Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Kebangkitan Kristus
Edisi C3I: e-Konsel 133 - Paskah
[Artikel ini diterjemahkan dari bab The Incarnation and The Resurrection dalam buku World View in Conflict]
Perjanjian Baru memberitakan kebangkitan Kristus sebagai peristiwa sejarah yang didukung kesaksian yang sangat kuat dari saksi-saksi mata (1Kor. 15:5-8). Bagi Rasul Paulus, historisitas kebangkitan merupakan syarat mutlak bagi kekristenan dan validitas bagi iman Kristen (1Kor. 15:12-19). Paulus menulis, "Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia" (1Kor. 15:17-19).
Kebangkitan adalah pusat Perjanjian Baru dan titik puncak (kulminasi) seluruh Injil. Cerita tentang kehidupan Kristus merupakan persiapan masuk ke dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Khotbah Petrus di hari Pentakosta, yang merupakan permulaan berdirinya gereja Kristus, berulang kali memberikan penekanan pada kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitan-Nya melalui kuasa Allah. Paulus berulang kali menjelaskan perubahan yang tidak pernah diharapkannya untuk menjadi pengikut Kristus dan perubahan besar ini terjadi akibat pertemuan pribadinya dengan Kristus yang telah bangkit. A.M. Ramsey menulis, "Injil tanpa kebangkitan bukan sekadar Injil tanpa penutup; melainkan bukan Injil sama sekali .... Iman Kristen adalah kepercayaan atas kebangkitan-Nya." Menurut Allan Richardson,
Seluruh kebenaran yang tersirat dari setiap bagian Injil, berpusat pada keyakinan Gereja kepada Yesus, yaitu Allah yang bangkit; tanpa keyakinan ini Injil tidak akan pernah dituliskan. Mengimani kebangkitan Kristus bukanlah salah satu aspek dari pengajaran Perjanjian Baru, tapi merupakan pokok dari seluruh pengajaran Perjanjian Baru.
Dalam sejarah Kristologi, penyingkiran kebangkitan Kristus dengan memberikan alasan-alasan tertentu mulai menjadi "tren". Dalam pandangan mereka, kebangkitan Yesus semata-mata berarti Yesus tetap hidup di hati para pengikut-Nya. Bagaimanapun juga, teori seperti ini menyimpang dari bukti-bukti Perjanjian Baru dan dari sejarah yang mengklaim bahwa Yesus bangkit dari kematian sebagai fakta. Kubur telah kosong; dan berulang kali Kristus yang telah bangkit menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Pemunculan ini bukan halusinasi; tubuh-Nya tidak dicuri; Yesus tidak begitu saja kehilangan kesadaran diri di kayu salib untuk kemudian bangun kembali dari kubur-Nya. Yesus yang telah mati hidup kembali! Tanpa kenyataan ini mustahil untuk menjelaskan eksistensi Gereja.
Sejauh kita tidak dituntun oleh praanggapan naturalistik, kita bisa menerima kemungkinan terjadinya mujizat; sesungguhnya mukjizat kebangkitan itu mungkin. Tapi ketika perhatian dialihkan dari persoalan yang sebenarnya, kita harus melihat bukti-bukti yang ada dan apa yang dikatakan bukti-bukti tersebut berkenaan dengan penjelasan alternatif. Dengan kata lain, sangatlah masuk akal untuk mengadakan pendekatan mengenai historisitas kebangkitan dengan menggunakan metode yang sama yang berkaitan dengan inkarnasi. Setiap alternatif dari kebangkitan dinilai sebagai bagian dari praanggapan pihak yang memercayai kebangkitan dan pihak lain yang melawan teori tersebut. Ketika kita menemukan bahwa penjelasan-penjelasan alternatif tersebut tidak dapat diterima dengan alasan-alasan tertentu, kita akan menemukan bahwa memercayai kebangkitan lebih dapat diterima akal -- atau lebih sesuai dengan bukti-bukti yang ada dibandingkan dengan kepercayaan bahwa Yesus tidak bangkit dari kematian-Nya.
Setiap teori yang kita ikuti yang berkenaan dengan kejadian sesudah Yesus harus diuji secara serius dan konsisten serta harus memenuhi poin-poin di bawah ini.
1. Yesus telah mati.
Penjelasan alternatif yang paling sering menyerang iman Kristen mengenai kebangkitan adalah pernyataan bahwa Yesus hanya pingsan atau kehilangan kesadaran di kayu salib. Kita dapat mengatakan bahwa pernyataan ini adalah suatu contoh khayalan seorang skeptis. Orang Romawi tidak akan pernah membiarkan Yesus yang hidup diturunkan dari kayu salib. Pandangan yang disebut teori pingsan ini menganggap tentara Romawi sangat lemah sehingga mengizinkan Yesus dalam keadaan hidup diserahkan kembali kepada teman-temannya. Efek tambahan lain yang mengerikan dari penyaliban Yesus, selain luka-luka akibat lubang paku dan pergeseran sambungan tulang, adalah ketidakmampuan menarik napas akibat tusukan tombak di tubuh-Nya. Kendati luka-luka ini tidak membunuhnya, tapi membuktikan bahwa Ia telah mati.
John Stott mengungkapkan hal lain yang tidak masuk akal dari teori pingsan ini. Apakah kita percaya, dia berkata,
Bahwa setelah penderitaan-penderitaan dan kesakitan pengadilan, ejekan, cambukan cemeti, dan penyaliban, dapatkah Ia bertahan hidup selama 36 jam di dalam kuburan batu tanpa kehangatan, tanpa makanan, dan tanpa perawatan kesehatan? Dan mampukah Ia dalam kelemahan, kesakitan, dan kelaparan memperlihatkan diri-Nya kepada murid-murid dan memberikan kesan bahwa Ia telah menaklukkan maut? Dapatkah Ia terus menyatakan bahwa Ia yang mati, kini telah bangkit, mengirim mereka hingga akhir zaman? Apakah Ia dapat bertahan hidup sendirian di dalam persembunyian selama empat puluh hari, agar dapat melakukan penampakan-penampakan diri-Nya yang mengejutkan, lalu ragu-ragu menghilang tanpa dapat dijelaskan? Ketidakheranan akan kejadian seperti ini jauh lebih tidak dapat dimengerti dibandingkan dengan ketidakpercayaan Thomas.
Akhirnya, seluruh teori ini akan gugur karena fakta-fakta penyebab kematian pada korban tersalib. Penyaliban mengakibatkan penderitaan yang mengerikan, di mana akhirnya orang tersebut mengalami kematian karena serangan sesak napas akibat kurangnya zat asam di dalam darah (asphyxiation). Kondisi penyaliban menyebabkan seseorang tidak mungkin untuk menarik napas, kecuali jika sang korban dapat dengan cara apa pun meluruskan kaki agar otot dada bisa bebas sehingga diafragma dapat berfungsi normal. Kenyataan seperti ini yang menyebabkan tentara Romawi mengambil keputusan untuk mematahkan kaki dua dari tiga orang yang disalibkan pada saat itu -- untuk mempercepat asphyxiation yang dapat membunuh korban sehingga setiap orang dapat pulang ke rumahnya.
Namun ketika tentara tersebut bermaksud mematahkan kaki Yesus, mereka menemukan bahwa Ia telah mati. Sangat penting ditegaskan bahwa kemungkinan untuk menarik napas jika orang tersebut masih hidup tidak mungkin terabaikan. Lebih lanjut, setiap korban yang disalib yang pingsan, baik karena tidak sadar, maupun takut, berpura-pura mati, tidak mungkin dapat memberhentikan pernapasan. Fakta ini tidak mungkin disangkal: bahwa Yesus telah mati.
2. Akibat penyaliban, murid-murid berada dalam keadaan khawatir, bingung, dan takut.
Penentang teori kebangkitan menyatakan bahwa murid-murid Yesus mencuri tubuh Yesus dan kemudian menciptakan cerita bohong tentang kebangkitan. Teori ini memerlukan dukungan sekelompok orang yang berkemauan kuat yang dapat menutupi suatu persekongkolan bahwa tubuh Yesus sebenarnya tidak dikubur, sebaliknya yang benar adalah bahwa para murid dalam keadaan yang sangat ketakutan dan kebingungan untuk dapat memikirkan apa pun juga selain menyelamatkan diri sendiri dan bersembunyi dari musuhnya. Kematian Yesus menyebabkan mereka dalam keadaan putus asa dan ketakutan yang dalam sehingga tidak mungkin memikirkan rencana-rencana seperti yang diajukan oleh teori kedua.
3. Yesus dikuburkan di kuburan baru yang digali di dalam batu yang keras.
Kuburan tersebut lalu ditutup dengan mendorong batu besar di depannya. Khawatir akan kemungkinan bahwa para murid mencuri tubuh Yesus, Pontius Pilatus menempatkan pengawal untuk berjaga-jaga sehingga kuburan berada dalam keadaan aman dan tidak dapat diganggu. Dengan cara ini, musuh-musuh Yesus membantu meyakinkan kebenaran dari kebangkitan dengan menjaga kuburan sehingga tidak memungkinkan seorang pun mencuri tubuh Yesus. Tentu saja, orang-orang skeptik mengatakan bahwa teman-teman Yesus sendiri tidak mungkin dapat mencuri tubuh Yesus (karena ada tentara), maka kemungkinannya adalah bahwa tubuh Yesus telah dicuri oleh musuh-musuh-Nya. Inilah hal terakhir yang mungkin dilakukan oleh orang Romawi atau orang Yahudi. Mereka tidak menginginkan kesulitan apa pun dalam permasalahan ini, yang dapat timbul akibat kuburan yang kosong. Lagi pula, apabila musuh-musuh Yesus telah mencuri tubuh Yesus, mereka dengan sangat gembira akan segera memperlihatkannya pada saat orang-orang Kristen mulai mengkhotbahkan kebangkitan.
4. Tiba-tiba Yesus hidup dan kuburan menjadi kosong.
Teori alternatif yang menentang kebangkitan tidak dapat menjelaskan kubur yang kosong. Misalnya, banyak yang menyatakan bahwa mereka yang mengaku melihat, mendengar, dan menyentuh Yesus hanyalah berhalusinasi. Tapi kita tetap harus memberi jawaban tentang kenyataan bahwa tubuh Yesus, yang ditempatkan di tempat tertutup, termeterai, dan terjaga ketat itu telah hilang. Lebih lanjut, teori halusinasi yang tidak terbukti ini tidak sesuai dengan kenyataan. Jika hanya satu atau dua orang yang mengatakan "melihat" Yesus, pengalaman ini sangat mungkin kita abaikan dan menyebutnya halusinasi. William Lane Craig menunjukkan beberapa kesalahan pada teori halusinasi.
Pertama bukan hanya satu tapi banyak orang yang melihat pemunculan Kristus. Kedua, mereka yang melihat-Nya tidak sendirian, tapi bersama-sama. Ketiga, kemunculan-Nya tidak terjadi sekali saja, tapi berulang kali. Keempat, mereka bukan hanya melihat Dia, melainkan juga menyentuh, berbicara, dan makan bersama-sama dengan Dia. Kelima, dan yang sangat menentukan, pemimpin agama yang fanatik tidak dapat memperlihatkan tubuh Yesus kembali. Tidak mungkin murid-murid Yesus memercayai kebangkitan gurunya jika mayat-Nya masih terbaring di kubur. Sama tidak mungkinnya jika para murid-Nya mencuri tubuh-Nya untuk menciptakan suatu cerita bohong. Lebih lanjut, sangat tidak mungkin bagi kekristenan muncul dan menetap di Yerusalem jika tubuh Kristus tetap di dalam kubur. Penguasa Yahudi pasti telah memperlihatkan tubuh tersebut sebagai jawaban singkat dan terlengkap mengenai permasalahan itu. Namun, yang mereka lakukan adalah menuduh para murid telah mencuri tubuh Kristus. Akhirnya, hipotesa dari kaum agamawi yang fanatik (yaitu teori halusinasi) yang gagal menjelaskan hilangnya tubuh Yesus, jatuh kepada hipotesa persekongkolan murid-murid-Nya yang juga diruntuhkan oleh bukti-bukti dari ketulusan hati para rasul, baik karakter mereka maupun kesediaan mereka menghadapi bahaya dalam memproklamirkan kebenaran dari kebangkitan Kristus.
Halusinasi biasanya memerlukan penerima-penerima yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu seseorang yang siap untuk melihat sesuatu atau berharap untuk melihat sesuatu. Para murid secara kejiwaan tidak dipersiapkan untuk menerima halusinasi tersebut.
Kesaksian para saksi mata tentang kebangkitan luar biasa kuatnya. Dalam hal karakter, orang yang mengatakan telah melihat Yesus adalah orang yang tidak tercela. Catatan dari saksi mata ini datang di awal pergerakan kekristenan dan cerita tentang kebangkitan bukanlah cerita legenda yang mulai beredar lama setelah kejadian. Cerita didasarkan pada kesaksian saksi mata yang berada di tahun ketika kejadian tersebut terjadi dan secara umum diberitakan di zaman yang sama di mana orang-orang yang mengalami kejadian tersebut masih hidup.
5. Saksi-saksi mata dari kebangkitan Kristus secara tiba-tiba mengalami perubahan.
Setelah kematian Yesus, murid-murid yang sangat takut dibunuh tersebut bersembunyi di dalam kamar terkunci. Beberapa minggu kemudian pada hari Pentakosta, orang-orang yang sama ini dengan berani berkhotbah mengenai kebangkitan di depan umum. Tidak lagi takut dibunuh, bahkan banyak dari antara mereka menjadi martir demi iman mereka, khususnya bagi iman mereka tentang kebangkitan Yesus. Teori alternatif mengenai kebangkitan harus mampu menjelaskan asal mula berdirinya Gereja. Jika kebangkitan tidak pernah terjadi, kuasa atau pengalaman apa yang dapat mengubah kumpulan kecil dari murid yang ketakutan ini menjadi kelompok yang bersedia menderita siksaan dan mati secara mengerikan karena menolak meninggalkan kepercayaan akan kebangkitan? Kuasa apa yang dapat mengubah mereka menjadi orang-orang pemberani untuk menyebarkan Injil ke setiap pelosok negara Romawi bahkan ke seluruh dunia?
Pertimbangan dari bukti-bukti tambahan tetap ada, baik yang secara langsung, maupun tidak langsung, namun tidak didiskusikan karena waktu yang tidak cukup. Hal yang selalu harus kita tekankan adalah kenyataan bagaimana orang-orang terbaik, termulia, dan terpercaya yang tidak mengambil keuntungan apa pun dan telah meninggalkan segala yang bersifat duniawi karena memercayai kebangkitan Yesus dari kematian. Seperti dikatakan Ladd, "Sekarang kita berada di atas batu karang. Sangatlah tidak mungkin untuk mempertanyakan kenyataan yang tidak perlu disangsikan yang dipunyai para murid mengenai kebangkitan Yesus." Tapi kemudian kita harus bertanya, "Bukti sejarah apa yang menimbulkan iman ini? Kenyataan sejarah seperti apa yang menyebabkan mereka percaya bahwa Yesus telah bangkit dari kematian-Nya? Apa hipotesa terbaik yang dapat menerangkan kepercayaan gereja mula-mula tentang kebangkitan yang benar-benar terjadi? "Seluruh bukti-bukti," kata Alan Richardson, "menghasilkan kesimpulan bahwa gereja tidak menciptakan kepercayaan mengenai kebangkitan Yesus; kebangkitan Yesus sendirilah secara historis yang menciptakan Gereja, yang menumbuhkan iman kepercayaan. Dengan kata lain, hanya kebangkitan yang sebenarnya dapat menjelaskan iman murid-murid pertama yang akhirnya menciptakan Gereja.
William Lane Craig menyimpulkannya sebagai berikut.
Bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa kubur Yesus ditemukan kosong oleh pengikut-pengikut-Nya. Lebih lanjut, tidak ada penjelasan alamiah yang dapat diajukan untuk menjelaskan kenyataan ini agar dapat diterima oleh akal. Kedua, beberapa bagian dari bukti-bukti sejarah berkata tentang banyaknya saksi mata di berbagai kesempatan, pada tempat yang berbeda yang menyaksikan pemunculan Yesus secara fisik dan dengan tubuh yang hidup dari kematian. Lagipula, tidak ada penjelasan alamiah bagi teori halusinasi yang dapat diterima akal untuk menjelaskan pemunculan-Nya ini. Dan terakhir, iman Kristen mula-mula bergantung pada iman mereka pada kebangkitan. Lebih lagi, iman ini tidak dapat diperhitungkan sebagai akibat dari pengaruh-pengaruh alamiah belaka. Ketiga hal besar ini, yaitu kubur yang kosong, pemunculan setelah kebangkitan-Nya, dan awal munculnya iman Kristen, semuanya menunjuk pada satu kesimpulan yang tidak dapat dibantah, yaitu bahwa Yesus bangkit dari kematian-Nya.
Ini bukanlah pernyataan yang mudah diterima oleh orang-orang modern dan juga bukan pernyataan yang dapat diterima oleh penduduk Yerusalem ketika mereka mendengarnya dari para murid. Tetapi inilah pernyataan terbaik yang dapat menerangkan kepada kita apa yang patut diketahui setelah kematian Yesus.
KESIMPULAN
Pandangan dunia yang naturalisme menolak kemungkinan adanya mujizat, yaitu kejadian dalam hukum-hukum alamiah, yang disebabkan kekuatan supranatural, yang ada di luar hukum alamiah tersebut, yang memutarbalikkan segala pemahaman normal yang telah berlaku. Tapi kaum naturalistik ini tidak mampu membuktikan ketidakmungkinan mukjizat secara ilmu pengetahuan, melebihi dari apa yang dapat mereka buktikan dalam kebenaran yang alamiah. Karena itu, saya menentangnya dengan menyatakan mukjizat adalah peristiwa yang mungkin terjadi.
Di sini, bukan saja saya sampai pada penyataan soal mukjizat bisa atau tidak, tetapi lebih dari itu, saya telah mengevaluasi bukti-bukti dari pandangan dunia Kristen yang begitu agung mengenai mukjizat kebangkitan. Jika seorang mengesampingkan praanggapan pandangan dunia naturalistiknya, menempatkan diri dalam pandangan dunia yang menerima kemungkinan dunia terbuka kepada pengaruh kausal dari kedaulatan Allah, dan secara jujur menyelidiki alternatif dalam terang bukti-bukti yang ada, ia dapat menemukan bahwa sistem pandangan dunia memperlihatkan kekonsistenannya dengan akal dan apa yang patut kita ketahui mengenai dunia.
Jika mukjizat ini tidak pernah terjadi, pandangan dunia kekristenan berada dalam bahaya yang serius, namun hal ini tidak pernah terjadi. Jika mujizat ini sungguh-sungguh terjadi (dan kita telah mengetahui dukungan-dukungan yang begitu banyak bagi kehistorisannya), pandangan dunia kekristenan semakin diteguhkan.
Now all has been heard;
here is the conclusion of the matter:
Fear God and keep his commandments
for this is the whole duty of man
For God will bring every deed into judgement
including every hidden thing
whether It is good or evil.
Bahan diambil dan diedit seperlunya dari: | ||
Judul majalah | : | Momentum, Edisi 26/April 1995 |
Penulis | : | Ronald H. Nash |
Penerbit | : | Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta 1995 |
Halaman | : | 24 -- 25 dilanjutkan 32 -- 36 |