Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Bayang-Bayang Membuktikan Sinar Mentari

Bagaimana Melihat Allah dalam Kegelapan Rohani

Beberapa tahun yang lalu, saya sedang makan malam dengan seorang teman baik yang sedang mengalami musim kegelapan rohani yang signifikan. Dia sedang bergumul dengan keraguan. Dia belum melepaskan imannya, tetapi dia merasakan adanya tarikan. Secara internal, dia bergumul dengan apa yang baginya tampak seperti klaim kebenaran yang bertentangan. Secara eksternal, dia bergumul dengan kehancuran dan penderitaan yang mendalam di dunia, yang beberapa di antaranya tiba-tiba muncul di dalam keluarganya.

Saya dan teman saya adalah dua pribadi yang sangat mirip. Kami berdua menjalani hidup dengan sangat serius dan memproses informasi, pengamatan, dan pengalaman melalui detektor realitas batin yang serupa, yang diawasi oleh inspektur batin kami yang skeptis. Kami berdua memiliki sifat melankolis, dan karena kami berdua adalah musisi amatir, kami berdua tertarik pada penulis lagu yang komposisinya mencerminkan dan mengartikulasikan persepsi kami yang rumit tentang realitas.

Gambar: bersyukur

Jadi, saat teman saya menggambarkan pergumulannya, dia membacakan beberapa kutipan dari seorang penulis lagu yang pernah menjadi seorang Kristen tetapi kemudian kehilangan imannya. Liriknya adalah deskripsi yang kasar dan jujur tentang kehidupan di dunia seperti yang dilihat oleh penulis lagu tersebut -- seperti Pengkhotbah, tetapi tanpa harapan bahwa Allah ada dan akan membawa keadilan atau penebusan. Teman saya mengakui bahwa lirik lagu tersebut gelap, tetapi pada saat itu baginya lirik lagu tersebut menggambarkan realitas dengan lebih akurat daripada lagu-lagu Injil yang kami nyanyikan bersama di gereja.

Dia tahu bahwa, beberapa tahun sebelumnya, saya pernah bergumul dengan pertanyaan yang sama selama musim yang gelap secara rohani, jadi dia ingin tahu apa yang saya pikirkan. Hal pertama yang terlintas di benak saya adalah kalimat judul dari sebuah lagu lama dari Switchfoot: "The Shadow Proves The Sunshine" (Bayang-Bayang Membuktikan Sinar Mentari"). Judul lagu tersebut meluncurkan kami ke dalam sebuah diskusi yang bermanfaat tentang sifat dari cahaya dan gelap secara rohani.

Apakah Cahaya dan Gelap itu?

Bayangkan Anda dan saya sedang duduk di sebuah bilik restoran, dan saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. Jika Anda bisa, berhentilah sejenak setelah setiap pertanyaan dan cobalah untuk menjawabnya sebelum melanjutkan membaca.

Dalam dunia fisik, apakah cahaya itu -- sesuatu yang dipancarkan oleh matahari, atau api, atau bola lampu?

Jika Anda mencoba menjawabnya, dugaan saya, meskipun Anda merasa lebih sulit dari yang Anda perkirakan, Anda akan menemukan satu atau beberapa deskripsi yang cukup akurat tentang apa itu cahaya.

Jika Anda mengacu pada kegelapan dalam jawaban Anda sebelumnya, cobalah sekarang untuk menjelaskan apa itu cahaya tanpa mengacu pada kegelapan.

Jika Anda sudah mencoba, dugaan saya, mungkin setelah dirasa sedikit lebih menantang, jawaban Anda pada dasarnya sama saja.

Sekarang, jelaskan kepada saya, apa itu kegelapan tanpa merujuk pada cahaya. Namun, Anda harus mengatakan lebih dari sekadar "kegelapan itu gelap"; Anda harus mendeskripsikan apa itu kegelapan tanpa mengontraskannya dengan cahaya.

Dapatkah Anda melakukannya? Dapatkah Anda mendefinisikan apa itu kegelapan secara bermakna tanpa referensi atau kesimpulan sama sekali terhadap cahaya? Jika Anda bisa, tolong bagikan definisi Anda kepada saya, karena menurut saya itu tidak mungkin. Dan inilah alasannya.

Mengapa Kita Memiliki Mata

Apa yang benar tentang mata adalah benar tentang semua kemampuan persepsi fisik kita.


Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Cahaya, seperti yang kita alami di dunia ini, adalah radiasi elektromagnetik. Dengan kata lain, cahaya sebenarnya adalah sebuah benda. Akan tetapi, kegelapan adalah ketiadaan cahaya. Dengan kata lain, kegelapan bukanlah sesuatu, melainkan ketiadaan sesuatu. Mencoba mendeskripsikan kegelapan tanpa merujuk pada cahaya sama saja dengan mencoba mendeskripsikan ketiadaan tanpa merujuk pada sesuatu. Ketiadaan adalah negasi dari sesuatu (tidak ada sesuatu). Tanpa adanya benda, istilah ketiadaan tidak akan ada artinya sama sekali. Dan saya pikir hal yang sama juga berlaku untuk kegelapan; kegelapan adalah negasi dari cahaya. Tanpa cahaya, istilah kegelapan tidak akan ada artinya sama sekali.

Fakta bahwa cahaya itu ada adalah alasan mengapa kita memiliki mata. Kita tidak akan memilikinya jika kita hidup di alam semesta yang tidak memiliki cahaya. Dan, meskipun jutaan orang dapat bertahan hidup dan berkembang di dunia kita meskipun kemampuan mereka untuk melihat tidak berfungsi karena berbagai hal, mereka hanya dapat melakukannya dengan bantuan orang lain yang dapat melihat.

Apa yang benar tentang mata adalah benar tentang semua kemampuan persepsi fisik kita. Alasan kita, sebagai spesies, memilikinya adalah karena realitas yang kita jalani membutuhkannya.

Sekarang, jika kita terlalu banyak berpikir dan secara filosofis merenungkan bagaimana kita mengetahui apa yang benar-benar nyata, kita bisa terjebak dalam solipsisme yang skeptis dan seperti Descartes yang meragukan hampir semua hal, yang membawa kita ke tempat yang sangat gelap. Karena realitas lebih kompleks dan multidimensi daripada yang dapat dideteksi oleh daya nalar kita sendiri. Inilah salah satu cara indera fisik kita dapat membumi: keberadaan kemampuan persepsi kita menjadi saksi atas sifat realitas fisik. Alasan kita memiliki mata adalah karena cahaya itu ada.

Mengapa Kita Memiliki Mata Rohani

Semua ini membawa saya ke baris dari lagu Switchfoot di atas. Selain persepsi fisik, kita juga memiliki persepsi rohani. Dan, kita persepsi rohani ini kita miliki karena karena alasan yang sama seperti yang kita memiliki dalam persepsi fisik: karena realitas yang kita jalani membutuhkannya. Kita tidak akan memilikinya jika kita tidak membutuhkannya.

Bagaimana kita bisa menyebut kegelapan rohani sebagai kegelapan? Dan ketika kita melihat realitas dan keberadaan kita sendiri sebagai gelap dan bayangan, mengapa kita menggambarkannya sebagai gelap dan mengapa itu terasa seperti bayang-bayang? Mengapa hal itu membuat kita tertekan dan membuat kita cemas dan takut? Saya pikir itu karena, meskipun kekuatan akal kita sendiri tidak dapat memahami segala sesuatu, persepsi rohani kita -- yang Paulus sebut sebagai "mata hati kita" (Efesus 1:18) — memberi tahu kita bahwa cahaya rohani itu ada.

Kegelapan bukanlah sesuatu; kegelapan adalah ketiadaan sesuatu. Kita tahu apa itu kegelapan karena kita tahu apa itu cahaya. Sebaliknya, cahaya tidak bergantung pada kegelapan untuk ada. Itulah sebabnya rasul Yohanes berkata, "terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak dapat menguasainya" (Yohanes 1:5, AYT). Sesuatu dapat menghalangi cahaya matahari dan menghasilkan bayangan yang membuat sekeliling kita menjadi redup, tetapi halangan tersebut tidak memadamkan (mengalahkan) matahari.

Apa yang Dibuktikan oleh Bayangan

Seperti yang saya katakan kepada teman saya malam itu, kenyataan ini tidak menjawab semua pertanyaan sulit atau menjawab semua keraguan. Sebagai sebuah apologetika, hal ini bahkan tidak secara khusus bersifat Kristiani. Namun, saya percaya bahwa hal ini merupakan sebuah penunjuk pada sifat dari realitas yang hakiki, dan sesuatu yang berharga bagi mereka yang sedang berjalan di dalam kegelapan.

Kita memiliki mata karena ada matahari. Jadi mengapa kita memiliki "mata" rohani yang merindukan cahaya rohani? Ketika kita berjalan melalui lembah bayang-bayang, bagaimana kita dapat melihat bayang-bayang tersebut? Jika kita berkata, "Pasti kegelapan akan melingkupi aku, dan terang di sekelilingku akan menjadi malam" (Mazmur 139:11, AYT), bagaimana mungkin kita masih dapat membedakan siang dan malam?

Saya percaya, hal ini karena pengalaman kegelapan rohani kita menjadi saksi akan keberadaan cahaya rohani. Bayangan itu sendiri membuktikan adanya cahaya matahari. Dan jika itu benar, jika kita mencari matahari dan bukannya bayang-bayang dan semua pertanyaan yang ditimbulkannya, maka yang akan kita temukan adalah cahaya dunia, yaitu cahaya kehidupan (Yohanes 8:12).

Hal ini telah membantu saya dalam masa-masa kegelapan saya, dan membantu teman saya dalam masa-masa kegelapannya. Mungkin ini akan memberikan cahaya yang dibutuhkan dalam hidup Anda atau hidup seseorang yang Anda cintai.(t/Jing-jing)

Diambil dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : https://www.desiringgod.org/articles/the-shadow-proves-the-sunshine
Judul asli artikel : ‘The Shadow Proves the Sunshine’ - How to See God in Spiritual Darkness
Penulis artikel : Jon Bloom
Tanggal akses : 7 November 2023

Komentar