Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Doa dan Konseling
Edisi C3I: e-Konsel 183 - Doa dalam Konseling
Doa bukanlah ramuan ajaib yang mampu menyelesaikan masalah. Beberapa luka dalam hidup dan kepribadian memerlukan waktu yang lama dan perawatan yang terus-menerus untuk dapat pulih. Kita tidak boleh menganggap doa sebagai plester untuk membalut luka yang dalam atau menjadikannya sebagai cara yang mudah untuk menolak tanggung jawab dan mengakhiri suatu hubungan konseling yang tidak nyaman dan tidak produktif.
Namun, di dalam doa, Tuhan telah memberi kita karunia yang unik untuk menarik orang lain kepada-Nya. Sering kali, doa bisa menjadi bagian yang paling produktif dan nyaman dalam suatu sesi konseling, suatu alat di mana melaluinya Tuhan masuk ke dalam masalah manusia.
Kekuatan Doa
Dalam diri kita, tinggal rasa bersalah dan amarah, yang terkadang tumbuh dari pengalaman masa lalu dan pola pengasuhan anak yang tidak tepat yang dilakukan orang tua kita. Beberapa orang memperhitungkan ketikdaksempurnaan orang tua mereka kepada Tuhan. Beberapa menyalahkan Tuhan atas kesulitan-kesulitan dalam hidup mereka, percaya bahwa Tuhan memberi mereka masalah sebagai hukuman atas beberapa kesalahan-kesalahan masa lalu yang tidak dapat diingat lagi. Mereka mungkin tidak menyadarinya, tetapi kehidupan mereka jelas dipengaruhi oleh kepercayaan ini. Jiwa yang terluka mencegah mereka menerima kasih Allah atau memiliki relasi yang sehat dengan orang lain.
Dari situlah kekuatan doa itu masuk. Seperti yang kita tahu, doa memiliki kekuatan yang besar, tetapi tidakkah kita terkadang menganggap doa dan konseling seolah-olah merupakan kegiatan terpisah yang memiliki tujuan yang berbeda? Kita memberikan konseling dan kemudian kita berdoa supaya konseling itu berhasil. Jika kita melihat doa dan konseling sebagai dua untai benang dalam selembar kain karya Allah, maka tugas kita adalah merajut keduanya menjadi satu.
Merajut Doa dan Konseling
Proses perajutan akan berjalan mulus bila kita mengingat beberapa panduan sederhana dalam berdoa saat konseling. Pertimbangkan hal-hal berikut ini:
-
Berdoalah dalam hati sambil mendengarkan. Saat konseli menceritakan kisahnya, secara sadar, bawalah Tuhan hadir dalam situasi konseling itu. Dalam hati, saya berdoa, "Tuhan, terima kasih karena Engkau bersama saya dalam melayani orang ini. Tolonglah saya supaya dapat mengendalikan egoku sendiri dan mengingat bahwa meskipun saya mungkin adalah saluran berkat-Mu, kesembuhan hanya ada di tangan-Mu."
-
Mintalah persetujuan orang lain. Selama kata-kata kita benar-benar mencerminkan doa dari dalam hati konseli, maka dia akan mengamininya. Bila kita salah membaca situasi, konseli akan segera menghentikan doa kita. Dia mungkin mendengarkan doa itu, tetapi tidak akan mendoakannya.
-
Hindari manipulasi moral. Satu-satunya cara pasti untuk merendahkan doa adalah dengan melupakan bahwa doa itu ditujukan kepada Tuhan dan bukan kepada konseli. Kita semua pernah mendengar khotbah manipulatif yang disamarkan sebagai doa: "Tuhan, Engkau tahu bahwa Joe membuat masalahnya sendiri. Tolonglah dia untuk berubah sebelum dia menghancurkan pernikahannya." Pernyataan-pernyataan moral dalam doa menghalangi dampak yang akan muncul saat kita meletakkan masalah dalam tangan Tuhan.
-
Jangan tergesa-gesa untuk berdoa. Sebaiknya siapkan doa sebaik mungkin dengan mendengarkan dan menyelidiki secara saksama, yang akan membantu konseli membuka jalur komunikasi antara konseli dan Tuhan. Contoh, seorang wanita yang baru saja keguguran mungkin tidak bisa membuka dirinya sendiri untuk menerima pemulihan dari Tuhan sampai dia diberi kesempatan untuk melepaskan kemarahannya. Kita harus mendorong dia supaya mengungkapkan perasaannya sebelum kita berdoa.
-
Kita harus ingat bahwa Tuhan sudah bekerja dalam hidup orang ini. Setiap orang memiliki masa lalu dan masa datang yang diketahui oleh Tuhan, jadi kita perlu melawan kecenderungan untuk hanya melihat faktor yang sekarang ini menjadi masalah. (t/Ratri)
Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Judul buku | : | Leadership Handbook of Outreach and Care | |
Judul asli artikel | : | Prayer and Counseling | |
Penulis | : | Nancy D. Becker | |
Penerbit | : | Bakers Book, Michigan 1994 | |
Halaman | : | 268 -- 269 |