Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Berubah Menjadi Lebih Baik? Caranya?

Bagi orang Kristen, berubah merupakan gaya hidup. Pada waktu kita menerima Kristus, kita diterima dan dibenarkan oleh-Nya. Akan tetapi, kita tidak menjadi serupa dengan Dia dalam seketika. Kita mengalami suatu proses perubahan untuk menjadi orang-orang yang Allah kehendaki.

1. Pembacaan Alkitab mengubah diri saya. Alkitab adalah satu-satunya buku yang pengarangnya selalu hadir saat saya membacanya. Allah mengubah saya ketika saya membaca Alkitab setiap hari. Saya membaca dengan sikap beribadah sampai Tuhan berbicara kepada saya. Penantian ini penting. Saya perlu memberi Allah kesempatan untuk berbicara kepada saya. Tetapi mendengarkan saja tidak cukup. Waktu Tuhan menunjukkan sesuatu kepada saya, saya menanggapi. Saya bertanya kepada-Nya, "Apa yang Tuhan maksudkan? Bagaimana saya bisa menerapkannya? Mengapa saya perlu menerapkannya?"

Jadi, saya membaca sampai Allah menyuruh saya berhenti. Ketika Allah menghentikan saya pada Lukas 23:9 dengan pernyataan, "(Herodes) mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawab apa pun," saya berdoa, "Tuhan, tunjukkanlah kepadaku kapan aku sudah bersikap membela diri. Tunjukkanlah kepadaku saat-saat aku menuntut hakku." Saya menanti dan membiarkan Tuhan mengingatkan saya di mana letak kekurangan saya. Kemudian saya berdoa, memohon pertolongan-Nya agar saya dapat menerapkan dalam hidup saya apa yang telah saya pelajari. Saya juga mencatat berbagai hal -- apa yang telah saya pelajari, apa yang telah saya doakan, bagaimana Tuhan sudah menjawab doa saya.

2. Pembacaan Alkitab dalam kelompok mengubah diri saya. Waktu saya membaca firman Tuhan sendiri dan kemudian berkumpul dan berinteraksi dengan orang-orang lain dalam kelompok kecil, pengetahuan saya semakin luas. Saya melihat di mana dan mengapa Allah menghentikan orang lain waktu mereka membaca. Waktu kita bersama-sama membaca, kita saling membantu. Membaca dalam kelompok bisa dilakukan dalam pelajaran di sekolah minggu, dalam kelompok pendalaman Alkitab, dalam persekutuan doa, atau di mana saja kita berkumpul dengan orang Kristen lainnya.

3. Pendalaman firman Allah mengubah hidup saya. Pada waktu saya menyelidiki firman Allah dan mempelajarinya, saya berubah. Jikalau saya hanya membaca firman Allah dan tidak mempelajarinya, saya menghadapi risiko menyeleweng dari persoalan. Ketika saya menyelidiki, saya meminta Allah melenyapkan pikiran-pikiran saya sebelumnya supaya saya bisa melihat ayat-ayat Alkitab dan menguji hal-hal yang tidak benar yang sudah saya ambil/lakukan.

Pakailah buku tafsiran dan sebuah atlas supaya Saudara bisa belajar dengan tepat. Ingatlah bahwa belajar itu mencakup penelitian/observasi, penafsiran, dan penerapan. Jangan masuk langsung dan menafsirkan tanpa meneliti apa yang benar-benar dikatakan Alkitab. Setelah meneliti dan menafsirkan, terapkan apa yang telah Saudara pelajari dari Alkitab itu. Pikirkan caranya, bagaimana menggunakan kebenaran-kebenaran yang sudah Saudara pelajari dan jadikan semuanya bagian hidup Saudara. Dalam penerapan inilah perubahan mulai terjadi.

4. Allah mengubah saya waktu Roh Kudus mengingatkan kembali ayat Alkitab. Bila saya tidak membawa Alkitab, Roh Kudus mengingatkan kembali firman Allah yang telah saya simpan ketika saya membacanya, berinteraksi dengan orang lain, dan belajar. "Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yohanes 14:26). Itulah peranan Roh Kudus.

Kita perlu melakukan lebih daripada sekadar membaca atau mempelajari atau bahkan menghafalkan. Seperti yang dikatakan Mazmur 119:11, "Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu." Jika kita menyimpan firman Allah, kita menerapkannya sampai firman itu menjadi bagian hidup kita. Sepanjang hari Roh Kudus bisa memakai isi Alkitab yang sudah kita simpan untuk mengubah diri kita. Ia menimbulkan dalam pikiran kita apa yang betul-betul kita perlukan pada waktu tertentu. Seolah-olah pikiran kita adalah komputer dan Roh Kudus adalah operator adikodrati. Ia datang dan menyentuh tombol ingatan kita, lalu kita bisa mengingat ayat-ayat yang perlu kita ketahui.

5. Allah mengubah saya ketika saya meminta hal itu. Saya sering berdoa, "Tuhan, aku lelah; aku telah berdosa. Aku tidak mendekati tujuanku untuk menjadi serupa dengan Engkau. Ubahlah aku." Kemudian Allah mengulurkan tangan dan mengambil sikap saya yang tidak seperti Kristus dan memberi saya sikap seperti Kristus. Tetapi Ia tidak memaksa saya untuk berubah. Saya harus bersedia. Kadang-kadang doa saya harus seperti ini, "Tuhan, tolonglah aku agar mau bersedia." Tetapi saya mengetahui bahwa bila saya meminta Tuhan mengubah saya, Ia mau.

6. Allah mengubah saya ketika orang lain berdoa bagi saya. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu" (Galatia 6:2). Saya bisa merasakan kuasa di dalam hidup saya bila orang lain berdoa untuk saya. Doa mereka mengubah saya. Kadang-kadang saya bahkan tidak mengetahui bahwa mereka sedang mendoakan. Saya senang menerima catatan dari orang-orang yang berkata, "Apa yang terjadi denganmu pada tanggal 1 Januari? Allah mendorongku untuk berdoa bagimu." Saya mengingat kembali dan mendapati bahwa Tuhan benar-benar telah mendorong orang itu untuk berdoa karena suatu sebab. Tetapi lebih sering orang berdoa bagi saya karena saya telah menyampaikan kebutuhan saya kepada mereka. Saya kehilangan banyak dukungan doa jikalau saya tidak mengakui bahwa saya memunyai kebutuhan.

7. Allah mengubah saya pada waktu saya berdoa bagi orang lain. Saya tidak mungkin berdoa bagi seseorang dan sekaligus marah kepada orang itu. Saya tidak mungkin menggunjingkan seseorang dan tetap mendoakan dia. Saya menjadi orang yang berbeda pada waktu saya berdoa. Saya melihat kebutuhan orang lain, dan saya tidak memikirkan diri sendiri. Pada waktu saya berdoa bagi orang lain, saya ikut ambil bagian dalam suatu kegiatan yang dilakukan juga oleh Roh Kudus dan Yesus.

Tujuh metode tentang perubahan ini membuat saya menjadi orang yang berbeda. Saya bisa mengukur pertumbuhan saya dengan memandang masa lalu dan melihat betapa berbedanya keadaan saya sekarang ini. Apakah saya sekarang lebih menyerupai Yesus daripada setahun yang lalu? Apakah reaksi saya lebih menyerupai reaksi Yesus tahun ini dibandingkan setahun atau lima tahun yang lalu? Apakah orang lebih bisa melihat Yesus di dalam diri saya?

Ketika membuat inventarisasi, kita perlu mengingat bahwa ketika kita bertumbuh di dalam Kristus, kita seperti seorang bayi yang belajar berjalan. Langkah pertama masih jauh dari kesanggupan untuk berlari di jalanan. Kita tidak bertumbuh dalam semalam. Kita bertumbuh dengan maju selangkah demi selangkah.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Pola Hidup Kristen
Judul asli artikel : Tujuh Metode Perubahan
Penulis : Evelyn Christenson
Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 2002
Halaman : 1029 -- 1032

Komentar