Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Mengatasi Kejenuhan Dalam Pekerjaan
Edisi C3I: e-Konsel 101 - Keseimbangan dalam Bekerja
Salah satu kegiatan sehari-hari yang menyita banyak waktu adalah bekerja. Maka tidak mengherankan pula jika tiba-tiba Anda mengalami rasa jenuh terhadap pekerjaan Anda. Dalam ringkasan perbincangan bersama Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. berikut ini, silakan simak mengapa kejenuhan dalam bekerja ini bisa terjadi dan bagaimana mengatasinya.
T: Bagaimanakah gambaran orang yang jenuh terhadap pekerjaannya?
J: Ada beberapa yang bisa kita perhatikan,
PERTAMA, orang yang jenuh itu tidak lagi bersemangat dan di tempat kerjanya pun dia menjadi sangat lamban, tidak lagi efektif.
KEDUA, bisa juga ini mempengaruhi perasaannya. Ia menjadi lebih sensitif, mudah marah, tersinggung, dan akhirnya mengganggu para relasi kerjanya. Jadi kadang-kadang perasaannya tidak stabil.
KETIGA, menurunnya daya tahan tubuh. Orang yang mengalami kejenuhan dalam waktu yang lama akhirnya sakit-sakitan dan keluhan-keluhan mulai muncul. Pada akhirnya ia mulai minum obat untuk menghilangkan rasa sakit, semua itu merupakan gejala dari kejenuhan yang menimbulkan stres pada jiwanya.
T: Ternyata kejenuhan tidak dipengaruhi oleh waktu, karena meskipun tidak cukup lama bekerja di suatu bidang, bisa saja merasa jenuh. Benarkah demikian?
J: Memang kejenuhan ini bisa ditimbulkan oleh beberapa sebab. PERTAMA adalah merasa bidang ini tidak sesuai dengan kebisaannya, kesukaannya atau seleranya, sehingga tidak lagi bisa menikmati pekerjaannya.
KEDUA adalah tidak melihat makna dari apa yang dilakukannya. Makna ini adalah sesuatu yang mesti dihayati secara pribadi. Makna dari pekerjaan tidak tergantung pada jenis pekerjaannya, sesederhana apapun kalau kita bisa memaknainya, pekerjaan itu akan bisa memberi kita semangat dan mengurangi kemungkinan muncul kejenuhan dalam pekerjaan itu. Paulus mengatakan di Kolose 3:23, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Artinya Tuhan melihat, Tuhan menghargai dan Tuhan akan gunakan meskipun dengan cara yang belum tentu kasat mata atau bisa kita lihat.
T: Harus diakui, sekalipun kita mempunyai persepsi yang betul, visi yang jelas, kejenuhan itu tetap saja kita alami. Pada saat-saat kejenuhan itu kita alami, apa yang bisa kita lakukan?
J: Benar, tapi kalau kita bisa menemukan makna dari pekerjaan kita, seharusnya kejenuhan itu tidak bertahan untuk waktu yang lama. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan bila kita jenuh,
PERTAMA, lakukanlah aktivitas sesuai dengan hobi kita. Tetap lakukan pekerjaan kita. Jam kerja kita gunakan untuk mengerjakan tugas kita, di luar jam kerja lakukanlah hal-hal yang menyenangkan hati. Ini akan dapat menetralisir kejenuhan, ingatlah bahwa pada akhirnya kejenuhan kerja berdampak luas dan berubah menjadi kejenuhan hidup. Itu sebabnya kita perlu menambahkan aktivitas yang menggembirakan hati ke dalam jadwal kehidupan kita. Kita bisa mencoba hobi yang baru, belajar ketrampilan yang baru, belajar menyanyi, belajar musik atau apa saja.
KEDUA, di tempat kerja bangunlah relasi dengan mitra kerja. Relasi yang sehat akan mengurangi keengganan kita melakukan pekerjaan yang tidak kita sukai. Setiap hari kita mungkin kehilangan semangat untuk masuk kerja, tetapi kita masih tetap bisa bersemangat bertemu dengan rekan-rekan yang menjadi sahabat. Kita bisa ngobrol-ngobrol, bercanda di sela-sela istirahat kita. Itu menjadi sesuatu yang menyegarkan kita sehingga kita bisa melewati hari kerja kita setiap hari.
KETIGA, perbaikilah kondisi fisik kerja dengan hal-hal kecil. Kita harus kreatif, misalnya taruhlah foto keluarga di meja atau gantunglah lukisan alam yang menyejukkan, sehingga waktu capek kita dapat melihatnya dan segar kembali. Atau buatlah kopi di pagi hari, sementara di sore atau siang hari buatlah coklat yang panas untuk diminum. Bisa juga menaruh dekorasi atau pajangan tertentu. Hal-hal kecil itu bisa mengubah suasana kerja karena suasana kerja juga berpengaruh terhadap emosi dan suasana hati kita. Hal-hal kecil itu kadang-kadang kita anggap tidak penting, tapi ternyata penting sekali.
KEEMPAT, sedapatnya berilah sumbangsih nyata kepada atasan kita. Maksudnya adalah kalau ada ide, sedapatnya sampaikan kepada atasan kita. Namun yang penting adalah jangan memaksakan pendapat, berilah masukan dalam bentuk alternatif untuk dipertimbangkan. Seorang atasan lama-lama akan menghargai kalau kita bisa memunculkan alternatif pemikiran-pemikiran atau ide- ide lain untuk memberi dia banyak pilihan. Waktu kita mulai lebih sering menyampaikan gagasan, dan mudah-mudahan gagasan kita itu lebih sering diterima, kita akan bisa lebih menikmati pekerjaan kita. Kejenuhan bisa berkurang sebab kita dapat merasa memberikan sumbangsih yang nyata dalam pekerjaan kita. Atasan yang baik juga seharusnya tanggap untuk memberikan pujian kepada karyawan yang telah menyumbangkan idenya.
KELIMA, persiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan. Kita bisa meningkatkan ketrampilan khusus kita, belajar sesuatu yang baru. Apa yang kita inginkan nanti untuk kita kerjakan hendaknya kita persiapkan dari sekarang. Jadi selama kita belum mendapatkan pekerjaan yang kita idamkan, untuk mengurangi kejenuhan kita di tempat kerja, sekarang tambahkanlah aktivitas untuk mempersiapkan diri mendapatkan pekerjaan yang lain itu.
KEENAM, jangan pernah mengesampingkan kemungkinan membuka usaha sendiri. Resikonya memang tinggi tapi perhitungkan semuanya, cobalah pertimbangkan alternatif ini.
KETUJUH, jangan tinggalkan pekerjaan yang ada sebelum ada jaminan keberhasilan usaha sendiri itu. Bangunlah pekerjaan yang baru perlahan-lahan, kalau sudah jelas melihat hasilnya, barulah ambil langkah yang lebih berani untuk meninggalkan pekerjaan yang lama itu.
T: Adakah Firman Tuhan yang sesuai?
J: Kadang-kadang Tuhan tetap membiarkan kita di tempat yang sama. Mungkin salah satu alasannya adalah Tuhan melihat bahwa pekerjaan yang baru itu membawa akibat buruk yang tidak bisa kita ketahui sekarang. Tuhan sedang melindungi kita dari bahaya, dari persoalan yang mungkin timbul. Banyak keluarga berantakan gara- gara pekerjaan berubah, penghasilan bertambah, status sosial meninggi dan akhirnya berantakan. Firman Tuhan dalam Amsal 3:5, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." Jangan langsung percaya diri bahwa ini benar dan lupa Tuhan. Selalulah tunduk, biar Dia yang memimpin, menentukan langkah-langkah hidup kita.