Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Kasih Adalah Dasar Pelayanan Konseling
Edisi C3I: e-Konsel 330 - Konselor yang Penuh Kasih
Ditulis oleh: S. Setyawati
Kasih Kristus merupakan dasar dan kebutuhan utama hidup manusia. Tanpa kasih, kita tetap menjadi manusia berdosa yang harus menerima penghukuman kekal. Tanpa kasih, kita tidak akan berkenan kepada Tuhan, sekalipun kita memiliki banyak kelebihan dan sibuk dalam pelayanan. Tanpa kasih, semuanya akan sia-sia.
Kasih adalah kunci dan dasar hidup orang percaya. Hukum kasih menjadi hukum terutama bagi umat Kristus. Karena kasih, Yesus Kristus taat menyerahkan diri-Nya sebagai kurban untuk menebus manusia dari dosa. Selain itu, dalam Yohanes 13:34-35, Yesus juga memberikan sebuah perintah baru kepada para murid, yaitu agar mereka saling mengasihi. Perintah baru tersebut juga ditujukan kepada kita, murid-murid-Nya. Oleh sebab itu, sebagai seorang konselor yang dikasihi Tuhan, marilah kita melayani dengan kasih. Seorang konselor yang penuh kasih dapat menempatkan dan memandang seluruh kehidupan jiwa, intelektual, emosi, fisik, harta kekayaan, keluarga, karier, dan seterusnya sebagai sarana untuk menghidupkan dan membagikan kasih dalam hidup kita dan dunia.
Konseling merupakan salah satu sarana yang bisa kita lakukan untuk membagikan dan menerapkan kasih. Untuk itu, dalam memberikan konseling, seorang konselor harus bertindak dan bertutur dengan dasar kasih. Mendengarkan dengan kasih, menasihati dengan kasih, dan mendorong konseli untuk hidup dalam kasih. Pelaksanaannya mungkin tidak semudah teorinya, namun tidak berarti tidak bisa dilakukan. Dengan mengalami dan menghidupkan kasih dari Kristus, kita dimampukan untuk mengaplikasikan kasih dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita harus datang kepada Tuhan Allah, Sumber Kasih, untuk dapat mengasihi setiap konseli. Jika kita tidak mengasihi konseli yang datang meminta bantuan kita, tidak selayaknya kita mengemban tugas yang penting tersebut.
Salah satu hal yang membedakan konseling Kristen dan konseling sekuler adalah peran Tuhan Allah dan firman-Nya yang mengajarkan kasih. Dasar kita melayani sebagai konselor Kristen bukan menikmati kasih Allah untuk diri sendiri, melainkan untuk diteruskan kepada konseli-konseli yang kita layani. Dengan mendasarkan pelayanan di atas kasih, kita bukan melayani manusia melainkan melayani Tuhan. Saat kita memiliki kasih, apa pun kondisi konseli yang datang, kita tetap bisa menerima dan bersedia menolongnya untuk menemukan dan bersandar pada Sumber Kasih: Yesus Kristus. Mengapa? Karena Kristus sudah lebih dahulu mengasihi kita, maka kita juga harus mengasihi orang lain. Mengasihi dalam hal ini bukan berarti kita harus menanggung beban pergumulan yang dialami konseli, namun kita harus menolongnya agar ia semakin mengalami Kristus dan tinggal di dalam kebenaran-Nya. Mendukung dalam doa, memberikan masukan dan dorongan itu pasti, tetapi kita tidak boleh mendikte konseli untuk melakukan apa yang kita mau. Walaupun demikian, konselor bisa mendorong konseli untuk berdisiplin dalam melakukan komitmen-komitmennya untuk memecahkan masalah yang dihadapi konseli.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa kasih merupakan dasar konseling Kristen. Setiap konselor Kristen seharusnya memiliki dan melayani dengan kasih. Melalui kasih, para konseli yang kita tolong ditarik kepada Kristus, Sumber Kasih. Dan, dengan dasar kasih, konselor harus tetap mendorong konseli untuk melakukan keputusan dan komitmennya dengan disiplin, serta bersikap tegas dalam menyatakan kebenaran (menyatakan bahwa dosa tetaplah dosa, apa pun alasannya). Hal ini sesuai dengan teladan yang Tuhan berikan, Ia menegur dan menghajar orang yang dikasihi-Nya (Wahyu 3:19).
Sumber bacaan:
1. Huggins, Ph.D, Kevin D. 2007. "Friendship Counseling (Konseling Persahabatan)". Edisi Pertama. Bandung: Penerbit Pionir Jaya. Hlm. 15.
2. Getz, Gene. 1981. "Loving One Another". Colorado: Chariot Victor Publishing. Hlm. 9 -- 15.