Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Lagu Penghiburan Karangan Orang Sedih (Kesaksian)

Edisi C3I: e-Konsel 011 - Menghadapi Kesulitan Hidup

Song: What a Friend We Have in Jesus

What a friend we have in Jesus, all our sins and griefs to bear! What a privilege to carry, everything to God in prayer! O what peace we often forfeit, o what needless pain we bear, all because we do not carry, everything to God in prayer!

Have we trials and temptations? Is there trouble anywhere? We should never be discouraged, take it to the Lord in prayer! Can we find a friend so faithful? Who will all our sorrows share? Jesus knows our every weakness, take it to the Lord in prayer!

Are we weak and heavy laden? Cumbered with a load of care? Precious saviour, still our refuge, take it to the Lord in prayer! Do thy friends despise, forsake thee? Take it to the Lord in prayer! In His arms He'll take and shield thee, Thou wilt find a solace there! [Syair: What a Friend We Have in Jesus; Joseph Scriven 1855 Lagu : Converse (Friendship; Erie), Charles C. Converse, 1868]

Syair lagu di atas telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Dalam bahasa Indonesia lagu di atas dikenal dengan judul: Tuhan Yesus Sobat Kita atau Yesus Kawan yang Sejati.

Lagu: Tuhan Yesus Sobat Kita

Tuhan Yesus sobat kita yang tiada taranya yang menanggung bagi kita siksa hingga matilah. Acap kali kita kalah dan sejahtera pun lenyap kar'na kita tak berpautan dengan Dia t'rus tetap.

Kita hadapi cobaan dan kesukaran besar? Bawa saja semuanya pada sobat yang benar. Tak ada sobat s'perti Dia, sabar lagi tak jemu. Tahu kelemahan kita b'ri pertolongan penuh.

Kitakah bersusah hati serta jiwa tertekan? Mintalah pada Tuhan Dia b'ri pertolongan. Bila sobat-sobat undur harap pada penebus. Dia Sobat yang setia yang sertai kita t'rus. [Nyanyian Suplemen]

Kenalkah Anda dengan syair dan lagu Tuhan Yesus Sobat Kita di atas? Kami yakin Anda kenal, karena lagu ini adalah lagu penghiburan yang paling banyak dinyanyikan oleh orang Kristen di seluruh dunia. Namun, kenalkah Anda pada pencipta syair lagu ini? Tahukah Anda bahwa syair lagu ini memiliki riwayat yang sangat mengharukan? Kalau belum, berikut ini kami akan ceritakan untuk Anda. Melalui lagu ini kiranya kita tidak hanya terharu saja, tetapi untuk menyadarkan kita bahwa orang Kristen (sebaik apa pun) tidak kebal terhadap kesulitan hidup. Namun, di tengah kesulitan hidup yang dialami, seorang Kristen harus sadar bahwa kita memiliki pengharapan yang teguh dalam Tuhan. Justru melalui peristiwa yang menyedihkan, Tuhan sering memakainya untuk mengingatkan kita bahwa Dia selalu ada di samping kita, karena Dia adalah sobat kita yang setia.

Peristiwa yang Menyedihkan

Lagu Tuhan Yesus Sobat Kita

Joseph M. Scriven dilahirkan di negeri Irlandia pada tahun 1819, dari keluarga yang cukup berada, dan dia pun mendapat pendidikan yang baik. Setelah dia tamat dari universitas pada tahun 1842, dia merencanakan untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang gadis Irlandia yang cantik. Harapan dan masa depan Joseph Scriven kelihatan sangat cerah sekali.

Akan tetapi, sehari sebelum hari perkawinan mereka, gadis tunangan Joseph Scriven mengalami kecelakaan dan mati tenggelam. Pemuda yang malang itu merasa sangat patah hati. Ditambah lagi saat itu, dia mulai menghadapi persoalan dengan keluarganya, karena dia masuk agama Kristen, hal yang sangat tidak disetujui oleh mereka.

Akhirnya pada tahun 1844 pemuda yang sedih itu pindah ke negeri Kanada. Selama beberapa waktu dia menjadi seorang guru -- mula-mula dia mengajar di sekolah, kemudian dia diangkat menjadi pendidik khusus bagi anak-anak dari keluarga yang kaya raya.

Sekali lagi Joseph Scriven bertunangan, yaitu dengan saudara dari keluarga yang kaya tadi. Namun, sekali lagi maut merenggut sukacitanya. Setelah melewati masa sakit yang pendek, kekasihnya itu meninggal dunia, beberapa hari sebelum tanggal pernikahan mereka.

Menolong Sesamanya

Dalam kesedihan yang tak terhibur, Joseph Scriven menyingkir dari keramaian. Dia tinggal seorang diri dalam sebuah pondok di pinggir danau. Cara hidupnya sangat bersahaja. Uang dan tenaganya dia gunakan untuk menolong orang miskin. Dia mencari anak-anak yatim piatu supaya dapat ditolongnya. Dia bekerja sebagai tukang kayu sukarela bagi para janda yang kekurangan. Dia bahkan memberikan pakaiannya sendiri kepada orang-orang yang lebih memerlukannya.

Pernah ada dua orang yang berpapasan di jalan dengan Joseph Scriven. Scriven yang memakai pakaian sederhana lewat di hadapan dua orang tersebut dengan menjinjing sebuah gergaji. Salah seorang dari dua kawan itu memberi salam kepadanya. Kemudian yang lainnya bertanya: "Kaukenal orang tadi? Siapa namanya? Di mana tempat tinggalnya? Saya perlu orang untuk memotong kayu bakar di rumahku."

Orang pertama itu menjawab: "Itulah Pak Scriven. Namun, engkau tidak boleh memakai dia, karena dia tidak akan mau memotong kayu untukmu."

"Mengapa tidak mau?" tanya orang kedua dengan heran.

"Sebab engkau dapat mengupah tukang kayu untuk bekerja padamu." temannya menjelaskan. "Dia hanya mau menggergaji kayu untuk para janda miskin dan orang sakit yang tidak mampu membayar seorang tukang kayu."

Surat Berupa Syair

What a friend we have in Jesus, all our sins and griefs to bear! (Joseph Scriven)


FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Sepuluh tahun setelah Joseph Scriven pindah ke Kanada, ibunya di Irlandia sangat sedih dan sedang sakit keras. Pak Scriven tidak sempat mengarungi samudra dan pulang ke negeri asalnya untuk menengok ibunya. Namun, dia mendapat akal untuk menghibur ibunya: seorang diri di kamarnya, dia menuliskan sebuah syair tentang Yesus, sobat yang sejati bagi orang yang lemah. Satu salinan dia kirimkan kepada ibunya di Irlandia. Satu lagi dia simpan, tetapi dia segera melupakannya.

Beberapa tahun kemudian, Joseph Scriven sendiri jatuh sakit. Seorang tetangga yang merawatnya menemukan salinan syair tadi di kamarnya. Dia senang akan isinya, dan bertanya kepada Pak Scriven tentang siapa yang menulisnya. Joseph Scriven lalu menceritakan asal-usul karangannya tersebut.

Pada kesempatan yang lain, seorang tetangga lain lagi bertanya kepada Joseph Scriven, apakah benar dia yang mengarang syair itu (saat itu syair yang ditulisnya sudah mulai menjadi sangat terkenal). Jawab Pak Scriven: "Yah ... Tuhan dan saya mengerjakannya bersama-sama."

Akhir Cerita yang Tidak Tentu

Menjelang akhir hidupnya, Joseph Scriven tidak lagi memiliki rumah sendiri. Ada kalanya dia menginap dengan satu keluarga, ada kalanya dengan keluarga yang lain.

Pada tahun 1886, dalam usia 67 tahun, ketika dia sedang tinggal di rumah seorang kawan dia jatuh sakit keras. Kawannya menunggui dia siang dan malam. Namun, pada suatu malam kawannya meninggalkannya di kamar sendiri sebentar. Ketika dia kembali, ternyata Scriven sudah tidak ada di tempat.

Teman dan tetangga segera dipanggil. Mereka mulai mencari Scriven yang menghilang itu. Akhirnya mereka menemukan dia di sebuah sungai tidak jauh dari rumah kawannya itu, tetapi Scriven sudah menjadi mayat.

Apakah Joseph Scriven terantuk, disebabkan oleh pikiran dan tubuhnya yang sudah lemah? Apakah dia keluar untuk menikmati kesejukan malam, lalu terpeleset ke dalam kali? Ataukah kesedihannya itulah yang mendorong dia untuk bunuh diri dengan mati tenggelam, sama seperti kekasihnya yang mati dalam kecelakaan di Irlandia 40 tahun sebelumnya?

Tak seorang pun yang tahu pasti. Namun, para teman dan tetangga Joseph Scriven tahu pasti bahwa dia seorang yang baik hati. Walaupun kelakuannya sering aneh, tetapi dia selalu berusaha menolong rakyat miskin. Maka mereka mendirikan sebuah tugu peringatan baginya di desa Kanada, di tempat dia tinggal.

Sedikit sekali orang yang pernah pergi ke desa di Kanada itu untuk melihat tugu peringatan Joseph M. Scriven itu. Namun, berjuta-juta orang di seluruh dunia menyanyikan syair Lagu Penghiburan Karangan Orang Sedih yang diciptakannya.

 

Unduh Audio

 

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, Jilid 1
Penulis artikel : H. L. Cermat
Penerbit : LBB
Halaman : 45 -- 48
Sumber: e-Konsel 011

Komentar