Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Tips: 8 Langkah Dasar Menghadapi Krisis
Edisi C3I: e-Konsel 022 - Konseling Krisis
Ada delapan langkah dasar yang harus diikuti dalam menolong seseorang yang sedang menghadapi krisis. Langkah-langkah tersebut dapat diterapkan terhadap bermacam-macam jenis krisis, tetapi Anda harus peka dan luwes dalam penerapannya.
I. Intervensi Langsung
Krisis dapat dianggap sebagai suatu bahaya. Bagi orang yang terlibat, krisis itu menakutkan, dan ada batas waktu tertentu sebagai kesempatan untuk turut campur tangan. Cara orang dalam keadaan krisis mencapai keseimbangan bisa secara sehat dan bisa juga secara tidak sehat. Jika mereka tidak menerima pertolongan secepat mungkin, mereka mungkin akan merasa terpukul, sehingga mereka dapat menghancurkan diri mereka sendiri. Anda perlu bertindak cepat karena pertolongan Anda dapat meringankan krisis itu dan kemungkinan dapat melindungi orang tersebut dari tindakan yang merugikan dirinya sendiri. Berbagai prosedur pengaruh langsung dapat digunakan untuk membuat perubahan-perubahan yang diinginkan dalam diri seorang konselee. Cara ini lebih sering digunakan dalam konseling krisis daripada dalam bentuk koseling yang lain. Teknik menopang atau dorongan semangat, harus dipakai pada tahap permulaan untuk menolong seorang yang sedang dalam krisis. Tujuannya ialah untuk mengurangi kegelisahan, rasa bersalah, dan ketegangan serta untuk memberikan dukungan emosi. Dorongan semangat dari konselor dapat menolong si konselee mengatasi perasaan tak berdaya dan keputusasaannya. Akan tetapi, satu hal yang perlu diingat, jangan terlalu banyak dorongan semangat sehingga melenyapkan semua rasa gelisah, karena sedikit rasa gelisah diperlukan untuk menimbulkan perubahan yang positif.
Beberapa akibat paling hebat dari suatu krisis ialah bunuh diri, pembunuhan, melarikan diri, menyakiti diri sendiri, psikosis, atau kehancuran keluarga. Seorang yang ingin bunuh diri membutuhkan intervensi secara langsung. Selama krisis Anda mempunyai kesempatan yang luar biasa untuk menolong dan melayani mereka. Keadaan yang tidak pasti dari suatu krisis merupakan suatu waktu untuk berubah dan bersifat luwes. Jikalau Anda ingin mempengaruhi kehidupan seseorang atau keluarga, maka waktu yang paling tepat adalah pada saat seseorang mengalami krisis. Itulah sebenarnya mengapa konseling krisis begitu penting bagi mereka yang melayani khususnya sebagai pendeta.
Ada baiknya sebelum kita melakukan konseling krisis, teleponlah konselee terlebih dahulu. Ajukanlah beberapa pertanyaan yang menolong Anda untuk menentukan seberapa mendesaknya keadaan konselee dan apakah hal itu benar-benar merupakan suatu krisis. Waktu berbicara lewat telepon, aturlah waktu untuk pertemuan pertama dan tentukanlah siapa-siapa yang harus hadir. Usahakanlah untuk mendapat sebanyak mungkin informasi untuk menyusun suatu ide sementara tentang permasalahan itu, dan buatlah beberapa rencana sederhana jika perlu untuk pertemuan pertama itu. Anda juga harus bersifat luwes. Apabila karena sesuatu hal, Anda tidak dapat bertemu orang itu dengan segera, aturlah agar ia dapat ditemui oleh orang lain.
II. Mengambil Tindakan
Langkah kedua dari konseling krisis adalah bertindak. Perlu ada sesuatu yang terjadi segera, kita perlu menggerakkan orang yang dalam krisis agar berperilaku yang positif. Mereka perlu mengetahui bahwa sesuatu sedang dilakukan oleh mereka dan untuk mereka. Konseling yang pertama adalah merupakan awal yang penting bagi Anda sebagai konselor. Anda perlu mengarahkan pertemuan konseling tersebut untuk membantu keberhasilannya dan berpartisipasi di dalamnya. Anda perlu mendengarkan dengan baik untuk mendapatkan informasi. Perhatikanlah informasi yang penting melalui proses interaksi. Anda harus mengetahui apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan kejadiannya dan seterusnya.
Sementara Anda mengumpulkan informasi, berusahalah menemukan hal-hal sebagai berikut:
Masalah-masalah manakah dalam kehidupan orang itu yang harus diselesaikan dengan segera?, dan
Masalah-masalah manakah yang dapat ditunda?
Tolonglah orang tersebut untuk menentukan hal ini, sebab begitu sering orang dalam krisis tidak mengetahui masalah apa yang dapat ditunda dan yang harus ditangani sekarang. Waktu Anda memperbincangkan situasi ini dengan orang tersebut, Anda harus menjadi seorang pendengar yang baik. Setiap indikasi, secara lisan atau bukan lisan, bahwa Anda tidak sabar, tidak senang, atau terburu- buru akan mengganggu sekali. Beri waktu untuk berhenti sejenak dan tetaplah tenang. Harus diperhatikan apakah ada situasi-situasi krisis yang membutuhkan tindakan langsung yang tidak bisa ditunda. Para pendeta dan konselor awam selalu bertanya, "Bagaimanakah saya tahu sejauh mana saya harus bertindak?" Suatu petunjuk praktis ialah sebagai berikut: hanya apabila keadaan itu sungguh membatasi kemampuan si konselee, barulah Anda mengambil tindakan secara luas. Dan bila demikian Anda perlu mengarahkan orang tersebut untuk bertindak mandiri secepat mungkin. Jika Anda terlibat dalam menolong orang dengan tindakan secara langsung, ingatlah akan undang-undang tertentu dan prosedur hukum dari negara atau masyarakat Anda.
III. Mencegah Suatu Kehancuran
Langkah ketiga adalah mulai mencapai sasaran yang terbatas dari konseling krisis, yaitu mencegah kehancuran dan memulihkan orang tersebut ke keadaan seimbang. Ini bukanlah waktu untuk mengusahakan perubahan-perubahan kepribadian. Pertama, Anda harus menolong orang tersebut untuk mencapai semacam sasaran yang terbatas (dekat). Harus ada sedikit tantangan untuk mencapainya, namun sasaran itu juga harus dapat dicapai. Seseorang yang baru saja kehilangan pekerjaannya mungkin mampu, dengan pertolongan Anda, menyusun suatu daftar tentang kualifikasi, kemampuan dan pengalaman kerjanya. Jika tugas ini dilakukan dengan baik maka akan memberikan suatu perasaan lega.
IV. Membangun Harapan dan Kemungkinan Masa Depan yang Positif
Orang yang dalam krisis adalah orang yang sedang putus asa, karenanya sangat penting untuk "membangun harapan dan kemungkinan masa depan yang positif". Jangan memberi harapan palsu tapi doronglah untuk menyelesaikan masalah mereka. Ada beberapa cara penting untuk menolong seseorang kembali mencapai keseimbangan:
Informasi.
Pertama, lihat informasi apa yang diberikan orang itu kepada Anda tentang situasinya. Apakah dia melihat gambaran lengkap atau hanya memilih beberapa segi? Apakah dia memiliki semua fakta? Apakah dia mengubah situasinya karena emosi atau karena prasangkanya sendiri? Adakah dia mengerti bahwa tanggapan dan perasaan tertentu adalah normal pada saat-saat dilanda krisis?
Kedua, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dan mendorong memberikan jawaban yang informatif dapat menolong orang itu dengan dua cara: Anda bisa menolong kekosongan informasinya. Dengan begitu ketakutan serta keprihatinannya yang berlebihan dapat hilang ketika ia menerima informasi yang tepat.
Interaksi.
Perhatikanlah bagaimana konselee berinteraksi dengan keadaan yang obyektif. Bagaimana orang itu menerima pilihan untuk bertindak? Pilihan apakah yang terbuka bagi orang itu? Tolonglah dia mempertimbangkan pilihan-pilihan dan akibat dari keputusan bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang yang mungkin terlibat.
Waktu si konselee memperoleh semakin banyak kekuatan dan kemampuan, maka ia akan dapat memeriksa kapasitasnya sendiri dalam situasi itu.
V. Memberi Dukungan
Salah satu sebab mengapa masalah berkembang menjadi satu krisis adalah karena kurangnya sistem dukungan sosial. Bersedia berbicara melalui telepon merupakan salah satu sumber dukungan. Mengetahui bahwa Anda mendoakan ia tiap hari dan bersedia berdoa dengan ia di telepon pun merupakan sumber dukungan. Bila Anda menjumpai orang yang dalam krisis, berusahalah mengetahui sistem dukungan apa yang ia miliki, apakah itu saudara, teman, atau orang yang bersedia mendengarkan keluhannya. Jika diperlukan, undanglah mereka untuk dapat membicarakan masalah ini bersama-sama.
Komunikasi sangat penting dalam usaha mendukung konselee. Oleh karena itu perlu diterapkan beberapa pedoman khusus dalam berkomunikasi:
Yang berbicara hendaknya satu persatu. Masing-masing orang didengarkan untuk mengerti pandangannya terhadap masalah itu dan bagaimana perasaannya.
Tiap-tiap orang harus berbicara untuk dirinya sendiri, bukan untuk orang lain. Tanggapan terhadap pemikiran atau perasaan orang lain harus diperiksa atau dijelaskan.
Perbedaan yang jelas harus dibuat antara pikiran dan perasaan dan antara kenyataan dan pendapat.
Sesuatu yang diungkapkan secara samar-samar akan dijelaskan supaya semua yang hadir memahami seluk-beluknya.
Tentu akan ada perbedaan pendapat dan itu tidak apa-apa. Pokok- pokok harus dijelaskan dan bukan diperdebatkan.
Bila seorang berbicara, ia boleh berbicara tanpa disela, tapi monolog tidak dapat diterima.
VI. Pemecahan Masalah yang Terfokus
Pemecahan masalah yang terfokus adalah tulang punggung konseling krisis, dimana Anda dan konselee mencoba menentukan masalah yang utama yang membawa pada krisis dan kemudian Anda menolong orang tersebut merencanakan dan melaksanakan cara-cara untuk menyelesaikan masalah itu. Anda dapat menemukan masalah-masalah dan persoalan- persoalan sampingan yang lain lagi, namun Anda harus tetap memfokuskan masalah satu ini sampai masalah tersebut terpecahkan.
Dalam menyelesaikan satu masalah, yang difokuskan adalah menetapkan sasaran, melihat kemampuan yang ada untuk digunakan dalam mengatasi masalah itu dan merancang berbagai alternatif. Setelah Anda mempertimbangkan berbagai alternatif tersebut, tolonglah orang yang dibimbing untuk memilih satu cara bertindak dan dorong dia untuk melakukannya. Jalankan proses ini langkah-langkah demi langkah dengan terinci dan cobalah mengantisipasi halangan-halangan atau cara-cara yang dengannya orang itu dapat secara kurang hati-hati merusak dirinya sendiri.
VII. Membangun Harga Diri
Langkah ketujuh ini sangat penting. Tercakup didalamnya:
Memulai dan memahami citra diri orang itu; dan
Menemukan bagaimana krisis mempengaruhi citra diri itu dan bagaimana tindakan Anda juga mempengaruhinya.
Inilah waktu untuk melindungi dan meningkatkan citra diri. Rasa gelisah dan harga diri yang rendah biasa dialami oleh orang yang sedang berada dalam masa krisis. Siaplah untuk menghadapi perasaan- perasaan negatif dari mereka dan terimalah perasaan-perasaan itu sebagaimana adanya, yaitu sebagai penyamaran terhadap rasa sakit karena adanya perasaan tidak enak sehubungan dengan situasi yang mereka hadapi dan juga adanya perasaan yang tidak terlalu enak terhadap diri mereka sendiri.
Jadi tugas Anda adalah tetap menolong orang itu melindungi citra dirinya. Kadang-kadang bermanfaat kalau Anda menunjukkan rasa tertarik pada beberapa bidang hidupnya yang tidak sedang goyah. Anda harus percaya bahwa dia berharga, bernilai dan mempunyai kemampuan dan pada saat ini dia diliputi kesulitan. Waktu konselee mengetahui bahwa Anda percaya padanya (refleksi dari 1 Korintus 13:7 [BIS], " ... dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang ..." yang berarti membebaskan orang itu dari dakwaan) dan Anda melihat dia sebagai orang yang mampu, dia akan mengerti bahwa Anda mempunyai harapan-harapan terhadapnya. Sekali lagi ide tentang kerja sama tim perlu ditekankan karena Anda akan berpikir bersama, berdoa bersama dan merencanakan bersama serta memecahkan masalah itu bersama pula.
VIII. Menanamkan Rasa Percaya Diri
Langkah kedelapan dalam konseling krisis yaitu "menanamkan rasa percaya diri". Ingatlah bahwa seorang yang berada dalam krisis ialah orang yang sudah kehabisan akal. Oleh karena itu tingkah lakunya mengalami kemunduran, ia menanggapi dengan kemampuan bertindak yang rendah. Dia ingin diselamatkan dan disembuhkan dengan seketika oleh Anda. Walaupun demikian, jangan menanggapi kebutuhan seperti ini, karena itu akan makin merendahkan harga dirinya dan pada waktunya akan menimbulkan sikap bermusuhan dengan Anda.
Untuk mencegah agar seseorang tidak terlalu bergantung kepada Anda, Anda harus menjelaskan kepadanya bahwa Anda tidak selalu mempunyai jawaban terhadap masalah-masalahnya. Satu prinsip yang mendasar untuk diikuti dalam konseling krisis ini adalah: "Janganlah berbuat sesuatu apa pun untuk konselee, kalau ia sendiri mampu melakukannya." Perhatikan agar orang itu melakukan sesuatu dan melakukannya dengan berhasil. Ini berarti langkah-langkah kecil harus dilakukan, jika tidak maka orang itu akan merasa gagal. Percaya diri sendiri justru bisa terjadi pada saat si konselee terlibat dalam perencanaan dan usaha menyelesaikan permasalahannya.
Ingatlah, Andalah penolong yang telah dipanggil Tuhan untuk menemani konselee dalam mengarungi masa-masa transisi itu.
Sumber
Halaman: 67 - 93
Judul Artikel: Konseling Krisis
Penulis Artikel: H. Norman Wright
Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, Jawa Timur, 1985