"Pola pikir hitam putih" adalah pola pikir tidak sehat yang membuat orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami problem kejiwaan, misalnya depresi. Disebut "pola pikir hitam putih" karena ia membagi pola pikir dalam dua kutub -- hitam atau putih, benar atau salah, jelek atau baik. "Pola pikir hitam putih" bisa mengganggu kestabilan jiwa seseorang dan itu tentunya akan mengganggu juga kehidupan berkeluarga. Bagaimana cara mengatasinya? Simak cuplikan diskusi TELAGA dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini:
-------
T: Ada banyak pola pikir didalam kehidupan kita sehari-hari, tetapi
saya pernah mendengar ada satu bentuk pola pikir yang bisa
mengganggu kestabilan jiwa seseorang dan itu dapat mengganggu
kehidupan berkeluarga, baik hubungan suami-istri ataupun hubungan
antara orangtua dengan anak. Apakah Bapak bisa menjelaskan
masalah ini lebih jauh?
J: Ada pola pikir tertentu yang tidak sehat yang membuat seseorang
dapat mempunyai kecenderungan untuk mengalami problem kejiwaan,
salah satunya yang mungkin bisa diidap olehnya adalah problem
depresi atau masalah yang berkaitan dengan relasinya dengan orang
lain. Pola pikir itu disebut "pola pikir hitam putih". Sebetulnya
ini berasal dari ungkapan yang saya petik dari seorang pakar
psikologi bernama David Burn dalam bukunya "New Mood Therapy".
Dia menyebut pola pikir "Either or Neither" atau "All or Nothing"
yang saya singkat menjadi "pola pikir hitam putih".
Maksudnya begini, "pola pikir hitam putih" adalah pola pikir
yang cenderung membagi dunia ini dalam dua kutub, hitam atau
putih, benar atau salah, jelek atau baik, suka atau tidak suka.
Padahal hidup ini tidak selalu bisa kita bagi dalam dua kutub
sejelas itu. Hidup ini seperti pelangi dimana banyak warna yang
terdapat di antara hitam dan putih itu, abu-abu misalnya. Nah,
orang-orang yang ber-"pola pikir hitam putih" cenderung
bertabrakan dengan peristiwa-peristiwa hidup yang dialaminya.
Jadi memang betul "pola pikir hitam putih" bisa mengganggu
bukan hanya kehidupan pribadinya tapi juga hubungannya dengan
orang lain.
-------
T: Kalau boleh tahu, bagaimana "pola pikir hitam putih" itu bisa
terbentuk dalam diri seseorang?
J: Ini biasanya bersumber dari pengalaman-pengalaman masa lampau.
Ada juga yang berteori bahwa pola pikir seperti ini bisa muncul
secara genetik artinya: kalau memang salah satu orangtuanya
berpola pikir sangat kaku seperti itu maka ia pun akan mewarisi
pola pikir yang serupa. Saya akan berikan satu contoh praktis.
Misalkan seorang anak dibesarkan oleh seorang ayah yang sangat
keras sekali dimana dia dituntut untuk harus memenuhi syarat si
ayah sehingga dia tidak bisa berkelit, kalau berkelit dianggap
dia tidak benar, dianggap salah. Jadi benar-benar tuntutan itu
sangat tinggi sekali. Nah, kalau seseorang dibesarkan dalam
sistem keluarga yang mempunyai tuntutan tinggi dan kaku seperti
itu si anak bisa tertular akhirnya. Dia akhirnya juga membentuk
tuntutan yang sama yang dia letakkan baik terhadap dirinya maupun
terhadap orang lain. Dia menuntut orang juga harus memenuhi
permintaannya atau syaratnya. Kalau orang tidak memenuhi
syaratnya, berarti orang itu berniat untuk mengecewakannya, sebab
itulah yang dialaminya waktu dia masih kecil atau waktu dalam
masa pertumbuhannya.
Tatkala dia gagal memenuhi permintaan si ayah misalnya, si ayah
marah sekali dan menuduhnya sengaja ingin mengecewakannya. Nah
akhirnya pola pikir itu atau perlakuan seperti itu membentuk pola
pikirnya yang ia terapkan pada dirinya dan pada orang lain juga,
bahwa orang itu harus memenuhi tuntutan, kalau tidak memenuhi
tuntutan berarti memang sengaja ingin mengecewakannya. Nah,
akhirnya hal itu makin menjadi bagian dari hidupnya, itu salah
satu contohnya.
-------
T: Memang pola pikir yang sudah terbentuk sejak dia kecil itu akan
sangat-sangat sulit untuk bisa dilepaskan begitu saja kecuali
kuasa dari Tuhan Yesus sendiri yang sanggup memerdekakan dia.
J: Ya, sesungguhnya kerangka atau tulang belakang dari iman Kristen
adalah anugerah dan anugerah itu sebetulnya adalah lawan dari
hitam putih atau pola pikir seperti ini. Tuhan benar-benar
memberikan kita suatu ruang gerak yang sangat lapang, Dia
menerima kita apa adanya. Tuhan tidak menoleransi dosa tetapi
Tuhan menerima orang yang berdosa. Jadi memang ini sesuatu yang
kadangkala susah untuk kita cerna, tapi memang itulah anugerah,
anugerah benar-benar menerima kita apa adanya.
-------
T: Jadi satu-satunya jalan untuk penyembuhan orang yang punya pola
pikir seperti itu kalau mereka itu sudah lahir baru?
J: Ya itu langkah pertamanya. Meskipun saya harus juga mengakui
bahwa ada orang Kristen yang sudah lahir baru pun masih membawa
masalah ini, karena pengaruh latar belakang kita itu kuat
terhadap diri kita sekarang ini.
Jenis Bahan C3I
Kategori Bahan C3I
- Log in to post comments