Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Artikel Terbaru C3I

Manusia Tanpa Kristus adalah Terhilang

Edisi C3I: e-Konsel 004 - Makna Hidup

Sebelum seorang konselor memberikan bantuan praktis kepada konselee (orang yang dilayaninya), ia harus lebih dahulu memulainya dengan

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
Publikasi e-Konsel
Penerbit: 
Yayasan Lembaga SABDA

Kerapuhan Hidup

Edisi C3I: e-Konsel 001 - Visi, Misi, Tujuan C3I

Sewaktu saya kuliah dulu, seorang dosen saya pernah menceritakan tentang salah satu kliennya yang mengalami "mental breakdown"

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
Parakaleo
Penerbit: 
Departemen Konseling Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia, Vol.VI/No.1/Edisi Januari-Maret 1999

Dampak Negatif Permainan Ding-dong

Walaupun artikel ini ditulis tahun 1993, tetapi secara prinsip, isi dari artikel ini masih sangat relevan dengan keadaan sekarang (dengan berbagai jenis permainan lain seperti Sega, PlayStation, Komputer, dll.). Silakan simak pendapat, saran dan komentar- komentarnya, kami yakin ada manfaat yang dapat Anda ambil.

DAMPAK NEGATIF PERMAINAN DING-DONG:
Anak-anak yang Ketagihan Menjadi Malas Belajar
... baca selengkapnya »

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 110)
Penerbit: 
--

Video Games dan Pendidikan

Berikut ini adalah sebuah artikel yang ditulis tahun 1994 dengan contoh kasus yang terjadi di Amerika Serikat. Jika Anda bandingkan keadaan saat itu dengan keadaan sekarang di Indonesia, maka kita lihat hal ini tidak jauh berbeda, karena jaman "Video Games" sudah betul-betul datang di Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruhnya terhadap pendidikan, silakan simak artikel ini lebih lanjut.

VIDEO GAMES DAN PENDIDIKAN
... baca selengkapnya »

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 110)
Penerbit: 
--

Anak Anda dapat Menjinakkan Si Monster Televisi

Menarik sekali memperhatikan angka-angka statistik. Di Amerika Serikat jika seorang anak telah menamatkan SMA, ia telah menghabiskan waktu sekitar 15.000 jam untuk menonton televisi. Jumlah waktu ini lebih banyak daripada yang dipakainya untuk kegiatan apa pun lainnya kecuali tidur. Selama 15.000 jam itu ia telah diperhadapkan dengan 350.000 iklan dan telah menyaksikan 18.000 pembunuhan. Bagaimana dengan di Indonesia? Kalau setiap anak rata-rata menonton televisi selama 3 jam sehari maka dalam setahun ia sudah menghabiskan waktu sekitar 1.095 jam. Dan kalau ia sudah mulai menonton sejak umur 4 atau 5 tahun, maka pada waktu ia lulus SMA, sama seperti di Amerika, ia juga sudah menghabiskan sekitar 15.000 jam untuk nonton televisi.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 109)
Penerbit: 
--

Mengenal Kebutuhan Anak

1. Kebutuhan untuk dipelihara dan dirawat

Bila anak-anak merasa bahwa ia bukanlah yang penting dalam keluarganya, dan orangtuanya lebih mengarahkan perhatian kepada pekerjaan mereka semata-mata, maka ia merasa kehadirannya tidak diharapkan. Seringkali kita jumpai orangtua hanya mementingkan diri sendiri, tidak memperhatikan kewajibannya sebagai ayah dan ibu. Dengan hati pedih, terpaksa harus diakui bahwa di sekitar kita masih ada ayah yang lebih mementingkan kesenangan pribadi, daripada memelihara anak-anaknya, lebih suka membawa uangnya ke meja judi daripada membeli beras untuk memelihara isteri dan anaknya.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 077)
Penerbit: 
--

Renungan untuk Orangtua

"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian- bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya." (Mazmur 139:13-16)

Anak-anak adalah pemberian Allah. Menjadi orangtua adalah anugerah dan kepercayaan yang tidak ada bandingnya.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 077)
Penerbit: 
--

Mengenal Tipe Gaya Belajar

Setiap anak mempunyai dan bekerja dengan model atau gaya belajarnya sendiri. Menurut David Kolb (Styles of Learning Inventory, 1981) ada empat jenis atau tipe gaya belajar.

[Red. Empat jenis/kuadran yang muncul dari dua sumbu/parameter di bawah ini:
Pengalaman KONGKRET (Perasaan) - Konseptualisasi ABSTRAK (Pikiran)
Eksperimentasi AKTIF (Berbuat) - Pengamatan REFLEKTIF (Observasi)]

a.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 089)
Penerbit: 
--

Bagaimana Cara Anak Belajar?

Jika Saudara memasuki ruang pengemudi sebuah pesawat terbang dengan maksud terbang ke tempat yang jauh, maka akan berguna bagi Saudara bila mengetahui tentang cara terbangnya sebuah pesawat udara dan cara memakainya alat-alat pengemudi tersebut. Tanpa pengetahuan ini tipislah harapan Saudara akan mencapai tempat tujuan itu dengan selamat. Hal ini juga berlaku dalam pelayanan Saudara sebagai guru Sekolah Minggu. Untuk menjadi guru yang efektif, pengertian tentang cara belajarnya para pelajar adalah penting.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 089)
Penerbit: 
--

Keyakinan Diri

Kita harus dapat membangun murid-murid kita sehingga di dalam hidup mereka di dunia ini mereka mempunyai rasa percaya diri, yaitu keyakinan bisa melakukan sesuatu. Kemampuan harus disesuaikan dengan ambisi. Ketika kemampuan dan ambisi bisa diseimbangkan, anak didik kita akan sehat jiwanya. Jangan menuntut anak melampaui apa yang ia bisa kerjakan. Jika Saudara menuntut anak terlalu tinggi, akhirnya Saudara membunuh mereka secara tidak kelihatan.

Di Singapore ada seorang anak laki yang sangat tampan berusia 17 tahun. Saya mengenal dia secara pribadi. Tetapi tiga hari setelah lulus SMA, anak ini gantung diri. Mengapa? Karena ayahnya menuntut dia harus lulus ranking pertama. Ketika lulus ia mendapatkan ranking ketiga.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 087)
Penerbit: 
--

Membina Rasa Percaya Diri

Sudah seyogyanya jika dalam diri anak ditanamkan satu kepercayaan pada kemampuannya untuk membuat suatu keputusan sendiri dan untuk melakukan pilihan sendiri. Di samping itu anak haruslah diberi kesempatan untuk menempuh sesuatu resiko.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 087)
Penerbit: 
--

Hakikat Bermain bagi Anak

Bermain bagi seorang anak, menurut Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. S.C. Utami Munandar, tidak tergantung pada mahal-murahnya permainan atau alat permainan yang digunakan. "Karena bermain adalah kebutuhan. Dengan bermain anak-anak bisa mengembangkan semua potensi di dalam dirinya, moral, sosial, emosi, ekspresi, dan sebagainya," katanya.

Pendapat senada juga diungkapkan Dra. Yanti B. Suganda, sarjana psikologi UI yang mengasuh sebuah rubrik mengenai keluarga di sebuah radio swasta Jakarta. Menurut dia, bermain yang murni adalah membiarkan anak bersenang-senang tanpa harus menjadi pintar, atau harus ada pelajaran tertentu di dalam permainan itu.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 085)
Penerbit: 
--

Mereka Tidak Bisa Dikarbit

Tidak seorang pun meragukan pentingnya prestasi intelektual dalam diri seorang anak. Namun prestasi intelektual itu jangan sampai melemahkan keyakinan kita bahwa anak akan mencapai hasil yang sebaik-baiknya kalau mereka diberi kesempatan berkembang sesuai dengan langkah yang ditentukan alam bagi mereka. Soalnya, kalau perkembangan intelektual mereka diburu-buru dan didesak-desak, hasilnya justru akan kurang dibandingkan dengan jika mereka dibiarkan berkembang dengan wajar.

Berikut tiga kasus yang sering dijumpai para psikolog yang bisa dipetik sebagai pelajaran.

  1. Nani, siswa kelas I SD yang kepandaiannya sedang, dipaksa-paksa oleh orangtuanya untuk belajar komputer.
    Sumber
    Halaman: 
    --
    Judul Artikel: 
    e-BinaAnak (Edisi 085)
    Penerbit: 
    --

Mulailah dengan Mendengar Pendapat Anak

Dalam masa tumbuh kembang anak, ada hal yang sangat ditunggu bagi orangtua yakni mendengar bayinya bersuara, tetapi ketika anak kemudian tumbuh dan berkembang serta sudah lancar berbicara, kadang orangtua mengabaikan apa pendapat anak atau apa yang diinginkan anak. Mendengar pendapat anak dan menyejajarkannya dengan pendapat orang dewasa, hingga kini belum banyak dilakukan orang dewasa dan tentu saja menjadi pekerjaan rumah (PR) besar buat kita.

BATASAN USIA ANAK

Hingga saat ini masih terjadi perbedaan kategori batasan usia anak. Padahal, batasan usia anak akan sangat menentukan siapa yang berhak untuk diberi perlindungan.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
e-BinaAnak (Edisi 085)
Penerbit: 
--

Perempuan di Kamar A-14 (Kesaksian)

Edisi C3I: e-Konsel 030 - Natal - Cinta Kasih

Waktu itu satu minggu menjelang Natal 1969 di Tegucigalpa, Honduras, tempat tugas suami saya. Minggu itu sangat sibuk karena setiap orang

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
--
Penerbit: 
--

Komentar