Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Peran Wanita dalam Pelayanan

Perbincangan kali ini akan mengangkat topik tentang "Peran Wanita dalam Pelayanan". Hadir bersama kita saat ini adalah Pdt. Paul Gunadi (PG), Ibu Ester Cahya (EC), Sarjana Psikologi dari Universitas Gajah Mada, yang kini menjadi staf Psikologi di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang, dan juga Ibu Pdt. Dr. Netty Lintang (NL), seorang gembala sidang Santapan Rohani Indonesia dan dosen di STT Iman Jakarta.

T: Apakah peran wanita dan pria masih dibedakan dalam pelayanan di masyarakat umum?
EC: Kalau di masyarakat umum saya lihat justru semakin terbuka, artinya tidak lagi memandang jenis kelamin, misalnya di bidang- bidang sosial yang dulu kebanyakan dipegang oleh kaum pria sekarang sudah banyak wanita yang terlibat seperti menjadi penyuluh-penyuluh. Dulu di desa-desa suara wanita rasanya susah didengar. Tapi sekarang justru saya lihat banyak organisasi sosial yang volunter-volunternya justru wanita dan mereka sudah bisa diterima.
PG: Memang dikatakan bahwa Injil Lukas adalah Injil yang sangat memperhatikan wanita. Banyak sekali kisah tentang wanita yang dicatat oleh Lukas, salah satunya adalah nabi Hana yang turut bersyukur, berdoa kepada Tuhan sewaktu dia melihat Yesus. Juga dikatakan di Alkitab bahwa ia hanya menikah selama 7 tahun kemudian sampai umur 80-an hidup menjanda. Yang ia lakukan adalah berdoa dan berpuasa di bait Allah. Nah di sini kita melihat peranan wanita yang sangat besar meskipun seolah-olah di belakang layar tapi dialah yang menjadi pendoa bagi umat Israel yang sedang menantikan Mesias. Mungkin banyak orang di situ yang bekerja hari lepas hari tidak pernah memikirkan tentang hal ini tapi tiba-tiba ada seorang wanita yang puluhan tahun di belakang layar menjadi seorang pendoa bagi umat Israel, juga sebenarnya bagi seluruh umat manusia, demi datangnya seorang Mesias. Di sini sekali lagi menegaskan bahwa Tuhan melihat wanita secara spesial karena kita harus mengakui bahwa mereka adalah makhluk atau kaum yang seringkali tersingkirkan malahan ditekan oleh masyarakat pada umumnya. Dan Tuhan memang adalah Tuhan yang penuh belas kasihan.
T: Di bidang pelayanan, karena Ibu Netty banyak berkecimpung di bidang jemaat, banyak aktivitas yang Ibu Netty katakan dihadiri oleh kaum ibu. Nah kadang-kadang mereka merasa tidak terbekali untuk menjadi seorang pemimpin dalam jemaat sehingga mereka hanya dipilih menjadi seksi konsumsi, menghias ruangan, dsb. Ketika ditempatkan sebagai ketua panitia atau pengurus lainnya, dia menjadi ragu. Nah bagaimana Ibu memberikan semangat atau dorongan pada ibu-ibu ini.
NL: Ya, saya pikir itu mungkin ada kaitannya dengan gembala sidangnya. Kalau gembala sidangnya bisa mengangkat dan memberikan pembinaan-pembinaan pada kaum wanita di gerejanya, maka saya pikir mereka bisa dibekali, dilengkapi sehingga mereka dapat lebih kompeten dan lebih mampu. Saya lihat jaman sekarang ini banyak gereja sudah mulai memperhatikan pembinaan untuk pekerja dan jemaat wanitanya.
T: Apakah pengaruhnya bagi ibu-ibu yang sudah berkeluarga, maksud saya, apakah mereka ada waktu untuk melakukan pelayanan? Banyak suami atau anak yang kadang mengeluh karena istrinya lebih banyak di gereja daripada di rumah, bagaimana pendapat Ibu?
EC: Sebenarnya itu sisi ekstrimnya ya, tetapi kalau saya lihat justru sebenarnya banyak gereja sekarang kepemimpinan banyak dipegang oleh wanita. Saya pernah melihat di satu gereja dimana ketua remajanya wanita, ketua pemudanya wanita dan kegiatan kaum ibunya begitu bersemangat -- ibu-ibunya begitu luar biasa antusiasnya untuk mengadakan berbagai aktivitas dan mereka bisa. Jadi saya pikir jika setiap wanita bisa menjadi seorang istri atau ibu, sebagai peran tambahan, ia masih bisa memberi keseimbangan dengan terlibat dalam pelayanan di gereja. Tetapi terlepas dari itu, sebenarnya dukungan dari keluarga juga dibutuhkan agar ibu bisa terlibat dalam kegiatan di luar rumah. Nyatanya banyak juga yang bisa berhasil dalam pelayanan dan keluarganya tetap terpelihara dengan baik.
PG: Sebagai kaum yang memang terdesak dan yang dibatasi, meskipun seharusnya tidak seperti itu, apa yang ibu-ibu lakukan untuk menghadapi hal ini?
NL: Saya pikir pakailah kesempatan yang memang sudah ada itu semaksimal mungkin, dan juga, bukan saja pasif tetapi lebih aktif dalam menciptakan kesempatan. Jadi bukan mengada-ada tetapi tunjukkanlah apa yang Tuhan berikan, apa yang Tuhan bebankan dalam hati para wanita dan realisasikan menurut apa yang Tuhan berikan dengan bersandar pada kekuatan dari Tuhan. Tunjukkan kesetiaan kita di dalam pelayanan sehingga orang dapat melihat bahwa inilah wanita, mereka dapat melayani dengan bagus dan dengan konsisten.
EC: Ya, saya setuju dengan menggunakan kesempatan yang ada, kadang- kadang sebenarnya ada kesempatan tetapi wanita itu sendiri yang membatasi diri. Sebenarnya tidak perlu seperti itu. Kalau memang kesempatan itu ada atau bisa menciptakan kesempatan, tapi karena wanitanya tidak siap ... ya hilang dan lewatlah kesempatan itu.
T: Jadi memang mungkin sudah tiba saatnya untuk membicarakan adanya kesamarataan dalam peran antara wanita dan pria (tidak ada kedudukan yang lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lain). Kita seharusnya tidak lagi membedakan soal gender dalam pelayanan di masyarakat. Bagaimana menanggapi hal ini, Pak?
PG: Saya akan membacakan Filipi 3:17, Firman Tuhan berkata:
"Saudara-saudara ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu."
Paulus sangat mendasari integritas keabsahan dan keefektifan pelayanan atas dasar suri teladannya dan kehidupannya. Saya kira itu yang bisa saya simpulkan dan seperti yang tadi sudah diuraikan oleh Ibu Netty dan Ibu Ester, sebagai wanita kita perlu memberikan suri teladan yang indah sehingga orang di luar dapat melihat kesaksian hidup kita, kesetiaan kita, dan kesanggupan kita. Mereka akhirnya mau tidak mau harus mengakui sumbangsih yang telah diberikan oleh para wanita dalam pelayanan. Nah mudah-mudahan setelah itu langkah selanjutnya adalah membukakan pintu yang lebih baik kepada para wanita untuk mengambil bagian dalam pelayanan. Saya kira tujuan akhirnya bukan siapa yang harus menang, pria atau wanita, siapa yang harus di atas, tetapi agar Tuhan Yesus dipermuliakan dan tubuh Kristus bekerja dengan sangat efektif dan sehat.
Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T069B (e-Konsel Edisi 029)
Penerbit: 
--

Komentar