Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Keuangan dan Hubungan Anda dengan Allah
Edisi C3I: e-Konsel 296 - Uang dan Tuhan
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Dalam kekristenan, kita harus mendasarkan segala bidang kehidupan di atas firman Allah, entah itu tentang keselamatan, penyucian, pelayanan, ataupun keuangan. Maksud dari semuanya ini adalah untuk memuliakan Allah. Jika kita tidak mencerminkan kebenaran Allah, berarti kita tidak sedang melayani Allah.
Perlu kita sadari bahwa sesungguhnya kita adalah hamba Tuhan, kitalah yang harus melayani Dia, bukan sebaliknya. Untuk itu, baik dalam pelayanan maupun kehidupan sehari-hari, kita harus sungguh-sungguh memahami fungsi atau peran keuangan dalam kehidupan rohani kita.
Prinsip-prinsip keuangan yang diberikan dalam seluruh firman Allah, ditulis bukan untuk melihat apakah kita cukup kuat untuk hidup menurut semua prinsip itu, namun karena Allah tahu bahwa itulah yang terbaik bagi kita. Prinsip-prinsip Allah mengenai keuangan bukanlah serangkaian undang-undang yang ditetapkan untuk memerintah kita, tetapi kebijaksanaan Bapa kepada orang-orang yang mau mendengar dan percaya kepada-Nya.
Orang-orang yang menjalankan dan menaati kebijaksanaan Allah mengenai keuangan akan membangun perkara yang kekal, bukan untuk membuat orang lain terkesan.
Mengapa Kristus Mengajar tentang Keuangan?
Dua per tiga dari semua perumpamaan yang digunakan Kristus dalam mengajar berhubungan dengan keuangan. Mengapa? Ia memilih topik yang dapat dipahami setiap orang. Perumpamaan ialah sebuah bentuk pengajaran yang di dalamnya menggunakan sebuah topik terkenal, dengan maksud menjelaskan topik yang kurang dikenal. Kristus sedang menjelaskan bahwa kerajaan rohani yang sesungguhnya lebih nyata daripada kerajaan dunia ini. Tetapi untuk berhubungan dengan manusia yang duniawi, Ia harus menggunakan sebuah contoh duniawi, yaitu uang.
Kristus tidak pernah mengatakan bahwa uang atau hal-hal materi adalah masalah. Ia mengatakan bahwa hal-hal tersebut merupakan gejala dari permasalahan yang sesungguhnya. Secara terus-menerus Ia mengingatkan kita untuk menjaga hati terhadap ketamakan, iri hati, keakuan, dan kesombongan, karena hal-hal tersebut adalah alat yang digunakan Iblis untuk mengendalikan dan memanipulasi dunia ini. Kristus mengingatkan kita tentang materialisme jauh lebih banyak daripada dosa lain (Lukas 12:15). Bahkan, perumpamaan tentang keselamatan dalam Matius 13:18-23 mengatakan bahwa "tipu daya kekayaan" merupakan salah satu sebab orang percaya tidak berbuah.
Kekayaan yang telah disediakan Allah untuk memperkaya hidup kita serta membawa orang-orang lain kepada keselamatan, telah diambil oleh Iblis. Iblis telah menyelewengkan hal itu demi kepentingannya. Bahkan, ada beberapa orang Kristen yang menilai orang lain berdasarkan berapa banyak harta yang dimiliki, dan berapa besar sukses mereka menurut istilah-istilah duniawi. Orang-orang miskin dianggap sebagai orang-orang yang kalah -- yang kurang rohani bila dibandingkan dengan para pemenang.
Apakah Salah Kalau Ingin Kaya?
Kaya di sini digunakan dalam pengertian memiliki cukup uang untuk memenuhi semua kebutuhan yang wajar dan masih memiliki kelebihan dana. Firman Allah mengajarkan bahwa banyak dari umat-Nya akan termasuk dalam kategori itu, mereka tidak saja akan dapat memenuhi kebutuhan mereka, tetapi juga akan mampu membantu orang-orang lain.
Dalam ekonomi Allah, Dia menyediakan kelebihan materi kepada beberapa orang Kristen untuk menolong memenuhi kebutuhan orang-orang lain. Dalam 2 Korintus 8:14-15, dinyatakan dengan jelas bahwa kelimpahan kita pada saat ini akan memenuhi kebutuhan orang-orang lain, dan kelak kelimpahan mereka akan memenuhi kebutuhan kita -- sebuah alternatif yang baik demi kesejahteraan di dalam lingkungan gereja.
Kristus mengingatkan orang-orang kaya agar selalu berjaga-jaga (Lukas 12:15-21). Godaan untuk lebih memercayai harta mereka sangat besar. Semakin besar harta mereka, semakin besar godaannya. Itulah sebabnya, orang-orang kaya (terlebih lagi orang Kristen) harus menjaga hati dan pikiran mereka dengan prinsip-prinsip firman Allah.
Keuangan: Barometer Rohani Kita
Menurut Ibrani 11, iman ialah memercayai Allah secara mutlak. Itu berarti memercayai Allah untuk hal-hal yang tidak dapat Anda lihat atau atur supaya terjadi. Dunia di sekitar kita mengatakan agar kita melakukan hal yang sebaliknya -- bila Anda tidak memiliki uang untuk hal-hal yang Anda perlukan, pinjamlah supaya Anda dapat memperolehnya.
Firman Allah mengatakan agar kita belajar merasa puas dan mau mengabdikan diri untuk melayani Allah. "Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, kita membebani diri kita sendiri dengan mengikuti nasihat duniawi, yang mengatakan bahwa yang lebih besar dan lebih banyak itu pasti lebih baik.
Salah satu ciri yang paling jelas mengenai penilaian secara duniawi dalam kekristenan ialah cinta akan uang. Inilah alasan dunia memiliki ketakutan akan masa depan. Sayangnya, ketakutan ini menguasai sikap sebagian besar orang beriman zaman ini. Banyak orang keranjingan untuk mencari penghasilan yang ada jaminan/asuransinya dan mengusahakan agar masa pensiun mereka kelak akan benar-benar terjamin. Keduanya tidak ada yang salah. Kebanyakan orang tentu menyukai penghasilan yang tetap untuk dapat mencukupi kebutuhan keluarga mereka dan hal itu bukannya tidak alkitabiah, kecuali jika mereka mengompromikan firman Allah karena takut kehilangan kedudukan mereka atau karena takut menentang secara terang-terangan dosa yang sudah nyata.
Rencana hidup tenang pada "hari tua" menguasai pikiran orang-orang, sehingga mereka berupaya keras mencapainya. Ketakutan akan hidup dalam kekurangan pada masa depan menyebabkan banyak orang Kristen merampas dana pekerjaan Tuhan yang telah disediakan-Nya. Uang itu malah disimpan dalam tabungan untuk masa pensiun/masa tua selama 20-40 tahun. Firman Allah tidak melarang, malah mendorong kita untuk menabung demi masa depan, termasuk bagi masa pensiun (Amsal 6:6-11; 21:20). Tetapi contoh yang diberikan oleh Tuhan dalam Lukas 12:16-20 mengenai orang kaya yang bodoh merupakan petunjuk yang jelas bahwa keseimbangan yang dari Allah ialah: "Apabila ragu-ragu, berikan saja; jangan menimbun."
Kebutuhan Terbesar
Kebutuhan terbesar dalam generasi kita ialah agar firman Allah yang murni diajarkan dengan jelas. Kebutuhan terbesar berikutnya ialah agar orang-orang Kristen menunjukkan bahwa pengajaran firman Allah dapat dijalankan dengan berhasil. Dalam Roma 10:14, kita diberi tahu bahwa untuk memenangkan orang yang belum selamat agar ia percaya, harus ada orang yang menceritakan kepada mereka tentang Yesus. Kitab Yakobus memberi tahu kita bahwa kita merupakan bukti yang hidup, yang berjalan dan berbicara di depan dunia yang belum selamat ini, bahwa firman Allah sungguh benar. Mengingat kesaksian kita di depan orang yang belum selamat, tampaknya nyata sekali bahwa dalam segi kehidupan kita yang paling kelihatan, yaitu segi keuangan, kesaksian kita tidak banyak. Hal ini sebagian besar disebabkan karena orang-orang Kristen belum pernah diajarkan mengenai apa yang dikatakan oleh firman Allah. Ada beberapa penjelasan yang diberikan melalui firman Allah, antara lain berikut ini.
1. Meminjam
Kita diperintahkan agar kalau terpaksa meminjam, hendaklah kita meminjam dengan sangat bersahaja dan berhati-hati, dan selalu membayar kembali apa yang telah kita pinjam (Mazmur 37:21; Amsal 3:27-28).
2. Meminjamkan
Orang-orang Kristen harus mau saling meminjamkan tanpa bunga, dan jangan sampai mengajukan tuntutan ke pengadilan demi mendapatkan kembali apa yang telah dipinjamkannya (Ulangan 23:19-20; 1 Korintus 6:1-7).
3. Membagikan
Orang-orang Kristen harus siap sedia untuk menolong setiap kebutuhan yang masih dalam batas-batas kewajaran di dalam lingkungan persekutuan mereka sendiri. Hal itu termasuk dana bagi yang sakit, yang menganggur, dan yang sudah lanjut usia (2 Korintus 8:14-15).
Apa yang Harus Kita Lakukan?
Berikut ini beberapa langkah sederhana untuk mulai menerapkan kebijaksanaan Allah.
1. Pelajarilah prinsip-prinsip Allah untuk mengatur keuangan.
Pelajarilah prinsip-prinsip Allah tentang mengatur keuangan. Anda juga dapat menimba ilmu dari orang-orang yang telah menerapkan prinsip-prinsip tersebut.
2. Terapkan disiplin yang sesuai dengan prinsip-prinsip Allah pada gaya hidup Anda.
Allah tidak menuntut gaya hidup yang sama dari dua keluarga yang berbeda. Masing-masing dari kita tentu berada pada tingkat ekonomi dan masyarakat yang berbeda. Akan tetapi, kemewahan dan pemborosan merupakan penilaian yang duniawi, bukan yang rohani. Setiap keluarga Kristen harus melihat pada kebiasaan mereka dalam membelanjakan uangnya, terutama pada pemborosan, dan memberikan laporan mengenai hal itu kepada Allah. Ingatlah bahwa kita hanyalah pengelola, Tuhanlah majikan kita.
3. Ajarkan prinsip-prinsip Allah kepada anak-anak Anda.
Beban yang ditekankan oleh penilaian dunia berkenaan dengan keuangan sekarang ini cukup besar. Banyak pasangan muda gagal dalam pernikahan mereka karena tekanan keuangan yang tak perlu. Sebagian besar dari masalah-masalah mereka itu sesungguhnya dapat dihindarkan dan pernikahan-pernikahan dapat diselamatkan, apabila keluarga-keluarga diajari lebih awal bagaimana harus menanggulangi dan menghindari masalah-masalah semacam itu. Apabila pasangan muda diminta untuk mengembangkan sebuah anggaran belanja sebelum mereka menikah, dan pasangan lain, yang telah berpengalaman, membantu serta memantau anggaran belanja itu selama tahun pertama, maka masalah yang berhubungan dengan keuangan itu akan berkurang. Orang-orang tua Kristen jangan sekali-kali membiarkan anak-anak mereka meninggalkan rumah (untuk berumah tangga sendiri), tanpa membekali mereka dengan pengetahuan dasar mengenai keuangan yang akan dibutuhkan, supaya mereka kelak tidak akan tenggelam dalam masyarakat yang keranjingan materi.
4. Ajarilah orang-orang lain.
Pasangan-pasangan Kristen yang tahu mengenai prinsip-prinsip Allah tentang keuangan dan anggaran belanja yang paling pokok, hendaknya secara teratur mengadakan kursus-kursus di rumah-rumah dan di gereja-gereja. Hal ini sangat bermanfaat untuk memberikan konseling dan nasihat. Banyak orang bermasalah dengan keuangan dan tidak tahu ke mana harus pergi untuk mendapatkan bantuan. Pada umumnya, mereka mau memberikan tanggapan, tidak hanya terhadap nasihat yang berhubungan dengan keuangan, tetapi juga terhadap berita Injil yang perlu disampaikan.
Diringkas dari: | ||
Judul asli buku | : | Using Your Money Wisely |
Judul buku terjemahan | : | Mengatur Keuangan dengan Bijak |
Judul bab | : | Sikap |
Penulis | : | Larry Burkett |
Penerjemah | : | C.Th. Enni Sasanti, S.P. |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 36 -- 40 |