Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Bagaimana Kita Mengatasi Dosa Seksual?
Edisi C3I: e-Konsel 310 - Dosa Seksual
Bayangkanlah seorang konseli, jemaat, atau teman rohani yang datang kepada Anda dengan kisah seperti berikut ini:
"Saya sedang bergumul. Saya sudah menikah sebanyak 5 kali. Sekarang, saya selingkuh dengan seorang laki-laki. Saya merasa seakan-akan saya harus memiliki seorang laki-laki [dalam hidup saya]. Saya putus asa dan merasa hampa tanpa seorang laki-laki dalam hidup saya."
Jika kita melayani pada tahun 1980-an dan terpengaruh oleh suasana konseling masa itu, kita mungkin akan mendiagnosis bahwa wanita ini menghadapi "masalah ketergantungan". Ketika kita melayani di lingkungan konseling saat ini, kita mungkin akan menentukan bahwa dia mengalami "masalah kecanduan".
Penyimpangan Pemujaan
Yesus memastikan bahwa wanita tersebut mengalami masalah pemujaan. Wanita itu, tentu saja, adalah "wanita Samaria" yang dikisahkan dalam Yohanes 4.
Banyak orang tidak dapat melihat hubungan antara Yohanes 2:23-25, Yohanes 3, dan Yohanes 4. Bagian akhir dari Yohanes 2 seharusnya tampak seperti lampu petunjuk yang berkedip-kedip. "Tetapi Yesus sendiri tidak percaya mereka, sebab Ia mengenal semua orang. Tidak perlu orang memberi keterangan kepada-Nya tentang siapa pun, sebab Ia sendiri tahu apa yang ada di dalam hati manusia." (Yohanes 2:24-25, BIS)
Yesus mengenal kita secara lahiriah dan batiniah. Dia adalah Dokter Jiwa yang ilahi. Dia adalah Pencipta dan Perancang jiwa kita. Untuk menggambarkan kenyataan ini, Yohanes menunjukkan kedalaman pemahaman Yesus yang sempurna akan sifat manusia, dengan membandingkan dan mengontraskan dua orang yang berbeda.
Contoh A: seorang laki-laki, orang Farisi, pemimpin agama, orang benar, Nikodemus seorang Yahudi.
Contoh B: seorang wanita, tidak beragama, bukan orang benar, perempuan Samaria.
Yesus mengetahui segala hal tentang kita. Sebagai Pencipta kita, Dia tahu bahwa masalah kita yang paling mendasar adalah masalah pemujaan. Itulah sebabnya, dengan perempuan Samaria, Dia tidak memfokuskan diri-Nya pada "masalah ketergantungan" atau pada "masalah kecanduan seksual" perempuan itu, tetapi pada kehausan rohaninya.
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." (Yohanes 4:10) Karena tidak memahami maksud-Nya, perempuan Samaria itu berfokus pada air secara harfiah. Oleh sebab itu, Yesus kembali membawanya melihat jiwanya yang bersyukur. "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:13-14)
Kolam Penampungan dan Mata Air
Meskipun perempuan Samaria itu tidak menyadari hal ini, perkataan Yesus mengingatkan kembali pada Yeremia 2:13, "...; mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air."
Kita adalah makhluk yang memiliki rasa rindu. Kita adalah makhluk rohani. Kita adalah makhluk pemuja. Kita adalah makhluk yang bisa merasakan kehausan. Rasa haus adalah ide Allah. Allah menciptakan kita untuk memiliki hubungan dengan Dia -- untuk berjalan bersama Dia pada suatu hari yang sejuk.
Allah menciptakan kita untuk merindukan Dia. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazmur 42:1-2)
Rasa rindu dan rasa haus, di dalam pengertiannya sendiri, bukanlah dosa -- karena itu adalah pemberian Allah. Seperti yang Yeremia ingatkan pada kita, ini adalah petunjuk relasi yang kita kejar, yang mengindikasikan apakah kita bisa menangani kerinduan kita dengan cara yang benar atau tidak.
Bagian akhir dari Yeremia 2, seperti Yohanes 4 dan Yakobus 4:1-4, menyebutkan pesan yang jelas dan konsisten: Kita bisa menelusuri akar dari perzinahan fisik dan dosa seksual, hal itu selalu kembali kepada perzinahan rohani dan dosa relasi yang melawan Allah. Dosa di dalam relasi kita seorang dengan yang lain, selalu disebabkan oleh dosa di dalam hati kita -- dosa dalam relasi kita dengan Allah.
Dari Rasa Haus atas Kolam Penampungan kepada Kerinduan atas Sumber Mata Air yang Hidup
Ketika Yesus berkata kepada perempuan Samaria tersebut, "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." (Yohanes 4:16), Ia beralih dari membahas tentang rasa haus kepada pembahasan tentang kolam itu sendiri; dari perasaan rindu yang diciptakan Allah kepada pilihan-pilihan yang tidak benar untuk memuaskan rasa rindu itu.
Banyak konselor Kristen/alkitabiah zaman ini, yang tampaknya hanya menekankan salah satu dari kedua faktor ini; rasa haus atau kolam air, rasa rindu atau pemberhalaan. Akan tetapi, Yesus menekankan pada keduanya.
Beberapa konselor menghindari penyelesaian dosa dan hanya berfokus pada rasa rindu. Konselor-konselor lainnya khawatir jika diskusi apa pun yang membahas tentang kehausan dan kerinduan itu akan berkembang ke arah "teologi kebutuhan" -- bahwa masalah utama yang dihadapi ini adalah "kebutuhan yang tidak terpenuhi". Bukan. Masalah utama kita adalah dosa. Namun demikian, kerinduan utama kita tetap Kristus. Sayangnya, kerinduan yang diciptakan untuk mendambakan sesuatu tersebut tercemar karena kejatuhan manusia dalam dosa sehingga kerinduan itu mencari pemenuhan dari kolam air yang rusak.
Yesus menggunakan rasa rindu yang tercipta itu sebagai "jalan masuk", yang melaluinya Tuhan menolong perempuan yang putus asa ini, untuk menemukan air hidup yang benar-benar dinantikannya. Hasil akhirnya adalah bahwa dia dan orang-orang lainnya datang untuk mengenal Dia sebagai "Juruselamat dunia" (Yohanes 4:42). Perempuan Samaria itu memiliki kerinduan (seperti yang diciptakan Allah); dia melakukan dosa (dalam kejatuhannya); dan dia mengalami penebusan (sebagai anggota keluarga Allah yang telah ditebus).
Konseling Alkitabiah
Yesus menggunakan rasa haus untuk mengungkapkan kolam dan untuk mengarahkan orang pada Sumber mata air yang hidup. Apakah kita juga seperti itu?
Sebagai seorang pendeta, konselor, atau teman rohani, jika seseorang yang datang kepada kita adalah orang yang telah terperangkap oleh jerat "dosa seksual", apakah diagnosis kita dan rencana pemulihan yang akan kita berikan? Apakah kita prihatin melihat "orang-orang yang terlibat dalam dosa seksual", sebagai makhluk rohani yang memuja, merindukan, dan kehausan? Apakah kita dengan lemah lembut dan bijaksana membimbing mereka kepada Mata Air yang Hidup, yang akan mengampuni dosa-dosa mereka, sekaligus memuaskan rasa haus dalam jiwa mereka yang diciptakan oleh Allah?
Datanglah dan Minumlah
Jika Anda sedang membaca artikel ini dan Anda sedang bergumul dengan "dosa seksual", entah itu terkait dengan nafsu dan/atau kebiasaan heteroseksual atau homoseksual, sadarilah bahwa semua dosa seksual sebenarnya merupakan gejala dari dosa rohani. Sadarilah bahwa sesungguhnya semua dosa seksual adalah kolam air yang pecah dan tidak dapat menampung air.
Pada zaman Yeremia, ada sebuah kolam yang menampung aliran air yang sebelumnya telah melewati jalanan berlumpur yang bercampur dengan kotoran unta. Kemudian, air itu menetap dalam bak tanah liat dan tidak mengalir ke mana pun. Selain membuat airnya tidak layak diminum, bak air ini sering retak dan membuat orang-orang yang kehausan semakin mengalami kekeringan. Pilihan Anda yang lain, pada masa Yeremia, adalah minum dari mata air yang jernih, sejuk, segar, dan bergelembung... yang mengalir, air yang memuaskan dahaga yang muncul dari dalam bumi dan yang tidak akan pernah kering.
Dosa seksual berarti lebih memilih meminum air dari got daripada dari sumber mata air. Dosa seksual adalah keyakinan bahwa kita dapat memuaskan standar rasa haus Allah dengan standar rasa haus manusia. Namun, ini adalah keyakinan yang salah dan berdosa. Ini adalah pemujaan dan harapan yang salah. Usaha untuk memuaskan dahaga rohani kita akan Kristus dengan melakukan hubungan seksual adalah sia-sia dan najis.
"Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38) Datanglah dan minumlah. (t/Setya)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Biblical Counseling Coalition |
Alamat URL | : | http://biblicalcounselingcoalition.org |
Judul asli artikel | : | How Do We Overcome Sexual Sin? |
Penulis | : | Bob Kellemen |
Tanggal akses | : | 17 Juli 2012 |