Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Perbedaan Antara Keinginan dan Kebutuhan
Edisi C3I: e-Konsel 297 - Uang dan Kebutuhan
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Keinginan dan kebutuhan adalah dua hal yang berbeda. Salah satu langkah agar bisa lepas dari konsumerisme adalah memiliki keterampilan untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Dengan begitu, kita dapat menggunakan uang untuk memenuhi kebutuhan dan membantu pelebaran Kerajaan Tuhan di muka bumi.
Setiap manusia memiliki keinginan. Namun, ketika keinginan tersebut berkembang tanpa batas, maka kita cenderung menjadi serakah dan terjebak dalam lingkaran konsumerisme. Kenyataan ini merupakan tantangan yang cukup sulit untuk kita kalahkan, karena itu kita harus belajar membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Ironisnya, banyak dari kita tidak mampu/tidak tahu membedakan kedua hal tersebut, sehingga kita selalu merasa tidak cukup. Mungkin ada juga dari kita yang merasa sudah berusaha sekuat tenaga, namun tetap saja kehabisan uang, karena kita tidak bisa mengalahkan keinginan kita yang sangat banyak. Berikut ini lima langkah yang dapat menolong kita untuk membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
1. Mendefinisikan Arti Kebutuhan
Kebutuhan sering kali diartikan sebagai sesuatu yang membuat seseorang bahagia. Definisi ini membuat banyak umat Tuhan yang menganggap apa pun yang membuat hidup mereka menjadi lebih berbahagia sebagai kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Akibatnya, mereka cenderung hidup hanya untuk mencari/mengejar apa yang membuat mereka bahagia saat ini, tanpa mempertimbangkan waktu yang akan datang. Ketika kita mengejar apa yang kita anggap kebutuhan, biasanya kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan, karena sebetulnya kita tidak membutuhkan itu semua.
Definisi kebutuhan yang benar adalah sesuatu yang akan harus kita penuhi, sehingga kita bisa hidup normal. Definisi ini membantu kita dalam mengevaluasi kehidupan, sehingga kita bisa melihat apa yang sebenarnya harus ada di dalam hidup kita. Kebutuhan pokok umat Tuhan berkisar pada makanan, tempat tinggal yang layak (tidak harus rumah milik sendiri dan mewah), kesehatan, pendidikan, kesempatan untuk mengekspresikan diri, dan rekreasi. Daftar ini bisa ditambah lagi, namun tidak harus mahal dan tidak harus mengikuti iklan.
2. Tentukan Batasan Kebutuhan
Kebutuhan tiap-tiap orang itu unik dan berbeda. Untuk itu, kita tidak perlu membandingkan kebutuhan kita dengan orang lain. Ungkapan "rumput tetangga terlihat lebih hijau" membuat manusia merasa tidak puas dan menganggap kebutuhan mereka belum terpenuhi, sehingga mereka berusaha sekuat tenaga agar bisa hidup seperti "tetangga" mereka. Ini adalah "kompetisi" yang tidak sehat dan membuat hidup mereka tidak tenang. Ingatlah bahwa kebutuhan kita tidak ditentukan oleh tetangga atau iklan. Jadi, berusahalah untuk tidak mengikuti arus dan tentukan standar untuk diri kita sendiri.
Bagaimana cara menentukan batasan kebutuhan?
a. Menyadari adanya kebutuhan untuk menurunkan standar.
Kita harus berani mengubah gaya hidup kita. Ini bukan merupakan hal yang mudah. Tetapi hal ini akan memberi dampak positif bagi kita. Mengapa?
- Menurunkan standar sama dengan meningkatkan kualitas hidup.
Ketika kita menurunkan standar hidup kita, sebenarnya kita sedang berbuat baik untuk diri sendiri, karena kita akan merasakan hidup yang lebih damai. Kita juga harus menyadari bahwa menurunkan standar hidup tidak akan membuat kita menderita, malahan akan meningkatkan kualitas hidup kita. Kita harus menyadari bahwa kualitas hidup tidak ditentukan oleh standar hidup yang tinggi. Standar hidup yang tinggi senantiasa berhubungan dengan uang dalam jumlah besar, sedangkan kualitas hidup tidak berhubungan langsung dengan besarnya jumlah uang yang dikeluarkan.
- Menurunkan standar sama dengan menyelamatkan dunia.
Ada dua pilihan yang bisa diambil untuk menyelamatkan dunia. Pertama, kita memiliki standar hidup yang tinggi, tetapi menolak orang lain untuk memiliki standar hidup seperti kita. Kita berusaha menggunakan teknologi yang ramah lingkungan untuk meminimalkan polusi yang kita hasilkan. Kedua, kita mengizinkan orang lain berkembang dan mengurangi standar hidup mereka, sehingga setiap individu bisa memiliki gaya hidup yang sesuai dengan bagian mereka, sehingga tingkat polusi masih bisa diterima. Pilihan mana yang harus kita ambil? Pilihan kedua. Meskipun pilihan ini tidak sesuai dengan budaya saat ini, tetapi sebagai anak Tuhan, kita harus melakukan pilihan kedua, karena bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua orang.
b. Menghitung kemampuan keuangan yang dimiliki.
Hitunglah dan lihatlah dengan jujur kemampuan keuangan yang Anda miliki.
c. Sekali-sekali umat Tuhan harus mengikuti kegemaran mereka.
Setiap orang memiliki kebutuhan untuk mengikuti kegemaran/hobi mereka. Membelanjakan uang dengan baik tidak selalu berarti berlawanan dengan menikmati kehidupan. Membelanjakan uang dengan baik membutuhkan keseimbangan. Hal ini akan memaksa seseorang untuk memangkas banyak pengeluaran. Namun, mereka juga tetap bisa menikmati kehidupan. Mereka tidak takut untuk membelanjakan uang untuk memenuhi keinginan mereka, tetapi juga tidak membiarkan diri mereka menjadi budak konsumerisme.
Jika kita melakukan kegemaran/hobi kita sesekali, tidak menjadi masalah. Hal ini akan menjadi masalah jika dilakukan secara terus-menerus.
d. Melakukan evaluasi.
Proses menentukan batasan kebutuhan ini bukanlah proses yang hanya dilakukan sekali, tetapi merupakan proses yang berkelanjutan. Dalam mengevaluasi keuangan tidak berarti kita harus melakukan penghematan secara berlebihan. Dengan adanya pertimbangan dan pengendalian diri kita bisa menyisihkan uang untuk ditabung.
Penghematan memang harus dilakukan, tetapi keseimbangan dalam hidup perlu dipertimbangkan. Jangan sampai akibat melakukan penghematan dengan ketat, ada banyak hal buruk terjadi dalam hidup dan keluarga kita. Melakukan penghematan memang perlu, tetapi jika kita melakukannya hingga menyebabkan keluarga kita menderita karena kebutuhan pokok yang tidak terpenuhi, hal itu tidak benar.
3. Perhatikan Dampak Bila Keinginan Tidak Terpenuhi
Untuk bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan, kita bisa melihat dampak yang ditimbulkan dari keduanya. Keinginan tidak akan membawa dampak yang buruk jika tidak dipenuhi, sedangkan kebutuhan akan mengakibatkan dampak yang merugikan jika tidak dipenuhi. Keinginan biasanya hanya ada pada tingkat perasaan, sedangkan kebutuhan sangat nyata. Keinginan tidak akan berdampak jika ditunda, sebaliknya kebutuhan tidak bisa ditunda dan harus dipenuhi.
4. Periksa Kualitas Barang yang Dibutuhkan
Selain memeriksa dampak bila tidak terpenuhinya keinginan/kebutuhan, kita perlu melihat dampaknya bagi kita jika kualitas barang yang dibutuhkan/diinginkan diturunkan.
Keinginan bisa saja merupakan kebutuhan, tetapi dengan kualitas yang lebih tinggi daripada apa yang sebenarnya dibutuhkan. Untuk itu, kita harus memiliki pemahaman yang benar dalam membedakan antara keinginan dan kebutuhan.
5. Sadari Kebutuhan Bisa Berkembang
Kita harus menyadari bahwa kebutuhan bisa berkembang. Banyak benda yang dulunya dianggap sebagai barang mewah yang hanya memuaskan keinginan seseorang, sekarang telah berubah menjadi kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Terkadang produsen melalui iklan berusaha mengubah barang yang tidak penting menjadi suatu kebutuhan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati ketika mereka menerima barang yang dulunya merupakan keinginan, sekarang sudah berubah menjadi kebutuhan. Kita harus memastikan bahwa kita memang benar-benar membutuhkan barang tersebut. Kita juga harus tetap berhati-hati terhadap keserakahan yang bisa membuat banyak keinginan diubah menjadi kebutuhan.
Ahli ekonomi memberi tahu kita bahwa sumber daya alam terbatas, tetapi keinginan manusia tidak terbatas. Sementara Mahatma Gandhi berkata: "Bumi menyediakan cukup untuk kebutuhan semua manusia, tetapi bukan untuk keserakahan semua manusia." Apakah yang membuat manusia bertindak secara serakah? Sifat alami manusia atau karena iklan?
Kesimpulan
Membedakan antara keinginan dan kebutuhan memang banyak diabaikan oleh kita -- umat Tuhan. Mereka merasa bahwa mereka tidak perlu melakukan tindakan ini. Namun, umat Tuhan harus melakukannya sehingga mereka bisa mendapatkan kebutuhan yang lebih baik. Mereka juga harus berhati-hati agar tidak melakukan penghematan secara ekstrem, sehingga merugikan diri sendiri dan keluarga mereka. Tujuan melakukan ini semua adalah untuk membuat hidup mereka menjadi lebih baik dan bukannya membuat hidup mereka menderita.
Diringkas dari:
Judul buku | : | Bebas dari Konsumerisme |
Judul bab | : | Membedakan antara Keinginan dan Kebutuhan |
Penulis | : | Benny Santoso |
Penerbit | : | Penerbit ANDI, Yogyakarta 2006 |
Halaman | : | 225 -- 241 |