseling Krisis: Membantu Orang dalam Krisis dan Stres
Penulis : H. Norman Wright
Penerjemah : Tidak dicantumkan
Penerbit : Gandum Mas, Malang 1996
Halaman : 140 -- 148
Sumber
Halaman: 
140 -- 148
Judul Buku: 
Konseling Krisis: Membantu Orang dalam Krisis dan Stres
Pengarang: 
H. Norman Wright
Penerbit: 
Gandum Mas
Kota: 
Malang
Tahun: 
1996

Komentar