<p>Yesus Kristus adalah tokoh sentral dalam hidup setiap orang Kristen yang percaya kepada-Nya. Yesus bukan hanya Allah sejati tapi Ia juga adalah manusia sejati. Sebagai manusia sejati Ia adalah panutan bagi kita semua pengikut-Nya. Dalam hal apa saja Ia menjadi panutan? Dalam banyak hal, khususnya dalam karakter dan kepribadian-Nya. Nah, sehubungan dengan hal ini, Fokus C3I bulan Oktober telah kami siapkan untuk membahas tentang KARAKTER KRISTEN.</p><p> Ada lima (5) artikel dan satu (1) bahan bimbingan Alkitab, yang telah kami kumpulkan yang membahas seputar masalah karakter Kristen. Selain itu Anda juga dapat menikmati dua (2) tips yang dapat menolong Anda untuk mempraktekkan karakter Kristen ini pada orang yang kita layani. Silakan klik dan simak sajian-sajian kami tersebut dan selamat belajar mempraktekkan karakter Kristus dalam kehidupan dan pelayanan kita.</p>
Entah disadari atau tidak, sebagai orang percaya Anda mempunyai dua tabiat: tabiat lama dan tabiat baru. Karena kalau seseorang sudah menerima Yesus sebagai Juru Selamat-nya secara pribadi, dia mempunyai hubungan pribadi dengan Allah yang harus dikembangkan. Tuhan Yesus telah mengampuni dosanya dan memberinya suatu kehidupan baru. Hidup baru itu termasuk keinginan yang baru untuk mengikuti kehendak Allah, sehingga dia dapat hidup benar di hadapan Allah dan manusia. Roh Kudus akan bekerja terus-menerus dalam hidup orang-orang Kristen agar sifat-sifat dan sikap-sikap yang mereka miliki diubah menjadi semakin serupa dengan Yesus (Rom. 8:29).
Salah satu kesamaan dari perumpamaan-perumpamaan yang pernah diajarkan Yesus adalah selalu mengejutkan, menyentak, dan menyadarkan. Yang menjadi "tokoh pahlawan" biasanya orang yang paling tidak diduga. Ciri itu tampak jelas dalam perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Lukas 16:1-13). Kisah ini memancing kontroversi dan perdebatan di antara para penafsir Alkitab. Meskipun menimbulkan banyak pertanyaan, perumpamaan ini menghadapkan kita pada kebenaran yang esensial tentang kehidupan sebagai seorang murid.
Sudah seyogyanya jika dalam diri anak ditanamkan satu kepercayaan
pada kemampuannya untuk membuat suatu keputusan sendiri dan untuk
melakukan pilihan sendiri. Di samping itu anak haruslah diberi
kesempatan untuk menempuh sesuatu resiko.