Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

TELAGA

TELAGA

TELAGA

TELAGA

Telaga Menjawab

Edisi C3I: e-Konsel 320 - Mengadopsi Anak

Konseli:

Saya memiliki 4 orang anak: sebut saja A (10 tahun), B (6 tahun), C (5 tahun) dan D (3 tahun). A dan B adalah anak angkat saya.

Cerita awalnya seperti ini: suami saya memunyai seorang adik angkat perempuan (mereka empat bersaudara laki-laki semua, sehingga orang tuanya mengangkat seorang anak perempuan). Adik perempuan ini hidup bebas sampai mengandung di luar nikah. Pada mulanya, ia ingin menggugurkan kandungannya, tetapi selalu gagal. Sampai akhirnya lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama A. Ibunya tidak mau memeliharanya, sehingga menjadi tanggung jawab suami saya karena dia anak pertama. ... baca selengkapnya »

Pernikahan di Mata Tuhan

Edisi C3I: e-Konsel 315 - Pernikahan yang Dikenan Tuhan

Dalam ceramah yang berkaitan dengan memilih pasangan hidup, kadang saya mendapat pertanyaan, "Bolehkah menikah dengan orang yang tidak seiman?" Sesungguhnya, jawaban terhadap pertanyaan ini bergantung pada bagaimanakah kita memandang pernikahan itu sendiri. Jika kita memandang pernikahan lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan, keharmonisan rumah tangga, menyambung keturunan, dan menjadi wadah yang sehat bagi pertumbuhan anak-anak, maka jawabannya adalah "Tidak boleh". Demikian juga sebaliknya. Jadi, bagaimanakah seharusnya kita memandang pernikahan? Pada dasarnya, kita harus memandang pernikahan dari sudut pandang kemuliaan Tuhan. Firman Tuhan dalam Efesus 1:5-6, 12 berkata, "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita ... supaya kami yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya." ... baca selengkapnya »

Belajar Bijak

Edisi C3I: e-Konsel 307 - Konselor yang Bijaksana

Dapatkah hikmat dipelajari? Apakah orang dilahirkan bijak ataukah ia dibentuk menjadi bijak? Kitab Amsal menyediakan banyak contoh perilaku orang yang bijak dan ternyata hikmat dapat dipelajari. Di bawah ini dipaparkan beberapa faktor yang membuat orang bijak. ... baca selengkapnya »

Mengatur Keuangan Keluarga

Edisi C3I: e-Konsel 298 - Mengelola Uang

Salah satu sumber pertikaian dalam rumah tangga adalah uang. Karena kurang uang kita bertengkar; kelebihan uang kita pun bertengkar. Bagaimanakah caranya mengatur masalah keuangan, sehingga tidak harus menjadi penyebab perselisihan? ... baca selengkapnya »

Suami yang Memimpin dan Istri yang Menolong (I)

Edisi C3I: e-Konsel 285 - Hubungan Suami-Istri

Ada banyak penyebab mengapa timbul masalah dalam pernikahan. Salah satunya adalah kegagalan suami dan istri berperan fungsi sesuai dengan desain yang telah ditetapkan Tuhan. Sebagaimana kita ketahui lewat Firman-Nya di Kejadian 2:18 dan Efesus 5:22-33, Tuhan menghendaki suami bertugas sebagai "kepala" yang memimpin istri dan istri sebagai "pendamping" yang menolong suami. ... baca selengkapnya »

Kasih yang Sejati

Edisi C3I: e-Konsel 281 - Kasih untuk Mengampuni

Semua orang bisa mencintai; yang membedakan satu dengan yang lain adalah bagaimana kita mencintai. Amnon pun mencintai Tamar, adik tirinya, namun setelah ia memperkosanya, cintanya terhadap Tamar lenyap, "... bahkan lebih besar benci yang dirasanya kepada gadis itu daripada cinta yang dirasakannya sebelumnya." (2 Samuel 13:15) ... baca selengkapnya »

Natal dan Keluarga

Edisi C3I: e-Konsel 272 - Natal yang Berharga

Keluarga didesain Tuhan agar manusia dapat hidup dan dibesarkan dalam kasih. Puncak kasih adalah penyatuan, bukan hanya keintiman. Di dalam keluarga, kasih antara dua individu mengecap titik tertingginya. Di dalam keluarga, anak bertumbuh dalam kasih dan belajar mengasihi. Secara alamiah kita mengasihi anak, sebab anak adalah darah dan daging -- perpanjangan diri -- kita. Kasih adalah gizi mutlak yang diperlukan anak untuk dapat bertumbuh dengan sehat. Bahkan, di dalam keluarga pula anak belajar mengasihi. Setelah menerima kasih, anak belajar membalas kasih orang tua, dan pada akhirnya ia pun belajar mengasihi kakak, adik, teman, dan orang-orang di sekitarnya. Inilah rencana Tuhan untuk keluarga. Itulah sebabnya, dari semua ciptaan-Nya, hanya manusialah yang didesain untuk berkeluarga. ... baca selengkapnya »

Bagaimana Mendampingi Orang Sakit yang Menjelang Ajal

Edisi C3I: e-konsel 268 - Lawatan Pastoral

Dokter perlu memberitahukan kepada pihak keluarga, bahwa pasien sudah tidak memiliki harapan untuk hidup lebih lama lagi. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan keluarga dan pasien itu sendiri. Jika pihak keluarga tidak diberi tahu mengenai keadaan pasien yang sebenarnya dan akhirnya sang pasien meninggal, maka dokter bisa saja disalahkan oleh pihak keluarga. Dokter tidak perlu menutupi keadaan pasien, jika memang yang bersangkutan sudah tidak bisa ditolong. Setelah mendiagnosis dan kelihatannya tidak ada harapan, sebaiknya dokter memberitahukan kebenarannya. ... baca selengkapnya »

Berpacaran Dengan Siapa?

Edisi C3I: e-konsel 264 - Relasi Kaum Muda

Salah satu masalah yang sering dihadapi anak-anak Tuhan dewasa ini adalah keterbatasan pilihan pasangan hidup. Pada umumnya, mencari orang seiman dan sepadan tidaklah mudah. Kadang, kita menemukan yang seiman namun tidak sepadan; atau kadang menemukan yang sepadan tetapi tidak seiman. Apakah yang mesti dilakukan dalam kondisi seperti ini? Berikut akan dipaparkan beberapa masukan sebagai panduan menghadapi masalah ini. ... baca selengkapnya »

Berhati-Hati Dengan Lidah

Edisi C3I: e-konsel 260 - Perkataan Negatif

"Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba sehingga Musa kena celaka karena mereka; sebab mereka memahitkan hatinya sehingga ia teledor dengan kata-katanya." (Mazmur 106:32-33)

Salah satu kisah tragis yang dicatat di Alkitab adalah kisah kegagalan Musa masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan. Di padang gurun Meriba, orang Israel mengeluhkan ketidakadaan air, dan Tuhan memerintahkan Musa untuk berkata-kata kepada bukit batu untuk mengeluarkan air. Musa tidak menaati Tuhan; bukannya berkata-kata, ia malah memukul bukit batu itu dua kali. Tuhan marah dan berkata kepada Musa, "Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka." (Bilangan 20:2-13) Musa gagal sebab ia teledor dengan mulutnya. Dan sayangnya, ada begitu banyak orang yang gagal oleh karena perkataannya. Yakobus 3:2-12, memberi kita panduan tentang menjaga lidah sebagaimana dapat kita lihat berikut ini. ... baca selengkapnya »

Komentar


Syndicate content