Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Bagaimana Seharusnya Seorang Kristen Memandang Pernikahan dan Perceraian?

Allah, Sang pencipta manusia dan pernikahan itu sendiri, telah menyusun rencana untuk pernikahan sebagai sebuah kesatuan seumur hidup. Allah tahu bahwa ini adalah rancangan terbaik. Saat kita menyimpang dari rencana-Nya, seperti yang ditunjukan dalam penelitian di atas, hasilnya adalah kehancuran dalam berbagai tingkat.

Sayangnya,tingkat perceraian dalam gereja tidak jauh berbeda dengan umumnya dalam masyarakat. Banyak orang Kristen menganggap tidak ada yang salah dengan perceraian, paling tidak dalam kasus mereka sendiri. Akan tetapi, Alkitab berbicara tentang pernikahan dan perceraian dengan jelas.

Pernikahan adalah institusi pertama yang diciptakan Allah. Allah menciptakan manusia pertama, Adam, tetapi menyatakan bahwa tidak baik bagi Adam untuk sendirian. Lalu, Dia memberi Adam semua hewan-hewan, yang kemudian Adam beri nama, tetapi "ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia" (Kejadian 2:20). Allah telah menyatakan kepada Adam keberadaannya yang tidak lengkap. Lalu, Allah menciptakan seorang perempuan, Hawa, untuk Adam. Dia memberkati mereka dan persatuan mereka, dan menghendaki mereka untuk memerintah bumi. (Lihat Kejadian 1:27-28) Terciptanya pernikahan terjadi sebelum manusia jatuh dalam dosa. Itu adalah sebagian dari rancangan Allah yang sempurna bagi umat manusia.

Lewat para Nabi, Tuhan menekankan tiga prinsip:
Pernikahan adalah kudus
Allah membenci perceraian
Pernikahan dirancang untuk melahirkan anak-anak dengan karakter yang baik. (Lihat Maleakhi 2:13-16)

Yesus menekankan akan pentingnya dan kudusnya pernikahan seumur hidup dalam pengajaran-Nya. (Lihat Matius 19:6)

Rasul Paulus lebih jauh mengajarkan bahwa hubungan pernikahan adalah pengungkapan yang terus berlangsung dari kasih yang berkorban, yang Kristus tunjukkan kepada gereja-Nya. (Lihat Efesus 5: 21-33)

Mari kita lihat masalah ini secara lebih dekat. Secara khusus, apa yang Alkitab katakan tentang perceraian? Maleakhi 2:13-16 memberikan kepada kita pandangan yang jelas tentang kehendak Allah pada pernikahan:

"Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. Dan kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu. Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya. Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel..."

Yesus Kristus menyatakan berulang kali mengenai pentingnya dan permanennya sebuah pernikahan. Matius 19:3-6 berkata, "Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Karena, sebagai seorang pengacara, saya telah mewakili banyak orang melewati proses perceraian, saya memahami mengapa Allah berkata, "Aku membencinya (perceraian)!" Perceraian adalah terpecahnya fondasi dalam semua masyarakat yang stabil - keluarga. Kadang-kadang itu perlu. Kadang-kadang itu tak terhindarkan. (Di Colorado, contohnya, jika seorang suami atau istri mengajukan perceraian di pengadilan, suami atau istrinya tidak bisa menghentikannya.) Meskipun begitu, penting bagi kita yang berada dalam tubuh Kristus, mendorong mereka yang sedang mengalami permasalahan dalam pernikahan untuk mencari konseling dan pemulihan - karena kebanyakan perceraian itu sebenarnya tidak perlu dan bisa dihindari.

Akan tetapi, apakah ada kasus di mana Alkitab memperbolehkan perceraian? Banyak orang Kristen tidak setuju tentang apakah aAkitab memperbolehkan perceraian dan atau menikah lagi. Jika Anda peduli mengenai apakah Anda mempunyai dasar Alkitab untuk perceraian, Anda harus membawa persoalan tersebut dalam permohonan doa dan belajar. Anda juga harus meminta nasehat dari pendeta Anda, dan idealnya, konselor Kristen yang berlisensi. Pertanyaan tentang dosa tidak bisa dianggap enteng. Namun, mungkin terdapat dasar dalam Alkitab:

1. Saat seorang suami/istri bersalah karena tindakan asusila seksual dan tidak mau bertobat dan hidup setia dengan pasangannya. Kata-kata Yesus dalam Matius 19:8-9 menandakan bahwa perceraian (dan menikah lagi) dalam hal ini diperbolehkan. Bagian itu berbunyi:

"Kata mereka (orang Farisi) kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin (atau, "dengan tujuan menikahinya) dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." (penekanan ditambahkan sendiri).

Namun demikian, perceraian tidak diperlukan. Jika pasangan Anda melakukan perzinahan, perceraian secara moral diperbolehkan, tetapi tidak diharuskan. Banyak pasangan telah berhasil untuk membangun kembali pernikahan mereka, bahkan setelah pukulan yang sangat kuat.

2. Jikalau salah seorang pasangan bukan orang Kristen, dan dia memang tidak setia dengan pasangan Kristennya (1 Korintus 7:15).

Posisi Focus on The Family (nama situs/lembaga yang mengeluarkan artikel ini - Red.) adalah bahwa perceraian dan pernikahan lagi tampaknya dibenarkan hanya dalam beberapa contoh di Alkitab.

Jika Anda adalah pengikut Tuhan Yesus, tolong berdoalah dengan hati-hati mengenai keputusan Anda untuk bercerai, dan terimalah pimpinan Allah. (Kehendak Allah adalah untuk memulihkan pernikahan.)

Jika pasangan Anda yang menginginkan perceraian, Anda mungkin tidak bisa menghentikanya dengan hukum perceraian sekarang. Namun, Anda dapat mencoba untuk membujuk pasangan Anda untuk mempertimbangkan pisah ranjang terlebih dahulu, yang akan memberi waktu yang lebih kepada Anda berdua untuk merenungkan masalah.

Berdoalah agar Allah membuka jalur komunikasi antara Anda dan pasangan Anda, dan bahwa Ia akan memulihkan cinta dalam hubungan Anda. Berdoalah juga untuk mendapatkan kesabaran dan semangat untuk memaafkan. Cobalah untuk menahan kata-kata kasar pada pasangan Anda atau melakukan hal-hal yang akan semakin menjauhkannya. Pemulihan akan terjadi, bahkan dalam situasi yang sungguh memiliki pertentangan tajam, tetapi keadaan akan menjadi lebih sulit jika kata-kata kasar dilontarkan di antara Anda berdua.

*Ada kasus ketiga dimana kami percaya bahwa pernikahan kembali/lagi diperbolehkan dalam Alkitab, yaitu ketika perceraian seseorang terjadi sebelum keselamatannya. (t/Yoel)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Focus on The Family
URL : http://www.focusonthefamily.com/marriage/divorce-and-infidelity/should-i-get-a-divorce/how-should-a-christian-view-marriage-and-divorce
Judul asli artikel : How Should a Christian View Marriage and Divorce?
Penulis artikel : Amy Desai, J.D.
Tanggal akses : 18 Januari 2018

Komentar