Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Kapan Harus Menasihati, Kapan Harus Diam

Edisi C3I: e-konsel 259 - Nasihat

Pengkhotbah 7 menekankan salah satu prinsip konseling alkitabiah yaitu mengetahui "kapan harus berbicara dan kapan harus diam". Amsal 10:19 selanjutnya menekankan hal itu: "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi." Firman Allah yang hidup mengatakannya dengan sangat jelas: "Jangan banyak bicara. Orang yang banyak bicara membuat banyak kesalahan. Karena itu, bersikaplah bijaksana dan kendalikanlah lidahmu."

Konselor yang mengerti persoalan-persoalan konselinya, memilih kata-katanya dengan baik: "Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya." (Amsal 17:27-28)

Amsal 29:20 merupakan ayat yang lain, yang dapat dipakai sebagai prinsip untuk mengetahui "kapan harus berbicara dan kapan harus diam": "Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu." Cepat dengan kata-kata, berarti mengatakan apa yang Anda pikirkan, tanpa mempertimbangkan pengaruh yang akan ditimbulkan oleh perkataan itu terhadap orang lain. Ketika Anda melayani seorang yang mengatakan sesuatu yang mengejutkan, janganlah berpikir bahwa Anda harus segera menjawabnya. Gunakanlah beberapa detik untuk berpikir dan meminta Allah untuk memberi Anda kata-kata, kemudian susunlah apa yang hendak Anda katakan.

Jikalau Anda tidak tahu harus mengatakan apa, salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan adalah meminta informasi lebih banyak: "Ceritakanlah kepada saya lebih banyak tentang hal itu" atau "Coba ceritakan beberapa latar belakang lagi." Ini memberi Anda waktu untuk berpikir. Anda tidak perlu mengatakan sesuatu secara langsung. Ada saatnya Anda dapat berkata kepada seseorang, "Saya perlu waktu beberapa menit untuk memeriksa apa yang Anda katakan, dan memutuskan bagaimana menjawab kali ini." Hal ini membebaskan Anda dan juga konseli Anda dari tekanan.

Di bawah ini adalah beberapa hal yang harus Anda perhatikan dalam memberi nasihat kepada konseli:

a. Kasih dan perhatian yang sungguh-sungguh.

Apa pun yang Anda katakan kepada orang itu, haruslah berasal dari hati yang disertai kasih dan perhatian yang sungguh-sungguh. Anda dapat mendengarkan orang itu, Anda dapat bersandar pada kuasa Allah untuk mengetahui bagaimana harus memberikan nasihat. Anda harus benar-benar menaruh perhatian dan mengasihi konseli Anda, jika Anda ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Kadang-kadang konselor atau pendeta memberikan jawaban dangkal dan tanpa persiapan, sehingga tidak memenuhi kebutuhan konseli dan tidak berhubungan dengan masalahnya. Kita harus bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana sebenarnya perasaanku terhadap orang yang datang kepadaku ini? Apakah aku sungguh-sungguh menaruh perhatian?"

b. Pengaturan waktu.

Pengaturan waktu adalah paling penting. "Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!" (Amsal 15:23) Jawaban yang tepat dan benar adalah perkataan yang diucapkan pada waktu yang tepat.

c. Memegang rahasia.

Memegang rahasia adalah cara membangun kepercayaan. Itu adalah sifat orang yang dapat dipercaya. "Siapa yang suka membawa cerita membuka rahasia, tetapi orang yang dapat dipercaya dan setia, menutupi perkara." (Amsal 11:13 dari Amplified Bible) Apa pun yang diceritakan kepada Anda dalam suatu situasi konseling, jangan sampai ada yang membeber keluar dari mulut Anda. "Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran." (Amsal 21:23) (Kecuali jika konseli sudah memberikan izin kepada Anda untuk menggunakan informasi mereka. Contohnya, Anda ingin menggunakan informasi mereka, untuk melengkapi/sebagai contoh kasus dalam sebuah buku/penelitian yang sedang Anda tulis. Satu hal yang harus Anda perhatikan yaitu, ada informasi tertentu yang harus Anda ubah untuk menjaga rahasia pribadi).

d. Kata-kata yang tepat, dengan cara yang tepat.

Penting bagi konselor untuk mengatakan kata-kata yang tepat dengan cara yang tepat. Amsal 25:20 mengatakan, "Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka." Bergembira di dekat seorang yang sedang merasa sangat terluka tidaklah tepat. Dengan berkata, "Oh, Anda tidak perlu merasa seperti itu. Tinggalkanlah perasaan demikian, saya akan menceritakan kepada Anda kisah yang pernah saya dengar ini ...," orang itu malah dapat semakin terluka. Dalam beberapa hal, percakapan yang keluar dari pokok persoalan atau yang bersifat sepintas lalu dapat membangkitkan semangat orang, tetapi hal itu tidak tepat bagi orang yang sedang merasa terluka.

e. Mengajar, membagi pengalaman, atau memberikan informasi.

Kadang-kadang perkataan Anda mungkin dalam bentuk mengajar, membagi pengalaman, atau memberikan informasi. Kadang-kadang Anda perlu memberikan petunjuk, nasihat, dan membantu dalam hal keputusan-keputusan yang akan datang atau masalah-masalah yang perlu dipecahkan. Kadang-kadang Anda akan memberikan bimbingan tentang menanggulangi konflik. Mengajar hendaknya jangan berlebih-lebihan dan harus dipakai hanya bila ada kesediaan untuk menerima. Ikutilah prinsip ini: Gunakanlah teknik mengajar bila, dan hanya bila, si konseli memerlukan informasi baru yang kira-kira akan sukar ia peroleh kalau ia belajar sendiri. Selidiki apakah orang ini sudah mendapat informasi ini atau memunyai jalan untuk mencapainya. Minta si konseli menguraikan apa yang ia ketahui. Pastikan bahwa orang itu siap mendengar apa yang hendak Anda katakan.

Memberi nasihat adalah suatu bentuk mengajar, tetapi cara ini sering digunakan berlebih-lebihan dan tidak efektif. Sering kita meninggalkan peranan kita sebagai konselor bila kita memberi nasihat, dan menjadi sebagai sahabat atau orang tua, yang mungkin berusaha membantu konseli. Meskipun demikian, kalau diberikan dengan cara yang tepat, nasihat adalah bagian dari konseling. Bila Anda memberikan saran-saran dalam konseling, cobalah untuk menarik saran-saran dari orang itu sendiri, atau memberikan saran-saran itu sebagai pilihan-pilihan: "Bagaimana seandainya Anda melakukan ...?" "Sudahkah Anda mempertimbangkan ...?" "Kemungkinan-kemungkinan apakah yang sudah Anda temukan?"

Janganlah mengatakan kepada konseli, "Inilah yang perlu Anda lakukan." Jikalau Anda mengatakan begitu, Anda memikul tanggung jawab atas cara pemecahan tersebut. Andaikan saran Anda tidak berhasil, konseli Anda bisa kembali dan berkata, "Anda benar-benar memberikan ide yang bodoh. Ide itu tidak berhasil, ini salah Anda!" Sebaliknya, berikanlah beberapa saran untuk dicoba. Ini lebih aman bagi Anda, dan juga akan membantu konseli Anda untuk memikirkan sungguh-sungguh pilihan yang ada. Kebanyakan orang memunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah mereka, tetapi mereka memerlukan dorongan semangat untuk melakukannya.

Akan tetapi, bagaimana kalau konseli meminta nasihat? Apa alasannya meminta nasihat? Barangkali ia sedang mencari kepastian bahwa Anda memedulikan, atau barangkali ia ingin Anda ikut merasakan kegelisahannya. Ia mungkin melihat Anda sebagai pembuat mukjizat yang hebat, atau ia hanya berharap bahwa ada suatu cara penyelesaian.

Jadi, mengajar merupakan alat yang efektif, kalau cara tersebut membantu konseli menjadi lebih mandiri dan semakin dewasa.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli buku : Crisis Counseling
Judul buku terjemahan : Konseling Krisis -- Membantu Orang dalam Krisis dan Stres
Judul asli artikel : Kapan Harus Berbicara dan Kapan Jangan Berbicara
Penulis : H. Norman Wright
Penerjemah : Tim Penerjemah Gandum Mas
Penerbit : Gandum Mas, Malang 1996
Halaman : 47 -- 50

Komentar