Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Merdeka dari Ikatan Pribadi
Edisi C3I: e-Konsel 347 - Perjuangan untuk Merdeka
Diringkas oleh: S. Setyawati
Tidak ada kemerdekaan yang dapat kita peroleh tanpa pengorbanan. Kulit telur harus pecah supaya anak-anak ayam mendapat kemerdekaan hidup, kulit biji-bijian harus pecah supaya dapat bertunas, demikian juga dengan kepompong yang harus terbelah supaya dapat menjadi kupu-kupu dan terbang bebas. Hal ini bukan sekadar prinsip alam, tetapi juga menggunakan konsep yang alkitabiah. Kehidupan baru harus didahului oleh kematian, dan kebangkitan diawali dengan penyaliban (Yohanes 12:24-25). Ayat tersebut menegaskan bahwa kita harus melakukan penyangkalan diri, yang diwujudkan ke dalam dua tahap: menerima diri sendiri dan menyangkal diri sendiri. Orang yang belum dapat menerima dirinya sendiri tidak akan dapat menyangkal dirinya sendiri. Hal ini terlalu berat, menyakitkan, dan tidak masuk akal.
Hal menerima diri sendiri adalah bagian dari kehidupan Yesus. Yesus adalah Pribadi yang keadaan-Nya harmonis dengan diri-Nya sendiri dan harmonis dengan Allah. Ia tidak memusuhi manusia dan dunia yang penuh dosa (Keluaran 3:14 dan Yohanes 10:30). Itulah sebabnya, melalui diri-Nya, kasih Allah disalurkan kepada semakin banyak orang. Selain itu, kita harus menerima diri sendiri sebagai buatan Tuhan. Kita harus dapat menerima kemampuan dan kecakapan yang Tuhan berikan kepada kita, sekaligus menerima kekurangan/keterbatasan yang kita miliki. Kita harus menerima cara Allah membentuk dan menumbuhkan rohani kita.
Pertanyaan selanjutnya, siapakah yang dimaksud dengan diri sendiri yang harus kita sangkal dan singkirkan? Jika kemerdekaan menuntut adanya pengorbanan, bagaimana Tuhan merombak kita? Apa hasilnya? Apakah nantinya kita tidak lagi memiliki kepribadian dan menjadi robotnya Tuhan?
Penyangkalan Diri
Setelah kita dilahirkan kembali, penampilan fisik dan kepribadian kita tidak berubah. Yang diubah adalah kepribadian kita, istilah yang digunakan Paulus adalah kedagingan. Setiap keinginan dan sifat kita yang tidak sesuai dengan kehendak Allah harus dimatikan. Akan tetapi, natur dosa sudah ada di dalam kita sejak kita dikandung ibu, lalu bagaimana kita bisa mencegah akibat dosa? Kita tidak dapat menyelamatkan diri dari kematian pribadi, hanya darah Kristus yang dapat menyucikan kita dari dosa dan membangkitkan kita dalam hidup rohani yang baru. Roh Kudus yang dianugerahkan Allah kepada kita seumpama antitoksin yang berfungsi memerangi infeksi dosa yang merusak seluruh hidup kita. Dengan demikian, ketika kita dilahirkan kembali, kita tidak saja hidup dalam masa peralihan, tetapi juga peperangan antara yang baik dan yang jahat (Galatia 5:17).
Peperangan yang ada di dalam hati dan pikiran kita acap kali membuat kita hampir putus asa, namun dengan pertolongan Yesus Kristus dan campur tangan Roh Kudus, kita dimampukan untuk mematikan segala keinginan duniawi kita (Kolose 3:5-9). Inilah arti dari penyangkalan diri -- mengatakan tidak kepada dosa yang hendak menguasai kita, mengatakan tidak kepada kenikmatan yang ditawarkan oleh dosa. Untuk mematikan hal-hal duniawi, ada dua hal yang harus kita lakukan:
1. Menerima diri sendiri sebagaimana adanya -- yang baik dan yang jahat. Selain itu, kita harus berani mengakui dosa-dosa kita dan memohon ampun kepada-Nya.
2. Kita harus bekerja sama dengan Roh Kudus yang ada di dalam diri kita, yang mendorong dan memperlengkapi kita sehingga kita dapat mematahkan perlawanan musuh.
Kalau kita gagal melakukan tindakan yang pertama, kita buta terhadap keadaan yang sesungguhnya. Karena itu, kebiasaan dosa kita akan menghambat pertumbuhan rohani kita. Dan, jika kita gagal melakukan tindakan kedua, kita berdosa karena kita memadamkan dan mendukakan Roh Kudus.
Kita ingat bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah mengubahkan kita supaya kita menyerupai Yesus. Ketika kita tidak mau menyerahkan dosa-dosa kita kepada Roh Kudus untuk dimusnahkan-Nya, kita mendukakan Roh Kudus. Ketika kita mengabaikan bisikan-Nya, "Serahkan semuanya," kita memadamkan Roh. Ketika kita tidak mau menyangkal diri, kita membatasi pekerjaan Roh Kudus dan melemahkan pertahanan kita terhadap godaan dan dosa. Sebaliknya, ketika kita taat kepada Roh Kudus, sekalipun rasanya enggan untuk melakukannya, kita sudah bekerja sama dengan Roh Kudus dalam menawan watak lama kita yang sudah tercemar oleh dosa. Dengan demikian, kehidupan kita yang baru di dalam Yesus dapat bertumbuh dengan semestinya. Perhatikanlah bahwa Tuhan mengetuk pintu kita untuk masuk ke dalam hati kita karena Ia ingin mengubah kita untuk menjadi serupa dengan-Nya (Wahyu 3:20).
Si Aku Dihancurkan Melalui Pencobaan
Bagaimana Tuhan menghancurkan si "aku" dan membangun diri kita yang baru? Salah satu caranya adalah melalui pencobaan. Melalui pencobaan, Tuhan berharap kita menyadari kelemahan kita dan keburukan di dalam hati kita yang terdalam. Pencobaan seharusnya tidak memberi peluang kepada si Iblis, namun menjadi pelajaran bagi kita. Kita dapat memanfaatkan konflik yang terjadi dalam diri kita sehingga pencobaan itu mendorong kita untuk hidup lebih kudus dan kita dapat mengalami kemerdekaan rohani. Dalam kisah pencobaan yang Yesus alami, kita dapat belajar bagaimana mengatasi taktik Iblis yang halus sehingga setelah pencobaan berlalu, kita akan lebih dipenuhi kuasa Roh Kudus. Ketika dicobai, Yesus harus memilih apakah Ia membiarkan kehidupan-Nya dikendalikan oleh diri-Nya sendiri atau oleh Allah. Dia memilih agar kehidupan-Nya dikendalikan oleh Allah.
Godaan yang Iblis tawarkan kepada kita juga sama -- agar kita mementingkan keinginan kita sendiri. Yesus menolak segala sesuatu yang bersifat mementingkan diri sendiri. Kalau kita meneladani Yesus dan menyerahkan diri kita kepada kehendak Allah, Ia akan mengizinkan kita dicobai supaya keputusan kita semakin teguh. Godaan akan semakin lemah jika kita memutuskan bahwa Yesus adalah Tuhan atas kehidupan kita, dan kita menolak untuk mementingkan diri sendiri. Dengan begitu, pencobaan menjadi pintu menuju kemenangan, dan memberi kesempatan bagi Roh Kudus untuk menyelamatkan kita dari penyakit yang sangat mengganggu -- keakuan.
Pekerjaan Roh Kudus
Pekerjaan Roh Kudus membuat rohani kita lebih merdeka, lengkap, dan sehat. Ia masuk ke dalam pikiran dan keinginan kita yang terdalam sehingga kita menyerupai Yesus, menaati Dia, dan tidak egois (Yehezkiel 36:26-28).
Orang yang berpikir seperti Tuhan berpikir, mengasihi seperti Tuhan mengasihi, dan yang taat kepada-Nya adalah orang yang merdeka. Namun demikian, kemerdekaan itu datang perlahan-lahan, seperti tetesan minyak yang meresap ke dalam serat kain, melunakkan, mengubah, dan mematahkan segala penghalang. Begitulah cara Allah merombak kita. Kehidupan lama kita harus dirombak terlebih dahulu supaya kehidupan baru yang jauh lebih baik dapat terwujud.
Kekecewaan dan Kesusahan
Selain pencobaan, kesusahan hidup terkadang Tuhan izinkan untuk menolong kita dalam menyangkal diri dan berserah penuh kepada-Nya. Bahkan, Tuhan juga mengizinkan kita mengalami kekecewaan, penghinaan, kepedihan, dan berbagai macam penderitaan. Tujuan-Nya adalah untuk membenahi arah kehidupan kita. Kesusahan dapat menjadi saat yang paling kreatif karena saat itulah Roh membebaskan kita dari "kungkungan kehidupan diri sendiri".
Bekerja Sama dengan Tuhan
Bagaimana kita memakai pencobaan dan kesusahan secara efektif? Caranya adalah sebagai berikut: Ketika kita menghadapi persoalan, catatlah, renungkan reaksi spontan kita, nilailah reaksi tersebut, dan bawalah persoalan itu kepada Tuhan. Kemudian, mintalah agar Dia menerangi pikiran kita dan menyelaraskannya dengan pikiran Allah. Serahkan keinginan diri sendiri kepada-Nya dan biarlah kehendak-Nya yang jadi.
Kepribadian Saya Akan Hilang?
Jika kita menyerahkan diri kepada Tuhan, apakah ini berarti bahwa kepribadian orang Kristen hilang lenyap? Tidak. Orang Kristen yang mengizinkan Roh Kudus menjamah dan mengubah diri dan hatinya terhadap segala pengalaman buruk yang pernah dialaminya, akan memperoleh pandangan baru tentang dirinya sendiri. Ia akan mendapatkan kesembuhan batin dan kemerdekaan rohani. Semakin kita menyerahkan diri kepada Tuhan, kita semakin sesuai dengan kehendak Tuhan dan merdeka.
Roh Kudus tidak menghilangkan kepribadian kita atau menghapus diri kita. Roh Kudus bekerja secara tidak kentara seperti ragi yang mengkhamirkan adonan. Kepribadian kita dan Roh Kudus akan jalin-menjalin (Roma 8:16).
Mengupas Lapisan yang Menghambat Kita
Roh Kudus bekerja sama dengan roh kita untuk membuat kita menjadi anak-anak Allah. Namun, perubahan tidak dapat terjadi jika di dalam kita masih ada lapisan "keakuan" yang tebal. Keakuan harus disapu bersih agar dunia melihat bahwa Yesus ada di dalam kita. Pengikisan keakuan ini bisa terjadi secara tak kentara, tetapi terkadang juga terjadi secara dramatis dan menyakitkan.
Tuhan mengenal hati kita dan keindahan yang ada di dalam diri kita. Ia menghendaki kita bisa melihat keindahan itu dengan mengizinkan hadirnya ujian-ujian di dalam kehidupan kita. Ia ingin sekali melenyapkan lapisan-lapisan citra diri yang palsu, yang dibuat-buat. Itulah sebabnya, Ia menghendaki kita menyangkal diri dan mengatakan "tidak" kepada segala hal yang tidak sesuai dengan ajaran Yesus Kristus.
Di dalam Yesus, identitas kita tidak hilang. Sebaliknya, kita justru menemukan identitas kita yang sebenarnya.
Diringkas dari: | ||
Judul asli buku | : | Living Free Becoming the Person God Intends You To Be |
Judul buku terjemahan | : | Bebas dari Ikatan Dosa |
Judul bab | : | Merdeka dari Ikatan Pribadi |
Penulis | : | Joyce Huggett |
Penerjemah | : | Doreen Widjana |
Penerbit | : | Lembaga Literatur Baptis, Bandung dan Yayasan ANDI, Yogyakarta 2002 |
Halaman | : | 156 -- 173 |