Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Memberikan Konseling dengan Kasih Yesus

Sebagaimana yang diketahui semua konselor yang alkitabiah, meminta orang untuk mengubah apa yang perlu diubah mungkin merupakan tantangan terbesar dalam proses konseling. Di satu sisi, kita semua menyadari bahwa perubahan utama adalah hasil dari kedaulatan Allah yang berkarya dalam hati. Keselamatan adalah hasil inisiatif Allah dan panggilan yang menentukan, yang karenanya mata orang-orang tidak percaya yang buta diberi penglihatan dan terang masuk ke dalam jiwa (2 Korintus 4:3-6). Di sisi lain, setelah terang tersebut berada di dalam hati, maka kemuliaan Kristus terlihat dan didambakan. Orang percaya harus bertumbuh dengan kasih karunia, dosa harus dimatikan, dan keserupaan dengan Kristus harus dikejar dan disadari. Bagaimana hal ini dapat dicapai? Apa peranan anugerah Allah yang berdaulat dalam proses ini, dan apa peranan orang percaya, dan khususnya, yang mengacu pada tulisan ini, peranan konselor?

Mari kita lanjutkan lebih dalam. Orang hanya melakukan (secara bebas) apa yang ingin mereka lakukan, atau mereka melakukan hal-hal yang akan membuat mereka mendapatkan apa yang paling mereka inginkan. Kehendak kita sebelum penyelamatan terikat pada segala hal ketimbang Kristus. Dalam kondisi tersebut, keinginan dan kebahagiaan kita terpisah dari kesukaan akan Allah. Dengan kata lain, Allah tidak menarik. Dia tidak diinginkan. Oleh karena itu, orang-orang yang tidak percaya tidak akan mengejar hal-hal yang akan membuat mereka mendapat kenikmatan di dalam Dia. Orang-orang percaya, di sisi lain, telah merasakan Tuhan dan melihat bahwa Dia baik. Pikiran mereka tidak lagi dibutakan dari sukacita kemuliaan-Nya. Mereka memiliki kehendak yang tidak lagi berada dalam perbudakan mutlak atas dosa, melainkan sekarang, melalui kasih karunia Allah, melihat kerinduan dan kesukaan mengenal Allah.

Mengetahui tuntutan ini, maka kami menegur konseling yang mementingkan keinginan-keinginan yang menguntungkan sebagai hal yang paling menentukan arah hati manusia. Kebijaksanaan yang penuh kasih dari hati adalah penting dalam memastikan pemahaman yang memadai tentang masalah yang ada, dan tindakan yang diperlukan dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, dalam konseling alkitabiah ada dua tujuan bersama yang diperhatikan dalam perawatan jiwa. Salah satunya adalah menangani penderitaan konseli. Persoalan yang dibawanya kepada kita menjadi keadaan langsung untuk memahami arah kasih sayang dari hati. Hal tersebut biasanya berupa keprihatinan yang tulus, penderitaan nyata dalam situasi kehidupan nyata, yang mencakup rasa sakit yang nyata. Namun, karena hati manusia tak henti-hentinya berjuang dengan kasih sayang yang terputus dengan kebahagiaan di dalam Allah dan hidup untuk kemuliaan-Nya, penderitaan sering kali dicondongkan dan diputarbalikkan. Kasih dari hati kemudian berubah menjadi hasrat akan kenyamanan dan kesenangan untuk menjauhkan diri dari penderitaan, dibanding menjalani penderitaan sebagai sarana untuk mengenal Allah lebih lengkap dan bersukacita dalam kasih setia-Nya di tengah-tengah penderitaan.

Oleh karena itu, tujuan konselor yang jelas, meskipun tidak begitu jelas bagi konseli, adalah untuk menunjukkan kasih yang diungkapkan dari hati di tengah-tengah penderitaan seseorang dan mengusahakan perubahan dalam kasih tersebut melalui Injil. Kebergantungan pada anugerah Allah yang berdaulat jelas penting, karena kasih dari hati tidak akan berubah tanpa karya kasih Allah. Namun, ada beberapa kunci strategi penting pada tingkat manusia yang selaras dengan kemurahan hati dari Tuhan.

Konselor yang efektif adalah yang pertama dan terutama dipenuhi dengan doa, yang mengetahui bahwa selain dari kebijaksanaan dan campur tangan Allah, tidak akan ada perubahan permanen dan berdampak yang terjadi di dalam hati seseorang yang mencari konseling. Konseli didorong untuk berdoa. Khususnya, ia didorong untuk mencari Tuhan kerana kerinduan yang sangat besar yang mendorong perubahan, yang disebut kasih yang mendalam kepada Kristus dan motivasi untuk mencari kemuliaan-Nya. Saya sudah terbiasa menyusun kembali pergumulan yang baru saja dikatakan konseli terkait dengan kebutuhan untuk kasih yang diarahkan kepada Kristus. Doa untuk pengertian dan kesukaan akan firman Allah juga sangat dianjurkan, sebagaimana doa yang konsisten dengan penyingkapan Allah akan diri-Nya dan karya kasih yang telah Ia lakukan dalam Injil. Tujuan doa ini adalah untuk memohon pertolongan Tuhan dan juga untuk membuat Allah, bukan diri sendiri, sebagai titik fokus bagi konseli. Terlepas dari pekerjaan Roh Kudus dalam hati konseli, carilah dengan sungguh-sungguh melalui doa. Semua upaya konseling yang lain akan gagal untuk mencapai akhir yaitu saat kasih yang besar bagi Kristus dinyatakan. Tanpa "rasa haus" akan Tuhan, motivasi untuk perubahan hati akan berkurang seperti kesenangan bersaing akan tampak lebih cocok dan dapat segera dicapai.

Perilaku kasih yang dibawa konselor kepada konseli adalah cara lain untuk melahirkan kasih dari hati. Representasi inkarnasi Kristus dalam karakter-Nya yang penuh dengan belas kasih dan kemurahan adalah cara efektif untuk membuka hati, yang membuat mereka menerima pengajaran tentang karya penebusan Kristus dalam mengatasi masalah pribadi. Perhatian yang tulus dan cara mendengarkan yang saksama, penundaan penghakiman, dan tanggapan yang bijaksana, mempersiapkan hati untuk menerima kebenaran. Membangun hubungan yang hangat dan dapat dipercaya akan mengembangkan kesempatan untuk mengatasi masalah-masalah hati yang sebenarnya, sehingga keinginan-keinginan untuk bersaing dapat dibedakan, disingkapkan, dan dengan penuh kasih dikemukakan.

Mengajarkan kebenaran alkitabiah adalah komponen penting lainnya untuk mengarahkan kasih kepada Kristus. Mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang kejatuhan manusia dalam dosa dan kebutuhan akan anugerah, menunjukkan keberhasilan karya Kristus dalam Injil, memperbesar pandangan Allah dalam semua kemuliaan, kekuatan, keadilan, dan kasih-Nya, semua upaya untuk menguatkan pemahaman konseli terhadap kasih yang benar. Mengidentifikasi perikop-perikop tertentu dari kitab suci yang olehnya perenungan dan penghafalan dimaksudkan untuk meningkatkan kedalaman pertobatan dan kerinduan untuk berubah. Isi Alkitab menjadi sarana doa yang lebih efektif dan spesifik, cahaya untuk melihat penyebab dan tujuan penderitaan, baik secara umum maupun dalam situasi sekarang. Mengajarkan konseli untuk memikirkan hal-hal yang benar (Filipi 4:8a) membuat fokus dan perspektif tetap jauh dari kebohongan yang menyertai penderitaan dan kepada Kristus yang merupakan Kebenaran dan Sumber segala kegembiraan.

Meskipun ada banyak hal yang dapat dilakukan konseling alkitabiah selain mendorong perubahan kasih bagi Kristus, tetapi semua usaha lain tidak berhasil tanpa hal tersebut. Konseling yang tidak membicarakan kasih dari hati akan mengurangi perubahan untuk mengatasi masalah pragmatis dalam kehidupan individu tanpa suatu titik fokus dari tujuan di luar diri seseorang. Penyembahan berhala akan tetap ada. Ego tetap bertahta, dan dosa terus berkuasa membutakan dan mencuri sukacita sejati. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bahwa secara mendasar, konselor yang alkitabiah menetapkan tujuan untuk mengubah kasih sebagai hal yang utama dan bahkan yang mendasar. Meskipun bijaksana untuk mendengar dan menunjukkan kasih yang tulus terhadap penderitaan yang dialami konseli saat ini, hal itu tidak akan bertahan lama bagi konselor yang alkitabiah sebelum ia mulai menggali keinginan lainnya, yang merupakan kanker sesungguhnya dan penyumbang bagi penderitaan. Jika dilihat dengan cara seperti itu, kasih kita bagi konseli akan menuntut agar kita menempatkan segala sesuatu pada urutan yang benar, dengan bijaksana dan dengan murah hati. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : North Dallas Christian Counseling
Alamat URL : http://ndccounseling.com/resources/blog/78-counseling-the-affections-of-christ
Judul asli artikel : Counseling The Affection of Christ
Penulis : Steve Clay, MA, LPC
Tanggal akses : 22 Oktober 2014

Komentar