Pengantar : berhubung ada diskusi doa kepada arwah, perkenan saya
mempostingkan suatu artikel yang dapat dijumpai di www.melsa.net.id/~yba[1] atau
www.in-christ.net/yba[2]
Pengarang adalah pengasuh, dan seroang Ir dan evangelis, Ir Herlianto.
Banyak artikel yang berhubungan dengan hal ini misalnya inner healing. Rekan-rekan bisa
membaca yang tentunya memakan waktu cukup panjang hanya masalah ini , yang hemat
saya memerlukan suatu tanya jawab dan seminar yang panjang.
Kepada yang berkeinginan silahkan memlajari.
Belakangan ini di kalangan Kristen ada sekelompok orang yang mengkultuskan
tokohnya penginjil Andreas Samudera dengan timnya 'Revival Total Ministry'
(RTM) dari Bandung yang mengajarkan ajaran 'Dunia Orang Mati' (DOM) yang
pada prinsipnya mencakup tiga persoalan yang kontroversial, yaitu bahwa
ajaran ini (1) mempercayai bahwa arwah/roh orang mati dapat dihubungi; (2)
arwah/roh orang mati dapat masuk ke diri manusia; dan (3) kita dapat
menginjili roh orang mati.
Ajaran DOM ini sempat menghebohkan karena dipopulerkan melalui KKR, Seminar
bahkan jaringan internet, dan diterbitkan buku-buku seperti yang berjudul
'Dunia Orang Mati' dan 'Barang-Barang Tumas' (semua boneka harus dibakar),
dan biasanya dipopulerkan bersamaan dengan kebaktian-kebaktian bertema
'mujizat kesembuhan', 'pelepasan' dan 'inner healing.' Ajaran ini sempat
menghebohkan sebuah gereja besar di Bandung karena ada pendetanya (suami
isteri) yang terpengaruh dan mengajarkan ajaran itu di gereja itu dan ini
berakhir dengan dikeluarkannya pendeta tersebut.
SPIRITISME Spiritisme adalah faham yang mempercayai bahwa manusia dapat melakukan
hubungan dengan roh-roh orang mati, baik secara langsung, melalui
pertolongan medium, maupun dengan cara-cara lain (jailankung, ouiya board,
mimpi dll.). Masalah spiritisme sudah merupakan praktek manusia sejak lama
sekali. Setidaknya dalam Perjanjian Lama kita sudah menjumpai masalah ini di
kitab Keluaran.
Yohanes Verkuyl dalam tulisannya berjudul 'Spiritisme' dalam buku 'Gereja
dan Aliran-Aliran Modern' (BPK-GM) membagi spiritisme menjadi dua bagian
yaitu (1) Spiritisme Primitif, dan (2) Neo Spiritisme. Dalam hubungan dengan
pengajaran 'Menginjili Orang Mati' atau yang lebih dikenal sebagai
pengajaran 'DUNIA ORANG MATI' (DOM) dimana praktek Spiritisme dimasukkan
dalam kekristenan, dapatlah disebutkan bentuk ke-3 spiritisme yaitu (3)
Spiritisme berjubah Kristen.
Spiritisme Primitip Spiritisme primitif biasa dipraktekkan dalam agama-agama suku, sebab dalam
mengarungi hidup yang penuh tantangan dimana manusia-manusia primitif
bergantung pada nasehat para orang tua, maka ketika orang-orang tua itu
meninggal, mereka berusaha dengan segala cara untuk tetap mencari hubungan
dengan nenek moyang yang telah meninggal itu. Hubungan itu dicari dengan
misalnya melakukan upacara-upacara menyembah pohon, gunung, tempat suci,
atau melalui pertolongan dukun-dukun sebagai medium (perantara). Hubungan
juga biasa dilakukan di kuburan atau rumah-rumah tertentu, dan juga
dilakukan pada hari-hari tertentu seperti jumat kliwon tengah malam
misalnya.
Spiritisme primitif ini sejalan dengan kepercayaan 'Animisme' (anima = roh)
yang mempercayai bahwa bila seseorang meninggal dunia maka rohnya akan
mengembara tetapi masih bisa berhubungan dengan manusia baik untuk memberi
kesaktian, pertolongan atau nasehat, tetapi sebaliknya roh-roh itupun bisa
melakukan pembalasan dendam dan berlaku jahat dan menghantui manusia hidup.
Spiritisme primitif biasanya tidak terorganisir dan dilakukan dengan upacara
korban (seperti pemberian sesajen), bertapa maupun dengan upacara
tari-tarian. Mantera-mantera dan jampi-jampi adalah bagian tak terpisahkan
dari upacara demikian yang dianggap mempermudah hubungan dengan arwah,
bahkan alat-alat tertentu/boneka (seperti jailankung) bisa dijadikan cara
untuk menghubungi arwah orang mati. Dalam kebudayaan Eropah kuno kita jumpai
usaha demikian masih juga dilakukan oleh orang modern pada masakini. Di
daerah Indian Amerika kita melihat praktek berhubungan dengan arwah adalah
praktek yang umum dilakukan, bahkan kebudayaan Tionghoa sangat erat kaitannya
dengan 'penyembahan nenek moyang.'
Di Indonesia praktek ini bisa dijumpai disemua agama suku yang pengaruhnya
terhadap masyarakat sangat kuat karena bercampur dengan adat-istiadat dan
budaya kelompok masyarakat, sehingga bagi yang sudah menjadi Kristen pun
praktek-praktek demikian masih sering dilakukan juga (ingat opo-opo di
Kawasan Timur Indonesia). Jadi spiritisme yang sekalipun disebut primitif
masih juga dilakukan oleh orang-orang modern bahkan juga oleh yang sudah
masuk Kristen menunjukkan bahwa spiritisme mempunyai pengaruh mendalam atas
kehidupan manusia termasuk manusia modern dan tetap bertahan mengarungi
waktu hingga saat ini.
Neo-Spiritisme Spiritisme yang tidak kunjung mati itu dalam berbagai bentuk telah
berkembang, karena itu bentuk-bentuk spiritisme yang telah berkembang itu
disebut Neo-Spiritisme.
Tidak dapat disangkal bahwa neo-spiritisme sudah berkembang di banyak daerah
diseluruh dunia, tetapi biasanya perkembangannya dikaitkan dengan keluarga
Fox di Amerika Serikat yang dikaitkan dengan kelahiran Spiritisme Modern.
Keluarga John Fox tinggal di Hydesville, New York. Pada tahun 1847 kedua
anak gadis Fox yang bernama Margaret (9) dan Kate (12) mengaku mendengar
ketukan-ketukan di rumah mereka. Mereka beranggapan bahwa ketukan-ketukan
itu berasal dari roh orang mati yang ingin mengadakan hubungan dengan
mereka, karena itu keduanya berusaha melakukan hubungan dengan melakukan
perjanjian bahwa satu ketukan berarti 'tidak', dua ketukan berarti 'tidak
pasti', dan tiga ketukan berarti 'ya.'
Berdasar informasinya yang diperoleh kedua gadis itu, disimpulkan bahwa
ketukan itu berasal dari roh orang yang mati terbunuh yang mayatnya
dikuburkan di bawah rumah. 'Roh' itu mengaku bahwa ia datang untuk 'membuka
suatu era baru dimana hubungan antara arwah orang mati dan manusia hidup
akan dipulihkan.' Setelah digali di bawah rumah itu, mereka mengaku
menemukan kerangka manusia. Promosi ini disiarkan mass media secara
besar-besaran dan di Amerika, Eropah dan bagian dunia lainnya praktek
spiritisme bangkit kembali secara terang-terangan sejak itu. Di mana-mana
dibentuk organisasi-organisasi spiritisme dengan maksud menyelidiki dan
mempraktekkan spiritisme.
Perkembangan yang terorganisasi misalnya dalam bentuk 'Spiritualist
Churches' bahkan 'Internationale Spiritist' dibentuk di Paris, ini mendapat
sambutan dimanamana. Tokoh spiritist yang terkenal yang mempopulerkan
spiritualisme melalui buku-buku adalah Sir Conan Doyle penulis buku-buku
ditektip Sherlock Homes yang terkenal itu. Organisasi spiritisme berkembang
dan membentuk kelompok-kelompok spiritist di sekitar medium atau yang
sekarang dikenal sebagai 'psychic' atau 'cenayang.'
Beberapa praktek spiritisme adalah antara lain melalui 'ketuk-ketukan meja'
dimana anggota kelompok duduk disekeliling meja dan meletakkan tangan-tangan
mereka di atas meja, setelah melakukan perjanjian dengan roh seperti praktek
gadis-gadis Fox, mereka mengaku mendengarkan ketuk-ketukan meja itu dan
mendapat informasi sekitar roh orang mati yang mengadakan kontak.
Cara lain adalah melalui 'Ouija Board', papan yang diletakkan di atas roda
bulat dan ditengahnya diberi lubang yang diberi pinsil. Melalui
gerak-gerakan yang dikatakan sebagai berasal dari roh maka terjadilah
tulisan-tulisan. Prak-tek sama bisa dilihat dalam permainan 'Jailankung' di
Indonesia yang juga dikenal sebagai 'Nini Towok.'
Praktek spiritisme itu bisa juga berupa medium yang dalam keadaan 'trance'
(kesurupan) menuliskan tulisan di luar kesadarannya, dan bisa juga medium
itu bersuara atau berkata-kata di luar kehendaknya. Ini dianggap sebagai
suara roh orang mati yang masuk ke dalam diri medium itu.
Dalam Spiritisme primitip maupun Neo-Spiritistisme yang berorganisasi jarang
dijumpai 'ajaran tertentu', mereka umumnya melakukannya secara praktis dan
pragmatis sebagai pengalaman belaka. Tetapi, ada juga Neo-Spiritist yang
kemudian mengembangkan semacam 'doktrin' yang mengajarkan:
"orang-orang mati itu sampai ke 'dunia seberang' dalam keadaan yang tak ada
ubahnya seperti sewaktu mereka meninggalkan dunia ini. Mereka datang ke sana
dengan segala sifat-sifat yang baik dan buruk yang dimilikinya semasa hidup.
Mereka itu - demikianlah menurut Neo-Spiritisme - terhisap dalam suatu
evolusi rohani. Tak ada penyelamatan, tak ada pengampunan, tak ada
penghapusan dosa secara radikal.' Tetapi roh orang-orang yang mati itu
berusaha dengan sibuknya guna perbaikan diri sendiri. Ada roh-roh yang masih
berada dalam taraf perkembangan yang sangat rendah sekali dan itulah
sebabnya dalam seance-seance orang kadang-kadang dapat mendengar
ucapan-ucapan yang kotor, keji, bahkan caci maki dan kutukan-kutukan.
Roh-roh lain lagi sudah mencapai taraf yang lebih tinggi dan mereka ini akan
terus menerus menempuh jalan ke arah perbaikan diri sendiri yang lebih larut
lagi. Dalam hidup di dunia seberang itu terdapat berbagai-bagai tingkat
kehidupan. Disitu orang-orang lambat laun berobah dari jahat menjadi 'baik',
dari baik menjadi 'lebih baik.' (Verkuyl, Spiritisme dalam 'Gereja dan
Aliran Modern', hlm.74-75).
Ada juga Neo-Spiritis yang dengan panjang lebar berbicara mengenai Tuhan
Yesus, hanya Tuhan Yesus dianggap sebagai 'medium' yang dapat membantu kita
memperbaiki diri sendiri.
"Menurut mereka hukuman yang kekal itu tak ada dan juga tidak ada
keselamatan kekal. Semua berada dalam perjalanan dari tingkat yang rendah ke
tingkat yang lebih tinggi." (Ibid, hlm.75)
Spiritisme dalam kehidupan modern terlihat melalui film-film seperti
'Casper' dan ''The Bride of Chucky' yang banyak ditonton oleh anak-anak.
Dalam film Casper disebutkan bahwa 'roh anak Casper' bisa berhubungan dengan
manusia hidup dan kehadiran seorang ayah yang terobsesi kematian isterinya
kemudian menjadi doktor ahli berhubungan dengan roh orang mati. Film bride
of Chucky menceritakan seorang psikopat yang mati dan pacarnya Tiffany
berusaha untuk menghidupkannya ke dalam boneka melalui upacara vodoo.
Benarkah klaim-klaim yang menyebutkan bahwa suara-suara dan
pernyataan-pernyataan yang dibawakan para medium itu berasal dari roh orang
mati? Verkuyl memberi komentar berikut:
"Ingin kami kemukakan lagi ialah betapa uraian-uraian dalam buku-buku
Neo-spiritist itu tentang kehidupan sesudah mati, tak ubahnya seperti
obrolan tukang-tukang beca saja. 'Pemberitaan-pemberitaan oleh arwah
orang-orang mati' itu, sebagaimana diteruskan oleh para medium, sering
demikian dangkal dan sepi nilai, sehingga kita terheran-heran mengapa masih
ada lagi orang-orang yang mau mendengar kepada omong kosong - omong kosong
seperti itu. (Ibid, hlm.75-76).
Sebagai bukti omong kosong itu Verkuyl menuturkan:
"Begitulah misalnya seorang medium menerangkan nama 'roh' tertentu, bahwa
Napoleon juga berada di antara orang-orang yang sudah mati. Seolah-olah kita
memerlukan suatu roh untuk meyakinkan kita akan hal itu! Seorang medium lain
menerangkan, atas nama suatu roh tertentu, bahwa orang yang bertanya itu
masih harus membayar rekening sepatunya lagi dsb. dsb.
Pemberitaan-pemberitaan itu sedikitpun tak menambah pengetahuan kita tentang
kehidupan sesudah mati. Yang diberi kepada kita adalah pengetahuan tentang
tabiat dan pribadi dari orang yang bekerja sebagai medium itu atau yang
menanyakan medium itu. Untuk selanjutnya 'berita-berita' itu sering
merupakan bukti yang paling nyata dan meyakinkan, bahwa dalam Neo-spiritisme
itu kita berurusan dengan suatu ajaran sesat atau dengan dusta secara sadar
maupun tidak sadar." (Ibid, hlm.76).
Bagaimanakah spiritisme bisa timbul? Verkuyl (hlm.79-80) dalam penelitiannya
menunjuk pada empat faktor pendorong, yaitu:
Pengaruh mitologi dan tradisi. Penyelidikan-penyelidikan ahli-ahli
antropologi seperti Malinowsky, Margaret Mead, dan Joaz menyebutkan kuatnya
pengaruh mitos dan tradisi turuntemurun dalam mem-bentuk praktek spiritisme;
Tipu muslihat. Ini umum terjadi sekitar praktek spiritisme. Dukun-dukun
yang kemudian bertobat menjadi Kristen sering mengakui bahwa tidak sedikit
tipu daya mereka lakukan dalam praktek ini. Gadis-gadis Fox dalam wawancara
resmi dikemudian hari mengaku bahwa ketukan-ketukan itu adalah perbuatan
mereka sendiri;
Sugesti. Spiritisme biasanya paling kena pada orang-orang yang
sugestibilitasnya gampang terangsang (yang berreaksi primer, berperasaan
peka, dan emosional). Keadaan orang-orang yang datang umumnya dalam keadaan
putus asa, ketakutan, ingin-tahu, kelesuan, keletihan, yang mudah menjadi
korban sugesti. Disini peran psikologi-massa besar yaitu pasien terpengaruh
sugesti dari apa yang pada sangkanya dilihat dan didengar medium dan akan
juga dirasakannya sebagai yang dilihat dan didengarnya sendiri;
Daya tersembunyi jiwa. Medium mempunyai kemampuan psikis untuk membaca
isi hati pasien tentang apa yang ingin didengar dan dilihatnya (mind reading
dan clairvoyange).
Selain hal-hal di atas tidak dapat disangkal ada 'kuasa demonis' ikut secara
aktif berperan dalam spiritisme untuk menguasai manusia.
Spiritisme berjubah Kristen?
Spiritisme dalam jubah Kristen dapat dijadikan sebutan untuk menyebut
praktek spiritisme yaitu berhubungan dengan roh orang mati tetapi
dipraktekkan di kalangan orang Kristen. Ini bisa dilihat dalam kutipan
berikut:
"Saya yakin bila orang mengundang arwah lewat seorang medium, jailangkung,
ouija board atau cara-cara lain, yang datang sesungguhnya adalah orang mati
itu." (Andereas Samudera, Dunia Orang Mati, h.22)
Dari kutipan ini dapat dilihat bahwa dalam pengajaran DOM yang dipopulerkan
oleh buku itu di Indonesia, dipercaya bahwa praktek spiritisme adalah benar
dan dapat diterima, sekalipun dengan terbatas, dan halal untuk dipraktekkan
dalam pelayanan Kristen. Dikatakan 'terbatas' karena prakteknya masih
terbatas pada kasus-kasus insidentil, yaitu dalam pelayanan pelepasan dimana
kasus kerasukan itu dianggap 'dirasuk roh orang mati' yang dapat diketahui
dari pengakuan roh itu, dilakukan usaha menginjili roh orang mati itu bila
roh itu masih belum menerima Injil Yesus.
Mirip dengan 'obsesi ayah' dalam film Casper yang ingin bertemu isterinya
yang mati muda sehingga mengakibatkan ia memperdalam ilmu berhubungan dengan
orang mati, demikian juga pelopor pengajaran DOM juga mempunyai obsesi berat
karena kematian isterinya yang masih muda. Dalam seminar Dunia Orang Mati
(DOM) di Bandung (Agustus 1999) trauma kematian isteri itu masih tersembul
keluar sekalipun kematiannya sudah berselang duapuluhan tahun silam!
Dari sini dapat disimpulkan bahwa DOM adalah praktek spiritisme (sekalipun
masih terbatas) sehingga dapatlah disebut sebagai 'Spiritisme berjubah
Kristen' dimana dipercayai bahwa:
"Spiritisme Berjubah Kristen adalah faham yang mempercayai bahwa manusia
dapat melakukan hubungan dengan roh-roh orang mati, baik secara langsung,
melalui pertolongan medium, maupun dengan cara-cara lain (jailankung, ouiya
board, mimpi dll.). Hanya disini ditambahkan bahwa praktek ini dalam
kekristenan masih dibatasi yaitu hanya berhubungan bila roh-roh orang mati
itu menyatakan diri dengan merasuk manusia."
Jelas praktek spiritisme berjubah Kristen ini telah membuka kotak pandora
kearah spiritisme sebenarnya sebab melalui praktek demikian terbukalah
kemungkinan-kemungkinan yang luas untuk mempraktekkan spiritisme
sedalam-dalamnya, sesuatu yang sangat dilarang dalam Alkitab. Logikanya,
berdasarkan asumsi bahwa roh yang merasuk adalah roh orang mati, dan bila
menunggu roh itu merasuk seseorang yang adalah peristiwa langka, maka
bukankah 'demi maksud baik menginjili mereka' terbuka kemungkinan bahwa
roh-roh di DOM itulah yang akan dicari, dihubungi dan dipanggil (apalagi
bila ada kerinduan untuk bertemu roh orang yang dikasihi), bahkan mengingat
bahwa sudah milyaran orang mati di luar Tuhan, tentu praktek ini menggoda
seorang 'penginjil' untuk mengundang roh-roh itu dalam 'KKR - DOM' bukan?
bersambung ke 2
MSA-maya :April 2000.
(Versi internet dari Makalah Sahabat Awam nomor 51/Juli 1999 berjudul
'Spiritisme dan Pengajaran Dunia Roh)