Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pendeta dan Konseling: Dasar-Dasar Penggembalaan Jemaat yang Membutuhkan
Setelah berada dalam pelayanan pastoral selama hampir 16 tahun, saya tidak pernah menemukan cara untuk menggembalakan tanpa terlibat dalam percakapan pribadi dengan orang-orang yang menderita dan orang berdosa yang membutuhkan kasih karunia Allah. Terlebih lagi, saya tidak pernah menemukan cara untuk menghindar agar tidak menjadi salah satu dari orang-orang bermasalah itu. Jika memang ada perangkat yang dapat memisahkan pelayanan pastoral dari konflik, penderitaan, keengganan untuk mendengarkan, dan percakapan berat yang tak terhindarkan, perangkat itu belum ditemukan.
Jeremy Pierre (profesor konseling alkitabiah di Southern Seminary di Louisville) dan Deepak Reju (pendeta konseling alkitabiah dan pelayanan keluarga di Capitol Hill Baptist Church di Washington, DC) telah bermitra untuk menulis buku penting bagi orang-orang yang ingin melakukan lebih dari sekadar mengajar atau ingin berhenti menghindar dari memberitakan firman Allah secara pribadi. The Pastor and Counseling: The Basics of Shepherding Members in Need (Pendeta dan Konseling: Dasar-Dasar Penggembalaan Jemaat yang Membutuhkan - Red.) (wawancara audio) menawarkan pendekatan yang jelas dan konkret untuk konseling yang bersumber dari Kitab Suci dan memperkenalkan pendeta kepada pekerjaan percakapan pelayanan yang membangun.
Tidak Ada Konseling Berarti Tidak Ada Pelayanan
Pierre dan Reju percaya bahwa pelayanan Kristen yang sejati melibatkan pelayanan konseling yang aktif:
Maksud kami sederhana: gembala menggembalakan. Tugas pendeta adalah memuridkan, dan pemuridan sering kali mencakup menasihati orang untuk menolong mereka melalui situasi sulit. (16)
Para penulis mengarahkan kita menuju pemahaman khusus tentang pelayanan pastoral sebelum menguraikan pendekatan mereka terhadap konseling pastoral. Hal ini tampaknya penting karena banyak pendeta mengabaikan konseling bukan karena mereka salah memahami konseling, melainkan karena mereka salah memahami esensi pekerjaan pastoral.
Saya menggambarkan logika Pierre dan Reju demikian: jika pelayanan Injil adalah pelayanan firman Allah yang didukung oleh Roh Kudus dan pelayanan firman Allah membutuhkan interaksi dan dialog pribadi dengan orang-orang yang menderita, berarti pelayanan Injil dan pelayanan konseling itu dijalin bersama-sama. Sementara seorang pendeta tidak harus menanggung seluruh beban konseling di gereja, Pierre dan Reju tidak dapat membayangkan cara bagi para pemimpin gereja untuk memenuhi panggilan mereka sebagai gembala tanpa memiliki interaksi pribadi yang berkelanjutan dengan para domba, terutama domba yang berada dalam kesulitan.
Lagi pula, kita tidak bertumbuh dalam Kristus secara diam-diam. Kita mengakui iman kita, menyanyi, menangis, mengakui dosa, dan berbincang. Ditambah lagi, kita tidak bertumbuh dalam Kristus seorang diri. Artinya, para pendeta tidak dapat membantu anggota mereka berjalan dengan Kristus tanpa mendengar mereka menangis, tanpa mendengarkan masalah mereka, dan tanpa memimpin mereka melalui Kitab Suci dalam percakapan.
Sebagai pendeta, kita tidak perlu sendiri dalam pekerjaan ini. Banyak pria dan wanita dalam tubuh Kristus harus diperlengkapi dalam pemberitaan firman mereka secara pribadi; bagaimanapun, setiap orang dari kita akan membutuhkan bantuan cepat atau lambat. Bersembunyi di balik mimbar atau daftar panjang sumber rujukan profesional tidak dapat mencegah kenyataan. Orang-orang akan memanggil pendeta mereka pada saat-saat sulit. Mereka akan dan harus melakukannya. Saya pikir kita semua percaya itu terjadi. Lantas, pertanyaan besarnya adalah apa yang akan kita lakukan pada saat-saat itu? Bagaimana kita akan membantu mereka?
Pierre dan Reju menjawab pertanyaan seperti ini.
Konseling yang Dilakukan dengan Baik
Presentasi sederhana tentang metode konseling alkitabiah membentuk inti dari buku The Pastor and Counseling. Orang-orang mencari bantuan dari pendeta mereka untuk berbagai alasan, di bawah berbagai tekanan, dan dengan berbagai tujuan. Jadi, Pierre dan Reju memberikan tip untuk pertemuan awal, untuk mengajukan pertanyaan, dan untuk membimbing tujuan dan harapan pelayanan.
Meskipun tidak pernah dinyatakan secara langsung, saya pikir Pierre dan Reju mencoba membantu para pendeta mengesampingkan rasa takut terhadap konseling. Mendengarkan masalah pribadi dengan belas kasih, secara bijak membedakan keinginan hati, dan mengatakan kebenaran dalam kasih bukanlah tugas yang mudah bagi siapa pun, tetapi kemampuan yang disucikan ini dapat dipelajari dan dipraktikkan.
Meskipun percakapan selalu dapat mengarah ke sejumlah kemungkinan jalur secara mendadak, seorang pendeta tidak harus merasa tersesat atau kewalahan. Pierre dan Reju menawarkan sejumlah strategi konkret dan sederhana untuk menerima dan membimbing percakapan konseling. Mereka memberikan titik-titik jangkar dan penanda jarak, tetapi membiarkan kita mengisi jarak di antaranya dengan nada lembut, kehalusan emosional, pengalaman hidup, dan hubungan langsung dengan Juru Selamat.
Saya kira orang bisa salah mengartikan kesederhanaan pemikiran dan kejelasan tulisan para penulis bahwa konseling alkitabiah dapat dipelajari dengan cepat dan mudah. Akan tetapi, Pierre dan Reju tidak mengklaim menawarkan pelatihan yang komprehensif dalam pelayanan pribadi Firman Allah; sebaliknya, mereka mengusulkan struktur konseling yang sederhana -- "remedi penebusan" (77) -- sambil menyisakan ruang untuk hal-hal yang rumit. Ini menghasilkan kerangka yang luar biasa dengan beberapa organ utama dan pembuluh darah, tetapi menyisakan banyak ruang bagi para pendeta untuk menambahkan otot, berbagai kelenjar, dan jaringan mereka sendiri dari firman Allah.
Konseling Membutuhkan Komunitas
Dua bab terakhir bertujuan untuk mencegah pendeta terjatuh ke dalam dua lubang potensial dalam konseling: (1) pelayanan konseling tanpa gereja, dan (2) pelayanan konseling tanpa dukungan sumber daya yang arif dari masyarakat sekitar. Para pendeta didorong untuk mendoakan adanya "budaya pemuridan" (103) di gereja mereka dan bekerja untuk suasana kepedulian yang penuh kasih, percakapan yang bijaksana, dan nasihat yang berpusat kepada Kristus.
Pierre dan Reju juga menghargai pemanfaatan bijak terhadap berbagai sumber daya profesional dan medis ketika situasi membutuhkannya. Pendeta dan penatua tidak boleh melepaskan diri dari percakapan, tetapi pada saat yang sama, mereka tidak boleh memikul beban sendirian. Para anggota dapat diperlengkapi untuk melayani satu sama lain, dan anggota komunitas dapat dilibatkan untuk melayani dengan cara-cara yang spesifik dan bermanfaat.
Undangan untuk Merebut Kembali Medan
Buku The Pastor and Counseling mengundang dan menantang para pendeta untuk merebut kembali tanggung jawab khusus mereka dalam menggembalakan umat Allah melalui pelayanan firman Allah secara pribadi. Pierre dan Reju tidak akan membiarkan kita melintas di atas lubang kehidupan manusia yang berantakan seolah-olah kita tidak termasuk di dalamnya. Orang-orang, pada titik tertentu, sama-sama memiliki beban yang unik dan mencari dukungan yang dirancang tepat dengan detail kehidupan mereka. Mereka menjadi khawatir, marah, dan penuh keputusasaan. Mereka membutuhkan firman yang dikhotbahkan. Mereka membutuhkan firman yang diwujudkan. Dan, mereka membutuhkan firman yang dilayankan -- secara pribadi -- ke dalam kehidupan mereka (Kol. 1:28-29; 3:16; 1Tes. 4:18; 5:14).
Pelayanan pastoral tidak dapat bertahan, apalagi berkembang, tanpa kebijaksanaan situasional, doa yang responsif, dan banyak kesaksian dari Kitab Suci yang diterapkan secara halus pada kerut kehidupan manusia. Syukurlah, Roh Kudus setia mengingatkan tentang apa yang kita butuhkan pada saat-saat tertentu dengan orang-orang tertentu yang memikul beban tertentu. Akan tetapi, setiap pendeta membutuhkan titik awal, dan Pierre dan Reju telah menyediakan tempat yang sangat baik untuk memulai. (t/N. Risanti)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | The Gospel Coalition |
Alamat situs | : | https://thegospelcoalition.org/reviews/pastor-counseling-shepherding-members |
Judul asli artikel | : | The Pastor and Counseling: The Basics of Shepherding Members in Need |
Penulis artikel | : | John Henderson |