Masalah Hidup

Masalah Hidup

artikel tentang Masalah Hidup

artikel tentang Masalah Hidup

Komunitas Konsel: Dimerdekakan dari Apa?

Edisi C3I: e-konsel 256 - Merdeka dari Kesepian

Meskipun kita hidup di negara yang bebas dari penjajahan bangsa lain, ini tidak menjamin kita benar-benar bebas. Ternyata masih ada beberapa orang yang masih tertawan dan membutuhkan kemerdekaan. Kemerdekaan dari apa yang mereka maksudkan? Berikut ini pengungkapan Sahabat Konsel yang tercatat di Facebook Konsel.

e-Konsel: "Apakah Anda saat ini masih merasa tertawan atau tidak bebas? Jika Anda diberi pilihan, Anda ingin dimerdekakan dari apa?"

Komentar:

Yustri Marsaulina: Dari dosa masa lalu, ampuni aku Tuhan. ... baca selengkapnya »

Langkah Praktis Mengatasi Kekhawatiran

Edisi C3I: e-Konsel 254 - Merdeka dari Kekhawatiran

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Biasanya, kekhawatiran kita tidak berkembang sampai pada taraf fobia. Pada waktu harus berbicara di depan umum, mungkin Saudara merasa tegang dan khawatir. Mungkin Saudara cemas menghadapi situasi baru. Lutut Saudara bisa saja gemetar dan lemas, dan perut Saudara terasa sakit karena takut, tetapi pada akhirnya Saudara dapat mengatasi keadaan Saudara.

Berikut ini empat faktor yang sering menjadi penyebab kekhawatiran.

  1. Khawatir membuat kesalahan di depan umum.
  2. Khawatir membuat orang marah.
  3. Khawatir kehilangan kasih.
  4. Khawatir karena merasakan sakit secara fisik dan kematian.

Bagaimana Mengalahkan Kekhawatiran?

Edisi C3I: e-Konsel 254 - Merdeka dari Kekhawatiran

Sebagian besar manusia menghadapi dua macam kekhawatiran: keraguan akan kesanggupan Tuhan untuk menolong kita, dan risau tentang keteledoran dan ketidakbijaksanaan diri kita sendiri. Kita perlu membedakan dengan jelas di antara keduanya.

Seandainya kita diganggu oleh kekhawatiran yang pertama, kita perlu menyadari bahwa Tuhan mampu dan Ia sedang memerhatikan kita. Kekhawatiran semacam itu tidak patut bagi orang yang beriman. Sebaliknya, bila kita risau karena merasa khawatir, kita tentu tidak bisa mengerjakan berbagai hal dengan tepat.

Dalam 1 Korintus 9:27 Paulus berkata, "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." Paulus memunyai kekhawatiran yang masuk akal, bahwa manusia lahiriahnya dan kecenderungannya sendiri untuk berbuat dosa -- jika tidak diperiksa dengan baik -- kemungkinan akan menyebabkan kemuliaan Tuhan berkurang di dalam hidupnya. Ini adalah kekhawatiran yang dapat dibenarkan. ... baca selengkapnya »

Merdeka dari Kekhawatiran

Edisi C3I: e-Konsel 254 - Merdeka dari Kekhawatiran

Shalom,

Apakah Anda pernah merasa khawatir? Apa saja yang biasanya membuat Anda khawatir? Sebagai manusia, perasaan khawatir merupakan hal yang wajar, asalkan jangan sampai kekhawatiran tersebut menguasai Anda. Mengapa? Kekhawatiran adalah sesuatu yang bisa mengambil damai sejahtera Anda. Jika Anda membiarkan diri tenggelam dalam kekhawatiran, tidak ayal lagi, Anda akan merasakan kecemasan yang dapat membuat diri Anda semakin merasa sengsara. Anda tentu tidak ingin hal ini terjadi, bukan? Bagi Anda yang masih bergumul dan "terjajah" dengan rasa khawatir, e-Konsel telah menyiapkan sebuah bimbingan alkitabiah dan tip untuk disimak. Dalam edisi ini, Anda juga bisa mendapatkan info tentang publikasi e-Doa yang kami harapkan bisa memberikan manfaat bagi Anda. Selamat menyimak sajian dari e-Konsel, kiranya sajian kami berguna bagi Anda dalam menolong orang lain maupun menolong diri Anda sendiri. Tuhan memberkati.

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >

Bimbingan Konseling bagi Anak yang Suka Tawuran

Edisi C3I: e-Konsel 252 - Menangani Anak yang Terlibat dalam Perkelahian Antarpelajar

Ditulis oleh: Sri Setyawati

Psikolog A. Bandura mengatakan, "Masa remaja menjadi suatu masa pertentangan dan pemberontakan," karena pada masa ini para remaja terlalu menitikberatkan ungkapan-ungkapan bebas dan ringan dari ketidakpatuhan, seperti model potongan rambut dan pakaian yang nyentrik. Bacaan, film, dan media massa lainnya, sering menggambarkan para remaja sebagai kelompok yang tidak bertanggung jawab, memberontak, melawan, dan bertindak sensasional.

Para remaja adalah kelompok manusia yang masih mengalami perkembangan, baik secara emosi, psikis, dan kepribadian. Oleh karena itu, keadaan mereka bisa dikatakan masih sangat labil. Mereka masih mencari jati diri mereka yang sebenarnya, mudah tersinggung apabila keinginannya tidak terpenuhi, cenderung susah dinasihati karena merasa orang yang lebih tua daripada mereka belum tentu benar, dan lebih merasa nyaman bertukar pikiran atau bergaul dengan teman-teman sebayanya. Jadi, tidak heran jika anak remaja suka berkelompok atau membentuk "geng". Di dalam kelompok tersebut, mereka saling bergantung dan berinteraksi untuk kepentingan bersama. Meskipun belum tentu kelompok yang mereka miliki selama di SMP akan sama hingga mereka berkeluarga nanti, mereka akan tetap membentuk kelompok yang biasanya memiliki minat dan harapan yang sama. Jika 1 orang dalam kelompok suka mabuk, maka anggota yang lain pun ikut mabuk. Dalam hal kekompakan, mereka patut diacungi jempol. Bahkan, saking solidnya, jika seorang dari mereka memiliki masalah dengan orang yang bukan anggota kelompoknya, remaja biasanya akan melibatkan teman sekelompoknya, untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tawuran pun tidak terelakkan lagi. ... baca selengkapnya »

Menangani Anak yang Terlibat dalam Perkelahian Antarpelajar

Edisi C3I: e-Konsel 252 - Menangani Anak yang Terlibat dalam Perkelahian Antarpelajar

Salam kasih,

Akhir-akhir ini tingkah laku agresif remaja yang dinyatakan dalam bentuk perkelahian antarpelajar semakin sering terjadi. Jika dahulu perkelahian ini lebih sering terdengar di perkotaan, saat ini kasus tersebut sudah kerap terlihat pula di daerah. Penanggulangan masalah ini sudah menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi banyak pihak. Baik itu aparat berwajib, pemerintah, pendidik, dan yang pasti orang tua.

Mengapa perkelahian antarpelajar bisa terjadi dengan mudah? Apa saja faktor-faktor pemicu terjadinya masalah tersebut? Bagaimana menanggulanginya? Kami mengajak Pembaca e-Konsel terkasih untuk menyimak sajian dalam edisi ini. Sebuah artikel yang telah ditulis oleh redaksi, kiranya dapat menolong Anda saat melayani atau menghadapi anak remaja yang terlibat dalam perkelahian antarpelajar. Kami sajikan pula obrolan dalam Facebook e-Konsel dan referensi bahan sehubungan dengan penyakit sosial dalam masyarakat. Kiranya menjadi berkat.

Staf Redaksi e-Konsel,
Davida Welni Dana ... baca selengkapnya »

Merangkul Penderita Narkoba

Edisi C3I: e-Konsel 251 - Penyalahgunaan Narkoba

Apa yang harus dilakukan orang tua setelah anak kembali dari pusat rehabilitasi narkoba? Ada dua hal yang menjadi fokus perhatian orang tua.

1. Pertobatan

  1. Salah satu tanda pertobatannya adalah kesediaannya untuk mengakui perbuatannya tanpa upaya untuk menutupi.

  2. Pertobatan ditunjukkan oleh kesiapannya untuk memikul tanggung jawab atas perbuatan dan konsekuensi perbuatannya. Makin kerap menyalahkan orang lain, makin meragukan pertobatannya.

  3. Pertobatan juga ditandai oleh kerelaan untuk bekerja sama, bukan sikap melawan.

  4. Pertobatan mencakup perubahan perilaku. Apakah ia masih berteman dengan teman yang sama? Apakah ia kembali mengurung diri di kamar? Apakah ia bersedia mengikuti program pascaperawatan? Apakah ia lebih dapat berdisiplin? Bagaimana dengan pemakaian uang dan waktunya?

Peran Keluarga Dalam Penanggulangan Narkoba

Edisi C3I: e-Konsel 251 - Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba [singkatan dari narkotik dan obat/bahan berbahaya, Red.] adalah "bahan-bahan" yang mengandung zat/unsur narkotik [obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk, atau merangsang, Red.], seperti opium [getah buah Papaver Sommiferum yang belum masak dan telah dikeringkan, Red.], ganja [tanaman setahun yang mudah tumbuh, merupakan tumbuhan berumah dua, pada daun mengandung zat narkotik aktif, terutama tetrahidrokanabinol, Red.], kokain [merupakan alkaloid yang didapatkan dari tumbuhan koka Erythroxylon Coca, yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan "efek stimulan", Red.], dan senyawa-senyawa psikotropika [senyawa yang dapat memengaruhi aktivitas pikiran; zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku Red.]. Misalnya, ekstasi [tablet yang mengandung zat adiktif, yang mampu memacu kekuatan daya tubuh hingga berjam-jam, dan menimbulkan perasaan senang, gembira, dan riang yang luar biasa terhadap sesuatu, memunyai efek dapat menyerang susunan syaraf pusat (otak), Red], amfetamin [kelompok obat perangsang yang mengimbas perasaan bugar, Red.], sabu-sabu [Metamfetamina (metilamfetamina atau desoksiefedrin), disingkat met, dan dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, adalah obat psikostimulansia dan simpatomimetik, Red.], zat sedatif [zat alami atau zat sintetis yang dapat meredakan keaktifan dan kegembiraan; obat penenang,Red.], dan zat-zat lain yang menimbulkan adiksi [kecanduan atau ketergantungan secara fisik dan mental terhadap suatu zat, Red.] seperti nikotin [zat racun yang terdapat pada tembakau, Red.], kafein [senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan; merupakan obat perangsang sistem pusat saraf pada manusia dan dapat mengusir rasa kantuk secara sementara, Red.], alkohol [merupakan unsur ramuan yang memabukkan, Red], dll.. Pada umumnya zat-zat tersebut menyebabkan ketagihan. Kebutuhan tubuh terhadap zat tersebut makin lama makin meningkat, dari dosis kecil lalu menjadi semakin besar. ... baca selengkapnya »

Penyalahgunaan Narkoba

Edisi C3I: e-Konsel 251 - Penyalahgunaan Narkoba

Salam sejahtera,

Sebagai orang percaya, kita sebaiknya tidak langsung menghakimi dan memberikan tanggapan negatif kepada para pecandu narkoba. Ada baiknya kita mencari tahu, apa yang menyebabkan mereka mengonsumsi "barang terlarang" tersebut. Hal ini sangat penting, karena dengan mengetahui alasan mereka menggunakan narkoba, kita bisa menentukan strategi dalam membantu mereka terlepas dari belenggu narkoba. Jika saat ini Anda sedang melayani para pecandu narkoba, atau terbeban untuk terlibat melayani para pecandu narkoba, artikel yang telah kami persiapkan berikut, dapat membantu Anda dalam melayani mereka. Selain 2 artikel menarik yang telah kami persiapkan, kami juga memperkenalkan sebuah buku konseling yang terkait dengan masalah kecanduan -- entah makanan, televisi, dll., yang dapat Anda gunakan untuk memperlengkapi pelayanan Anda. Ingin tahu isinya? Simaklah sajian kami berikut ini.

Pimpinan Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >

Menolong Pecandu Bebas dari Minuman Keras

Edisi C3I: e-Konsel 250 - Penyalahgunaan Minuman Keras

Seorang pecandu alkohol tidak dapat mengontrol kebiasaan minum mereka. Setiap orang yang kecanduan alkohol, pasti tetap memiliki dorongan dan hasrat untuk minum. Ketika mereka tidak bisa menguasai dorongan untuk minum, sisi personalitas negatif mereka marah, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Jika mereka tersinggung sedikit saja, mereka akan mengamuk/melakukan tindakan yang berlebihan. Tanpa disadari mereka telah diperbudak oleh dosa alkoholik. ... baca selengkapnya »