Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Ketika Natal Jauh dari Sukacita
Edisi C3I: e-Konsel 391 - Refleksi Natal
Natal telah lama menjadi peristiwa yang mewakili pertemuan keluarga yang menyenangkan serta berbagi tradisi liburan secara turun-temurun. Iklan televisi, papan iklan di jalan raya, dan bahkan acara hiburan tahunan menggambarkan kebahagiaan sebagai keluarga utuh yang merayakan kedamaian dan keharmonisan. Duka memiliki cara untuk menyeret emosi selama masa-masa ini. Natal, terutama dapat membawa duka yang bersembunyi jauh di lubuk hati ke permukaan setelah mengalami peristiwa kehilangan yang signifikan. Kita memohon kepada Allah untuk mempercepat waktu untuk melalui hari-hari pada bulan Desember. Meskipun memiliki iman yang mendalam, banyak dari kita yang secara emosional menjadi lesu di sepanjang bulan November dan Desember, dan bernapas lega saat kalender menyambut bulan Januari. Januari memberi kita izin untuk kembali ke kehidupan, lalai terhadap rasa sakit kita, dan kebutuhan mendesak kita untuk Satu Pribadi yang lahir untuk menebus hati kita yang memar dan babak belur. Seiring dengan Natal yang dengan cepat mendekat, mari kita tidak membiarkan kesedihan mengalihkan perhatian kita dari karunia kenyamanan dan kasih sayang Allah yang disediakan Allah dengan sangat melimpah.
Lukas pasal 2 menjelaskan bagaimana setelah kelahiran Yesus, suatu kumpulan besar penghuni surga muncul dengan para malaikat, memuji Allah, berkata, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai di bumi untuk manusia yang berkenan kepada-Nya." Tuhan kita menjanjikan kepada kita kedamaian, bahkan selama musim kesedihan. Selama masa-masa ini, mendekatlah pada kedamaian yang melampaui segala akal. Ketenangan batin bukanlah sesuatu yang harus kita kejar. Perdamaian bersandar pada mereka yang Tuhan perkenan. Damai ada di hati semua orang yang mengakui Yesus sebagai Tuhan. Kita dianugerahi kedamaian, bahkan ketika hati kita merindukan orang-orang terkasih yang telah meninggal, pernikahan yang gagal, atau hubungan yang menjadi asing. Natal ini, terimalah dan beristirahatlah dalam karunia kedamaian yang Tuhan berikan dengan murah hati.
Ketika kita tidak bersama dengan orang-orang terkasih pada saat Natal, mudah untuk tergelincir ke dalam keputusasaan. Media sosial memiliki aliran yang tidak pernah berakhir dengan foto-foto keluarga yang utuh dan bahagia, yang membuat kedukaan menjadi lebih jauh dari harapan. Ibrani 6:19 (AYT) mengingatkan kita, "Pengharapan yang kita miliki ini adalah jangkar bagi jiwa kita, kuat dan pasti, yang menembus masuk sampai ke balik tirai". Harapan kita ada di dalam Tuhan kita yang teguh, aman, dan tidak berubah. Alkitab mengingatkan bahwa Tuhan kita sama, baik kemarin, hari ini, dan selamanya. Sayangnya, orang-orang akan datang dan pergi dalam hidup kita. Satu-satunya hubungan yang hadir dari kelahiran kita ke dalam kekekalan adalah Dia yang menjadi satu dengan Bapa Surgawi kita. Ketika kesedihan mengganggu kehidupan kita, jangkar dari jiwa kita tidak akan pernah goyah. Harapan kita adalah kesetiaan Allah. Natal ini, terimalah janji dan kepercayaan-Nya dalam Satu Pribadi yang tidak pernah gagal atau meninggalkan kita.
Hadiah yang paling menenangkan bagi jiwa berduka adalah kasih Allah yang tak pernah gagal. Ketika kesedihan menggoda kita dengan perasaan terasing, takut, dan kesepian, kebenaran Alkitab memadamkan kebohongan. Mazmur 119:76 mendorong kita, "Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu." Mazmur 119:50 membentengi iman kita, "Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku." Yesaya 41:10 meyakinkan kita, "Jadi jangan takut, sebab Aku menyertai kamu."
Jika Anda berada di musim keputusasaan, carilah harta Allah yang tak ternilai yang ditemukan dalam janji-Nya melalui firman-Nya. Karena bayi yang terlahir di palungan itu, kita dapat menerima warisan surgawi kita saat berada di bumi. Natal merupakan pemeliharaan Kudus Allah bagi umat-Nya -- untuk Anda dan saya. Natal ini, percayalah dalam pemeliharaan-Nya yang penuh dengan kasih dan belas kasih-Nya. Merenungkan kebaikan Tuhan dan pengabdian-Nya kepada umat-Nya memungkinkan kita untuk bersukacita, bahkan di tengah-tengah kesedihan, dan rayakanlah kelahiran Juru Selamat kita. (t/N. Risanti)
Sumber asli: | ||
Nama situs | : | The Praying Woman |
Alamat URL | : | http://theprayingwoman.com/when-christmas-is-far-from-joyful/ |
Judul asli artikel | : | When Christmas is Far From Joyful |
Penulis artikel | : | Lanise Shortell |
Tanggal akses | : | 27 Oktober 2016 |