Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Artikel

Takut

Edisi C3I: e-konsel 255 - Merdeka dari Ketakutan

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Mungkin 1 dari 9 orang yang pernah melakukan konseling sering kali meremehkan masalah takut. Padahal, kebanyakan orang sering bergumul dengan rasa takut -- dalam tingkat dan bentuk yang berbeda-beda. Kita tidak tahu berapa banyak orang yang merasa takut saat naik elevator, takut dengan ketinggian, takut mengalami penolakan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, dsb.. Meskipun rasa takut bisa disembunyikan, rasa itu akan terus menjalar dan mencengkeram.

Rasa takut yang berlebihan dapat "menghancurkan" manusia. Alkitab, secara khusus memberikan banyak pembahasan tentang hal ini. Bahkan, dalam banyak kesempatan, Allah menasihati umat-Nya agar "jangan takut". Mengapa perintah ini diulang terus-menerus? Karena Allah tahu betapa nyatanya rasa takut itu bagi manusia, dan betapa perlunya kita diingatkan terus untuk memercayai-Nya di segala situasi dan kondisi. ... baca selengkapnya »

Bimbingan Konseling bagi Anak yang Suka Tawuran

Edisi C3I: e-Konsel 252 - Menangani Anak yang Terlibat dalam Perkelahian Antarpelajar

Ditulis oleh: Sri Setyawati

Psikolog A. Bandura mengatakan, "Masa remaja menjadi suatu masa pertentangan dan pemberontakan," karena pada masa ini para remaja terlalu menitikberatkan ungkapan-ungkapan bebas dan ringan dari ketidakpatuhan, seperti model potongan rambut dan pakaian yang nyentrik. Bacaan, film, dan media massa lainnya, sering menggambarkan para remaja sebagai kelompok yang tidak bertanggung jawab, memberontak, melawan, dan bertindak sensasional.

Para remaja adalah kelompok manusia yang masih mengalami perkembangan, baik secara emosi, psikis, dan kepribadian. Oleh karena itu, keadaan mereka bisa dikatakan masih sangat labil. Mereka masih mencari jati diri mereka yang sebenarnya, mudah tersinggung apabila keinginannya tidak terpenuhi, cenderung susah dinasihati karena merasa orang yang lebih tua daripada mereka belum tentu benar, dan lebih merasa nyaman bertukar pikiran atau bergaul dengan teman-teman sebayanya. Jadi, tidak heran jika anak remaja suka berkelompok atau membentuk "geng". Di dalam kelompok tersebut, mereka saling bergantung dan berinteraksi untuk kepentingan bersama. Meskipun belum tentu kelompok yang mereka miliki selama di SMP akan sama hingga mereka berkeluarga nanti, mereka akan tetap membentuk kelompok yang biasanya memiliki minat dan harapan yang sama. Jika 1 orang dalam kelompok suka mabuk, maka anggota yang lain pun ikut mabuk. Dalam hal kekompakan, mereka patut diacungi jempol. Bahkan, saking solidnya, jika seorang dari mereka memiliki masalah dengan orang yang bukan anggota kelompoknya, remaja biasanya akan melibatkan teman sekelompoknya, untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tawuran pun tidak terelakkan lagi. ... baca selengkapnya »

Peran Keluarga Dalam Penanggulangan Narkoba

Edisi C3I: e-Konsel 251 - Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba [singkatan dari narkotik dan obat/bahan berbahaya, Red.] adalah "bahan-bahan" yang mengandung zat/unsur narkotik [obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk, atau merangsang, Red.], seperti opium [getah buah Papaver Sommiferum yang belum masak dan telah dikeringkan, Red.], ganja [tanaman setahun yang mudah tumbuh, merupakan tumbuhan berumah dua, pada daun mengandung zat narkotik aktif, terutama tetrahidrokanabinol, Red.], kokain [merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka Erythroxylon Coca, yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan "efek stimulan", Red.], dan senyawa-senyawa psikotropika [senyawa yang dapat memengaruhi aktivitas pikiran; zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Red.]. Misalnya, ekstasi [tablet yang mengandung zat adiktif, yang mampu memacu kekuatan daya tubuh hingga berjam-jam, dan menimbulkan perasaan senang, gembira, dan riang yang luar biasa terhadap sesuatu, memunyai efek dapat menyerang susunan syaraf pusat (otak), Red], amfetamin [kelompok obat perangsang yang mengimbas perasaan bugar, Red.], sabu-sabu [Metamfetamina (metilamfetamina atau desoksiefedrin), disingkat met, dan dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik, Red.], zat sedatif [zat alami atau zat sintetis yang dapat meredakan keaktifan dan kegembiraan; obat penenang,Red.], dan zat-zat lain yang menimbulkan adiksi [kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu zat, Red.] seperti nikotin [zat racun yang terdapat pada tembakau, Red.], kafein [senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan; merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara, Red.], alkohol [merupakan unsur ramuan yang memabukkan, Red], dll.. Pada umumnya zat-zat tersebut menyebabkan ketagihan. Kebutuhan tubuh terhadap zat tersebut makin lama makin meningkat, dari dosis kecil lalu menjadi semakin besar. ... baca selengkapnya »

Definisi, Penyebab, dan Macam-Macam Penyakit Sosial

Edisi C3I: e-Konsel 249 - Penyakit Sosial

G. Kartasaputra mendefinisikan bahwa perilaku penyimpangan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, yang tidak sesuai atau tidak menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik yang dilakukan secara sadar ataupun tidak. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut, apabila terus berkembang akan menyebabkan timbulnya penyakit sosial dalam masyarakat. Dengan kata lain, penyakit sosial adalah bentuk penyimpangan terhadap norma masyarakat yang dilakukan secara terus-menerus.

Sama halnya dengan penyakit-penyakit fisik pada umumnya, penyakit sosial pun tidak muncul secara seketika. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit sosial di masyarakat kita. Faktor-faktor tersebut antara lain: ... baca selengkapnya »

Hubungan dengan Keluarga Pasangan

Edisi C3I: e-Konsel 247 - Menghormati Keluarga Pasangan

Apa utang saya kepada keluarga mertua? Itu adalah pertanyaan yang menarik. Cara lain untuk mengatakannya adalah "Sebagai menantu, apa yang diminta dari saya? Apa saja kewajiban-kewajiban saya, entah saya menyukainya atau tidak, yang berkaitan dengan orang tua pasangan (mertua) saya?"

Katakanlah begini, sepertinya ini bukanlah hubungan yang hangat atau santai. Sepertinya, mertua Anda merupakan beban dalam hidup Anda. Di satu sisi, Anda mungkin merasa terjebak antara mencoba menyenangkan mereka (atau mencoba untuk tidak menyinggung mereka), dan di sisi lain Anda hanya ingin menjadi diri sendiri atau ingin memiliki "ruang" untuk diri Anda sendiri.

Prinsip pertama yang berlaku di sini adalah, jika Anda orang Kristen, maka Anda perlu menunjukkan karakter Kristen dengan konsisten kepada mertua -- seperti yang Anda lakukan kepada orang lain. Tindakan Anda tidak mengabaikan kenyataan apakah mertua Anda orang yang "sulit", suka mengendalikan dan memanipulasi, memiliki disfungsi secara emosi atau mental, atau tidak seiman. Hal ini mungkin menjadi tantangan yang benar-benar sulit. Masalahnya adalah mereka bukan "orang lain". Mereka memunyai hubungan genetik, sejarah, dan dinamika psikologis yang kompleks dengan pasangan Anda. ... baca selengkapnya »

Orang Tuaku, Orang Tuamu, dan Kita

Edisi C3I: e-Konsel 245-Beradaptasi dengan Keluarga Suami/Istri

Pengalaman dan hubungan yang terjadi pada masa lalu dapat memengaruhi kehidupan kita sekarang dan yang akan datang. Hubungan lama Anda dengan orang tua, dan hubungan baru Anda dengan mertua pasti berdampak pada pernikahan Anda. Namun demikian, Anda masih dapat membangun hubungan yang positif dan sehat dengan mertua maupun orang tua Anda. Karena itu, mari kita teliti hal-hal yang dapat menjadi sumber konflik dan bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam pernikahan. ... baca selengkapnya »

Anak Underachiever

Edisi C3I: e-Konsel 244 - Mengenal Anak

Anak "underachiever" adalah anak yang berpotensi (berbakat), namun tidak berprestasi. Beberapa fakta mengenai anak "underachiever" -- berdasarkan hasil penelitian:

  1. "Underachiever" di Amerika ternyata jumlahnya cukup banyak, sekitar 10-40 persen dari populasi anak berbakat/istimewa (gifted). Mengapa anak istimewa? Karena penelitian terhadap anak "underachiever" biasanya dilakukan kepada anak istimewa, yang IQ-nya di atas rata-rata.

  2. Prestasi yang rendah merupakan gejala dari berbagai masalah pribadi sosial. Artinya, masalah "underachiever" ini sangat kompleks, bisa dari masalah pribadi (kesehatan, psikologis) dan sosial (keluarga, sekolah, teman).

  3. Sekolah menjadi prioritas yang terakhir. Bagi anak "underachiever" kegiatan lain yang mereka sukai lebih dominan.

  4. Intervensi diri memberi hasil yang lebih efektif. Tanda-tanda kebiasaan buruk anak harus dikenali sejak awal. Misalnya, ia kurang berprestasi. Kalau ditangani sejak dini akan semakin cepat membantunya. Namun, hal itu bukan berarti kalau anak kita sudah besar, tidak ada yang bisa kita lakukan. Masih bisa, hanya butuh kesabaran dan usaha yang ekstra sampai kita menemukan metode yang tepat untuk anak-anak tersebut.

Menolong Anak Agar Tidak Malas Belajar

Ditulis oleh: Sri Setyawati

"Kenapa sih, kamu ini malas sekali kalau disuruh belajar?" omel seorang ibu. Keluhan semacam ini mungkin pernah Anda ucapkan ketika anak Anda tidak mau belajar. Lalu apa yang Anda lakukan? Menjewer, memukul, menarik dan mendudukkannya ke kursi, serta menungguinya untuk belajar?

Mengapa anak-anak malas belajar? Apa saja yang menyebabkannya? Ada banyak faktor yang menyebabkan anak malas belajar. Secara umum, faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian. ... baca selengkapnya »

Kesepian

Edisi C3I: e-Konsel 111 - Mengatasi Kesepian

Saya pernah menyalin kutipan ini, "Kesepian merupakan lubang di dalam jiwa, seorang narapidana tak henti-hentinya mengetuk-ngetuk batu dan menantikan ketukan balasan dengan sia-sia." Demikianlah yang saya rasakan ketika saya kesepian - terasing, tetapi bukan atas kehendak saya, tidak mungkin membuat diri saya didengar, dimengerti, dilihat, diterima, dinilai, atau dikasihi. Secara fisik, kesepian adalah suatu serangan akut dari kerinduan akan sentuhan. Saya rindu sekali untuk dipegang dan dibelai. ... baca selengkapnya »

Pesan Membangun Sangat Bermanfaat

Pesan membangun adalah pesan yang menyampaikan sesuatu yang baik kepada anak tentang dirinya. Pesan positif ini tidak meningkatkan nilai anak; dia tidak ternilai dalam pandangan mata Tuhan. Pesan membangun tersebut meningkatkan nilai anak Anda dalam pandangannya sendiri, sehingga membuka kemungkinan untuk belajar, bertumbuh, menjadi dewasa, dan mandiri.

Kita perlu membangun anak-anak kita setiap hari. Komentar yang spontan dan tanpa dipikirkan lebih dulu, maupun pernyataan yang direncanakan dan langsung, sama efektifnya. Membangun berarti memberikan lebih banyak penegasan daripada pembetulan. Coba perhatikanlah selama beberapa hari, pada sisi manakah pesan Anda berpengaruh pada anak Anda. Apabila Anda berusaha untuk menyampaikan pesan yang membangun setiap hari, maka itu akan menjadi tanggapan yang spontan. Dengan membangun, menunjukkan bahwa Anda percaya akan kemampuan anak Anda untuk belajar, beruabah, dan bertumbuh. Dengan membangun, menunjukkan bahwa Anda menyadari gambaran macam apakah yang Anda inginkan untuk dimiliki anak Anda tentang dirinya sendiri. Pikiran Anda seperti sebuah komputer. Setiap pesan yang Anda sampaikan kepadanya akan disimpan dalam kelompok data: meremehkan atau membangun. Kelompok data yang paling banyak akan memengaruhi bagaimana anak Anda memandang dan menilai dirinya. Apabila pesan yang membangun biasa terjadi, maka anak Anda tidak akan terpaku karena menjadi korban kesalahan. ... baca selengkapnya »

Komentar


Syndicate content