Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Konseling Sekolah

Konseling Anak Putus Sekolah

Edisi C3I: e-Konsel 294 - Bimbingan Konseling dan Pembentukan Karakter Siswa

Permasalahan yang anak-anak hadapi sesungguhnya tidak sederhana seperti yang kita pikir. Terkadang sebagai orang tua, kita tidak menyadari bahwa anak-anak kita menghadapi masalah yang cukup kompleks. Orang tua terkadang menuntut anak untuk mendapatkan nilai baik, bahkan tidak sedikit orang tua yang dengan sengaja memaksa anak-anak mereka untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup. Di sisi anak, hal ini mungkin membuat mereka tertekan dan akhirnya memutuskan untuk berhenti sekolah. Apa yang bisa kita lakukan untuk menolong anak-anak yang memiliki masalah seperti ini? Di Facebook e-Konsel, kami membahas masalah tersebut. Silakan simak tanggapan dari para Sahabat e-Konsel. ... baca selengkapnya »

Mengenal Anak Prasekolah (Usia 3 -- 6 Tahun)

Edisi C3I: e-Konsel 211 - Mengenal dan Membimbing Anak Prasekolah

Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3 tahun, anak-anak mengalami banyak rasa takut -- terhadap binatang, monster dan mungkin juga terhadap "serigala besar yang jahat". Karena mereka mempunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan khayalan, mereka perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orangtua mereka. Anak usia prasekolah juga sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang. ... baca selengkapnya »

Sumber
Halaman: 
25 -- 29
Judul Buku: 
Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen (2)
Pengarang: 
Paul D. Meier; Frank B. Minirth, M.D.; Frank B. Wichern, PH.D; Donald E. Ratcliff, PH.D
Penerbit: 
PBMR ANDI
Kota: 
Yogyakarta
Tahun: 
2004

Guru dan Murid Sekaligus

Edisi C3I: e-Konsel 201 - Bahasa Kasih

Edisi C3I: e-Konsel 201 - Bahasa Kasih

Pernikahan tidak untuk semua orang. Saya mengamat-amati bahwa ada karakteristik tertentu yang menyulitkan kita untuk hidup dengan orang lain, dan sudah tentu karakteristik seperti ini juga akan menghalangi kita untuk hidup rukun dengan pasangan kita. Salah satu karakteristik yang mutlak diperlukan dalam pernikahan ialah sikap fleksibel.

Sikap fleksibel bukan berarti tidak memunyai pendirian atau dengan kata lain selalu menurut. Sikap fleksibel merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa harus kehilangan dirinya sendiri. Orang yang fleksibel adalah orang yang dapat membedakan antara pendirian dan gaya hidup. Dengan kata lain, orang yang fleksibel adalah orang yang tahu membedakan hal-hal yang hakiki dan hal-hal yang sepele. Pendirian menyangkut nilai moral rohani, sedangkan gaya hidup merupakan kebiasaan yang kita pelajari dari lingkungan. ... baca selengkapnya »

Sumber
Judul Artikel: 
Eunike (Buletin)

Komentar


Syndicate content